Bab 108

159 5 0
                                    

Fitri seolah tidak sadar dengan apa yang dilakukannya. Isi otak dan prilakunya terasa tidak sinkron.

Fitri dan Fachri sama-sama terkejut dengan apa yang terjadi.

"Maaf Mas...", ucap Fitri lirih.

"Ada apa? apa kau baik-baik saja?"

Melihat wajah Fitri yang pucat dan ketakutan membuat Fachri khawatir.

Sementara Fachri berusaha mengesampingkan nafsunya yang tengah membara.
"Kalau kamu belum siap, aku tidak akan memaksa..."

Fachri memalingkan tubuhnya membelakangi Fitri untuk meredam segala fantasi yang tadi sempat memenuhi kepalanya.

Namun hal itu justru membuat Fitri merasa kecewa.

Saat Fachri akan beranjak dari tempat tidur, reflek Fitri pun menarik tangan Fachri.

Fitri takut Fachri meninggalkannya.

"Maafkan aku Mas..."
Fachri berbalik dan tersenyum, lalu memeluk Fitri.

"Tidak apa...tidak apa...semua akan baik-baik saja, katakan padaku apa yang kau rasakan? Apa kamu tidak ingin melakukannya denganku?"
Fitri hanya semakin menunduk dalam dekapan Fachri.

"Aku...hanya merasa tidak pantas..apa Mas yakin akan melanjutkan pernikahan ini? Mas tahu aku adalah mantan pela..."

Cepat Fachri membekap mulut istrinya.

"Jangan bicara macam-macam, itu sudah jadi masa lalu, jangan diungkit lagi. Yang aku tahu selama ini kamu wanita dengan hati yang baik dan membuatku nyaman, jadi jangan pedulikan hal lain, mari kita mulai lembaran baru bersama. Biarkan masa lalu kita tinggalkan di belakang..aku mencintaimu sayang..."

Satu kecupan mendarat di kening Fitri. Fachri semakin mengeratkan pelukannya.

"Istirahatlah...kita bisa melakukannya lain waktu..."

Fachri memilih bersabar dengan terus menunjukkan kasih sayangnya. Seperti selama ini Fitri menunggunya sampai dirinya sadar.

Pelukan itu membuat Fitri merasa nyaman dan seketika ketakutannya menghilang.

Fitri mengingat bagaimana Fachri memperlakukan dirinya dengan begitu manis dan mempersiapkan moment ini dengan sangat matang. Perasaan bersalah menelusup di hatinya. Sangat berdosa jika dirinya menolak suami yang sudah sangat berharap.

Apalagi Fitri bisa merasakan milik suaminya menegang di bawah sana.
"Mas boleh melakukannya sekarang...", ucap Fitri sambil menahan malu.

"Apa?", Fitri tak sanggup menjawab, namun wajah Fitri yang bersemu merah sambil menunduk membuat Fachri paham. Dan lagi pula dirinya juga menginginkannya.

Fachri melakukannya dengan lebih lembut sekarang. Mengecup kening, lalu mencium bibir Fitri. Fachri melakukannya sambil menunggu reaksi Fitri. Saat dirasakan Fitri tidak menolak, bahkan menyambutnya, barulah Fachri berani berbuat lebih jauh.

Fachri benar-bebar bersyukur akhirnya kini mereka bisa melakukan hubungan halal ini dalam keadaam sadar. Tubuh indah Fitri yang telah lama menjadi imaginasinya, kini benar-benar nyata berada di dalam rengkuhannya.

Fitri pun begitu menikmati sentuhan itu. Sentuhan dengan perasaan yang begitu lembut dan memuja. Seolah dirinya adalah barang berharga yang diperlakukan dengan begitu hati-hati. Hal yang tidak pernah Fitri dapatkan meskipun dirinya sudah berkali-kali disentuh pria sebelum ini.

Fachri melakukannya dengan lembut dan hati-hati mengingat usia kehamilan Fitri yang masih muda. Fachri tak ingin terjadi sesuatu pada calon buah hati mereka.

Meski begitu hal itu tidak mengurangi kenikmatan, perasaannya yang begitu dalam akhirnya mendapatkan tempat untuk berlabuh. Sosok bidadari cantik nan lembut telah menjadi miliknya seutuhnya. Fachri merasa bahagia. Amat sangat bahagia yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Suasana malam itu entah mengapa terasa begitu syahdu hingga Fitri meneteskan air mata. Bukan karena rasa sakit, tapi karena rasa syukur Fitri yang membuncah. Akhirnya ada pangeran yang datang menyelamatkan hidupnya yang kelam.

"Terimakasih Mas...terimasih sudah mau menerimaku dengan segala kekurangan dan masa laluku...", Ucap Fitri dengan terbata.
Fachri sudah menyelesaikan pergumulan mereka. Lalu memeluk dan mencium Fitri dengan penuh perasaan.

"Tidak..akulah yang harus berterimakasih padamu karena telah sabar menghadapi segala kesombonganku, aku beruntung bisa bertemu denganmu yang menyadarku atas begitu banyak kebodohan yang kuperbuat..."

Malam itu mereka akhirnya tertidur dalam keadaan saling berpelukan.

Sang Pelacur (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang