Bab 66

160 4 0
                                    

Belakangan ini Fachri lebih memilih menyibukkan diri dengan karir dan pekerjaannya. Sebab berada di dalam rumah selalu membuatnya kikuk. Fachri belum bisa menerima kehadiran Fitri sebagai seorang istri, namun dia pun tidak ingin menyakiti gadis itu dengan ucapan dan sikapnya yang terkadang tak bisa dia kontrol. Sebab terlepas dari apapun pekerjaan dan masa lalu Fitri, itu tak ada hubungan dengan dirinya dan Fitri sama sekali tidak bersalah padanya. Karena itu Fachri pun tidak ingin melakukan kesalahan dengan mendholimi Fitri. Fachri lebih memilih untuk menghindar dan meminimalisir interaksi di antara mereka. Untunglah Fitri mengerti dan bisa diajak bekerjasama. Tanpa banyak bertanya Fitri pun menyetujui semua aturan yang di buatnya di rumah. Fitri juga sangat mandiri dan tidak banyak menuntut. Fachri pun tak merasa keberatan saat Fitri meminta izin padanya untuk memulai usaha. Fachri merasa bahwa Fitri berhak untuk mengembangkan dirinya dan menjalani hidup sesuai keinginannya selama itu tidak menganggu pernikahan dan tetap bisa menjaga nama baiknya.
Namun entah mengapa seiring berjalannya waktu dan bertambahnya kesibukan Fitri, Fachri merasa kehilangan.

Di tengah minimnya interaksi di antara mereka, Fitri masih tetap menunggunya pulang dan menyiapkan makan malam untuknya. Kalaupun Fachri sudah makan di luar, Fachri akan mencicipinya sedikit, sebab makanan yang dimasak Fitri selalu terlihat menggiurkan dan membuatnya penasaran. Fitri pun tak pernah marah kalaupun makanan yang di masaknya masih banyak bersisa. Kalau sudah terlalu malam, Fitri akan menghangatkan kembali makanan itu untuk disantap keesokan harinya. Namun jika belum terlalu malam, Fitri akan membungkusnya dan di bawa keluar.

"Mau kau apakan makanan itu?", suatu saat Fachri bertanya.

"Maaf, aku akan membagikannya pada orang-orang di jalanan, apakah boleh?", Fitri terlihat takut sebab menyadari bahwa semua bahan makanan yang dimasaknya adalah milik Fachri.

"Terserah kau saja, aku cuma bertanya...", Fachri lalu berlalu menuju kamarnya.

Meski terkesan tidak perduli, dalam hati Fachri mengagumi sifat Fitri yang suka berbagi. Dan hal itu membuat Fachri teringat bahwa sudah lama dirinya tidak bersedekah. Bukan karena tidak mau, namun banyaknya kesibukan membuat Fachri terlupa dan tidak sempat. Fachri kemudian memilih bersedekah lewat lembaga dengan mentransfer sejumlah uang agar lebih praktis.

Seiring berjalannya waktu dan usaha Fitri yang berkembang dengan baik, membuat Fitri semakin sering meninggalkan kebiasannya. Hingga malam Fitri masih sibuk di warungnya dan tidak lagi sempat memasak dan menemaninya makan malam. Dan entah mengapa hal itu membuat Fachri merasa di abaikan dan ditinggalkan.
Sementara itu di sisi lain, Fachri mulai mendapatkan gangguan dari mantannya. Manda mulai menghubunginya lagi, dari sekedar menanyakan kabar hingga berkeluh kesah tentang permasalahan rumah tangganya. Awalnya Fachri hanya menanggapi sewajarnya sebagai bentuk sopan santun. Namun semakin lama Fachri merasa terganggu, sebab Manda semakin intens menghubunginya dan banyak bercerita tentang hal-hal pribadi yang tidak sepatutnya.

Akhirnya Fachri memutuskan untuk mengambil sikap tegas.

"Manda, sudah tidak ada hubungan apapun diantara kita. Dan baik aku maupun kamu sudah punya pasangan masing-masing yang harus kita jaga perasaannya. Jadi sebaiknya selesaikan masalah rumah tanggamu sendiri dan tidak perlu menghubungiku lagi!"

"Apa?", manda cukup terkejut dengan pernyataan Fachri, sebab selama ini Manda masih menyimpan harapan bahwa Fachri masih mencintainya dan perduli padanya.

"Jangan menceritakan tentang urusan rumah tanggamu, karena aku pun sudah punya istri yang sangat kucintai!"

Kalimat itu benar-benar melukai harga diri Manda. Selama ini Manda masih selalu mengira bahwa Fachri masih mencintainya dan hanya dirinya lah yang bertahta di hati pria itu seperti selama ini. Manda tak percaya bahwa Fachri akan melupakannya semudah itu meski pria itu telah menikah. Pasti itu hanyalah sebuah pelarian.

"Istri yang kau cintai? Apa kamu sudah lupa kau bilang hanya akan mencintaiku selamanya?"

"Itu hanya masa lalu, aku bahkan sudah melupakannya, apa kau mengira kata- kata yang terucap di saat kita masih muda dan labil itu sungguhan? Hahaha..."

Manda benar-benar terluka dan tidak menyangka Fachri bisa mengejeknya seperti itu disaat dirinya mempercainya untuk berkeluh kesah tentang masalahnya.Tentu saja Fachri bukanlah orang bodoh yang akan diam saja setelah dikhianati dan harga dirinya diinjak-injak. Bagaimanapun dulu dirinya pernah mencintai Manda itu hanyalah masa lalu. Tak ingin Fachri kembali dekat atau memungut kembali barang bekas yang telah dibuang orang.

Meski itu juga bukan berarti dirinya benar-benar mencintai Fitri. Fitri hanya menjadi tameng dan alasan untuknya agar lebih mudah membuat Manda sadar.

"Baiklah jika memang seperti itu maumu, namun aku tak sudi jika kau masih menafkahi istri yang kau cintai itu dengan bekerja di perusahaan keluargaku. Apa kau sudah lupa dulu akulah yang membantumu?"

Fachri tidak menyangka, bahwa ketegasannya untuk menjauhi Manda membuat karir dan pekerjaannya terancam hingga mengacaukan hidupnya.

Sang Pelacur (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang