Bab 113 (End)

438 9 3
                                    

Fachri terus berada disisi istrinya tanpa ingin beranjak sedikitpun. Dokter bilang kemungkinan Fitri baru akan melahirkan esok pagi. Karena obat pacu kandungan butuh waktu beberapa saat untuk bekerja. Bahkan jika obat pacu itu dirasa kurang efektif, operasi cesar adalah alternatif selanjutnya. Tapi entah mengapa, Fitri terus berteriak, seolah sudah tidak kuat menahan sakit.
Fachri pun segera bergegas memanggil bidan dan perawat yang bertugas disana. Saat diperiksa, ternyata pembukaan sudah lengkap dan Fitri segera dipindahkan ke ruang persalinan. Selama proses persalinan itu, tak sedetikpun Fachri melepaskan genggamannya dari tangan Fitri. Peluh sudah membanjiri wajah Fitri ketika Bidan memberikam aba untuk mengambil nafas di sela-sela waktu mengejannya. Dokter Shinta bahkan baru saja datang di tengah proses persalinan itu. Dan tidak berselang lama terdengarlah tangisan bayi mungil.

"Alhamdulillah hirabbil alamin..."
Ucapan syukur terucap dari bibir Fachri, lalu reflek mencium kening istrinya yang telah berusaha dengan begitu kerasnya.

"Terimakasih sayang, anak kita sudah lahir dengan selamat.."

Segala rasa sakit yang menderanya tiba-tiba menguap, digantikan rasa syukur yang tak terucap. Perjuangan telah terbayar dengan tangis pertanda kehadiran buah hati ke dunia.

Salah satu Bidan memanggil Fachri untuk terlebih dulu mengadzani putranya setelah selesai di bersihkan. Baru setelah diadzankan, Fachri membawa buah hatinya untuk bertemu Fitri yang juga baru selesai dijahit dan dibersihkan.

Perasaan haru tak bisa disembunyikan Fitri saat melihat sang buah hati untuk pertama kalinya, hingga air matanya mengalir tanpa bisa di tahan. Kini dirinya telah sempurna sebagai seorang wanita dan hidupnya terasa lengkap.

Bidan membantu bayi mungil untuk ditelungkupkan di dada Fitri agar mencari sumber kehidupannya. Tangisan bayi mungil itu pun langsung berhenti manakala kulitnya bersentuhan dengan sang Ibu. Sesaat makhluk kecil itu menggeliat dengan mulut terbuka, sebelum kemudian berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya. Fitri mengeratkan pelukannya, masih tidak percaya bahwa kini ada makhluk kecil nan lucu hadir di dalam hidupnya.

Fachri pun tak kalah terharu dengan pemandangan yang ada di depannya. Pemandangan terindah yang pernah disaksikannya di dunia. Dua orang yang paling dicintainya ada di depan matanya. Bibirnya tersenyum namun air mata meleleh di pipinya.

"Mas...", Panggilan Fitri menyadarkannya dari lamunan.

"Aku haus..."
Dengan sigap Fachri mengambilkan air minum untuk istrinya.

"Sudah, makasih banyak..."
Sesaat mereka hanya terdiam sambil menatap bayi mungil yang tengah terlelap. Terlihat begitu damai setelah perjuangan panjang yang di laluinya.
Setelah itu datanglah beberapa perawatan yang bertugas memindahkan Fitri.

"Mari Bu, saya bantu pindah ke ruang rawat inap ya?"

Para perawat membantu Fitri berpindah ranjang, lalu mendorongnya menuju ruang perawatan.
Sedangkan bayi mungil itu diletakkan ke dalam box bayi dan di bawa ke ruangan yang sama dengan Fitri.
Sebelum meninggalkan bayi itu, perawat terlebih dulu menjelaskan pada Fitri cara menyusui juga memberi tahu Fachri untuk mengganti popoknya jika basah.

"Sudah jelas kan Pak, Bu? Kami tinggal dulu, jika butuh bantuan bisa hubungi kami dengan menekan bel..."

"Sudah, terimakasih banyak sus..."

Akhirnya tinggalah mereka bertiga di dalam ruang perawatan itu.
Fachri menyuapi Fitri makan sebelum kemudian terlelap di sofa karena kelelahan. Fitri sempat memandangi wajah suaminya beberapa saat. Wajah lelaki yang telah banyak mengubah hidupnya. Setelah itu, kemudian Fitri juga ikut terlelap.

Entah sudah berapa lama mereka sama-sama terlelap, saat kemudian suara tangisan bayi membangunkan keduanya secara bersamaan. Fachri segera mengambilnya dari dalam box bayi, menimang-nimangnya. Tapi suara tangisan itu tak kunjung reda.

"Dia haus Mas..."
Fachri akhirnya menyerahkannya pada Fitri yang langsung menyusuinya.

"Mas sudah punya nama untuknya...", Ucap Fachri sambil memandang bayinya yang tengah menyusu.

"Siapa Mas?"

"Ammar Haidar, artinya anak lelaki yang pemberani dan kuat imannya, bagaimana, apa kamu setuju?"

"Nama yang bagus Mas, Ammar....ammar...", Fitri memanggil-manggil anak lelaki yang sudah kembali tertidur dalam dekapannya.

Dan bayi itu menggeliat, seolah tahu dirinya tengah dipanggil.
Fachri dan Fitri pun tertawa melihat tingkah Ammar yang menggemaskan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 31, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sang Pelacur (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang