Bab 49

159 5 0
                                    

Fitri hanya bisa terdiam sambil berdiri di tempatnya saat melihat lelaki yang baru saja sah menjadi suaminya dicium oleh seorang wajita yang tidak dikenalnya. Meskipun kesal, namun Fitri tak berani menunjukkan kemarahannya, apalagi di tengah keramaian resepsi. Bukannya tidak berani melawan wanita tidak tahu diri itu, namun Fitri takut jika semakin mempermalukan suaminya. Apalagi dirinya sama sekali tidak tahu menahu soal urusan pribadi dan lingkungan pergaulan suaminya.

Namun kemudian Fitri semakin terkejut saat melihat Fachri mendorong perempuan itu dengan kasar.

"Apa yang kau lakukan Manda? Jangan mempermalukan dirimu sendiri dengan bertindak bodoh!", Fachri berbicara dengan nada membentak kepada perempuan itu.

"Aku...aku...sangat merindukanmu, apa kau tidak merindukanku?"

"Mana mungkin aku merindukanmu? Apa kau tidak bisa melihat aku sudah menikah dengan wanita cantik yang sangat kucintai!"

Dengan tiba-tiba Fachri menarik Fitri hingga terjatuh ke dalam pelukannya. Fitri yang terkejut hanya bisa tersenyum kaku sambil salah tingkah.

"Jangan dengarkan dia sayang! Kau tahu kan kalau aku sangat mencintaimu?",
Fachri menatap Fitri penuh harap lalu mengedipkan sebelah matanya. Fitri tersadar dan segera mengerti sikap Fachri yang tiba-tiba berubah padanya. Fachri sedang mengajaknya bersandiwara.

"Tentu saja, aku juga sangat mencintaimu sayang, dan karena itu akhirnya kita menikah!"
Fitri membalas pelukan Fachri dan bergelanyut manja di lengan Fachri.

"Sepuluh tahun...sepuluh tahun kita merajut kasih, bagaimana kau bisa melupakanku secepat itu?"

"Kenapa aku tidak bisa, jika kamu pun bisa dengan mudah berpaling!"

"Aku kira kau mengundangku kesini karena kau merindukanku, makannya aku datang sendiri tanpa mengajak suamiku!", ucap wanita itu selanjutnya.

"Tentu saja tidak, aku tidak setolol itu!", Bentak Fachri dengan penuh emosi.

"Tapi ternyata kau mengundangku kesini hanya untuk memamerkan kemesraan dan balas dendam padaku karena sakit hati. Tapi tahukah kau? Sikapmu ini sangat kekanak-kanakan, kau sebenarnya masih mencintaiku kan? karena itu kau mengundangku untuk melihat dan bertemu denganku!"

"Hentikan omong kosongmu dan pergilah!"
Bersamaan itu dua sekuriti datang dan menyeret Manda menjauh dari pelaminan.

Fachri akhirnya bisa bernafas lega dan sejenak duduk di kursi pelaminannya untuk beristirahat.
Fachri mengambil gelas minuman yang berada di meja kecil di sampingnya lalu meminumnya beberapa teguk.

"Maaf, aku tidak tahu akan ada kejadian seperti ini...", ucap Fachri kepada Fitri.

"Tidak perlu minta maaf, itu bukan salahmu..."
Fitri berusaha tersenyum menutupi kekecewaannya. Kejadian tadi sedkit banyak telah membuka tabir yang tidak diketahui sebelumnya. Selama ini Fachri mengatakan bahwa alasannya untuk menikahinya adalah karena amanah dari almarhumah Ibunya. Namun dari kejadian tadi sedikit banyak Fitri bisa menyimpulkan.

Apa yang dikatakan wanita bernama Manda tadi memang terdengar jahat. Namun entah mengapa Fitri bisa merasakan kebenaran dalam setiap ucapan itu. Apa lagi jika memperhatikan Fachri yang terlihat gamang menghadapi wanita itu.
Mungkin benar dirinya hanyalah pelarian Fachri dari masalahnya dengan wanita bernama Manda.
Mungkin pula dirinya hanya dijadikan alat balas dendam akan sesuatu hal yang menyakitkan.

Namun apapun itu Fitri tidak tahu pasti tentang kebenaran dan terlalu takut untuk bertanya.
Lagi pula apa hak-nya? Sebab dirinya untuk Fachri hanyalah orang asing yang dinikahinya karena suatu kepentingan.

Para tamu sudah berdatangan lagi, mengantri umtuk bersalaman dan memgambil foto bersama kedua mempelai.

Fitri pun harus kembali mengenakan topengnya. Tersenyum dan menyapa semua orang yang datang untuk mengucapkan selamat di hari pernikahannya.

Sang Pelacur (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang