1. Diary Milik 1987

1K 113 427
                                    

Jumat, 14 Juli 2023

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jumat, 14 Juli 2023.

Seorang gadis berusia 23 tahun, yang kini sedang mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan. Ia adalah mahasiswa jurusan psikologi. Jihan Almira, perempuan cantik dengan rambut yang diikat asal. Ia kini sedang membereskan rumah barunya, rumah sederhana yang ia beli menggunakan uang sendiri. Saat tamat SMA, Jihan memutuskan untuk berkuliah di Jakarta. Jihan terpaksa meninggalkan sang ayah dan abangnya yang berada di Palembang.

Rumah barunya terlihat usang, tapi tenang saja, sang pemilik rumah sebelumnya sudah merenovasi rumah tersebut hingga tidak terlalu banyak kerusakan seperti sebelumnya.

Hampir semua ruang tamu sudah rapi, hanya tinggal satu ruangan, yaitu kamar lantai atas. Jihan melangkah menaiki tangga. Ada dua kamar disini, satu dilantai pertama, dan yang lainnya di lantai dua. Jihan memutuskan menjadikan kamar yang di lantai dua sebagai kamarnya.

Pintu terkunci, Jihan mengambil beberapa kunci yang diberikan oleh pemilik sebelumnya. Dari semua kunci, tidak ada satupun yang bisa membuka pintu kamar tersebut. Semua kunci tidak cocok. Jihan sedikit kebingungan. "Apa bapak itu lupa ya, ngasih kunci kamar ini?" Batinnya.

Tidak tinggal diam, Jihan mengambil obeng atau peralatan apapun yang bisa membuka paksa pintu kamar. Berhasil, akhirnya pintu bisa terbuka setelah perjuangan panjang seorang Jihan Almira.

Jihan tercengang melihat isi kamar yang masih lengkap. Sang pemilik rumah sebelumnya hanya mengosongkan setiap ruangan kecuali kamar ini. Tempat tidur dengan tilam kapas, serta jajaran buku-buku, lukisan, lemari yang masih terisi baju, kamera, bahkan foto lelaki tampan yang tersenyum bahagia difoto tersebut. Semuanya tertata rapi dan sangat berdebu. Kamar ini seperti ruangan yang tidak ditempati bertahun-tahun.

Jihan menelpon pemilik rumah sebelumnya, namun telepon tidak diangkat, nomor Jihan telah diblokir.

Perempuan itu membuka jendela kamar tersebut, sinar matahari masuk menyinari ruangan. Jihan mendaratkan pantatnya di tempat tidur. Tidak ingin berpikir aneh-aneh, Jihan lebih baik membersihkan debu-debu dan kembali merapikan kamar tersebut. Jihan tidak akan mengosongkan kamar itu. Menurutnya, hanya orang bodoh yang menolak furniture gratis yang masih terlihat bagus.

Ia di buat salah fokus oleh kertas putih yang terlukis gambar seorang wanita yang menggendong tubuh bayi mungil. Dan dibawah gambar tersebut, ada kalimat kecil yang terbaca "Mamanya Dewa" yang ditulis oleh pensil begitupun lukisannya.

"Lukisannya bagus, mungkin pemilik kamar sebelumnya suka melukis?"

Jihan mulai menyapu bawah kolong tempat tidurnya. Alangkah terkejutnya ia kala sapu itu menyeret sebuah buku kusam yang berada di bawah tempat tidur. Jihan lantas mengambil buku itu, ia sedikit penasaran.

 Jihan lantas mengambil buku itu, ia sedikit penasaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Diary Sadewa." Ucapnya saat membaca tulisan sambung di sampul buku tersebut. Jihan terkejut saat melihat tahun yang berada disetiap lembar. Diary tersebut milik seseorang yang hidup di tahun 1987.

Jihan membuka lembar pertama buku tersebut, begitu lembar-lembar berikutnya. Jihan terhenti sampai lembar ketiga. Ia menutup buku tersebut, "Bagaimana bisa ada seseorang yang menulis cerita tragis hidupnya di buku diary?" Jihan bertanya-tanya, Siapa sosok Sadewa Langit Baskara, lelaki tunarungu wicara, sang pemilik diary, yang setiap lembarnya penuh luka.

Diary Sadewa lembar pertama : 4 April 1987.

Namaku Sadewa Langit Baskara, dan selalu dipanggil dengan nama Sadewa. Namun, Ibu memiliki nama panggilan spesial untukku, yaitu Langit. Aku sayang sama Ibu. Ibu adalah perempuan paling cantik diantara perempuan lainnya.

Ibu pergi saat aku masih kecil. Untungnya aku masih punya Ayah. Meskipun Ayah selalu kasar, aku sama sekali tidak pernah membenci Ayah.

Bu, Ayah berubah semenjak Ibu pergi. Kata Ayah, aku itu pembunuh. Aku yang menyebabkan Ibu pergi.

Ibu, maafkan putramu ini. Aku tidak bisa jadi polisi seperti impian Ibu. Aku cacat. Aku tidak bisa mendengar. Aku bisu, Ibu. Maaf karena sampai detik ini, aku sama sekali tidak berguna.

Diary Sadewa lembar kedua : 6 April 1987.

Ayah memukulku pakai rotan lagi. Sakit, semua badanku terasa nyeri. Semenjak ibu pergi, ayah sering mabuk-mabukkan. Ini semua karena aku... Aku gagal menjadi anak Ayah.

Ini hukuman buatku, karena sudah membuat Ibu pergi dari Ayah. Aku ikhlas ayah. Jika itu bisa membuat ayah lega, seribu kali dera pun tak masalah bagiku.

Ayah, betapa rindunya aku akan pelukan hangat darimu. Namun mustahil sepertinya, karena hingga detik ini yang ku dapat dari ayah hanyalah pukulan.

Ayah, apa Ayah mendengar suaraku? Tidak, hanya aku dan Tuhan yang dengar.

Tuhan Baik, Tuhan tidak mengizinkan semua orang untuk mendengar suara teriakan ku saat Ayah memukulku dengan tali pinggang. Bahkan aku sendiri, Tuhan tidak mengizinkan ku untuk mendengar suara menyeramkan saat tali pinggang Ayah menampar seluruh badanku.

Diary Sadewa lembar ketiga : 7 April 1987.

Aku iri melihat mereka yang bisa sekolah, dan bermain-main bersama seorang teman. Kehidupan remaja yang penuh warna, yang hanya sekali seumur hidup. Namun sulit rasanya bagiku untuk merasakan masa remaja yang seperti itu.

Mereka semua, teman-temanku bahkan membenci aku, karena aku cacat. Hampir setiap hari, aku selalu dipukuli, dihina, bahkan mereka semua tega mengambil uang hasil kerja kerasku saat berjual koran.

Akibat ulah mereka, hampir setiap hari aku pulang tanpa membawa uang. Karena itu, ayah akan marah dan memukul kepalaku lagi. Lalu setelah itu, Ayah mengunci aku di kamar mandi, dan membiarkan aku kedinginan disana hingga menjelang pagi.

Badanku semua terasa nyeri, aku kedinginan dan kelaparan didalam. Ini sungguh menyiksa. Aku berteriak tapi tidak ada yang dengar. Sekarang aku paham, bahwa Tuhan hanya ingin aku kuat.

Sabtu, 15 Juli 2023

"Telah terjadi kecelakaan antar sesama motor di Jalan Tol Ir. Wiyoto Wiyono ruas Cawang sampai Tanjung Priok, akibatnya korban yang berinisial J.A yang berstatus sebagi mahasiswi di salah satu universitas negeri Jakarta terluka parah dan dibawa ke rumah sakit. Nahasnya satu pemotor lainnya dinyatakan tewas ditempat." — Reporter Eka Gustiwana.

"Selamat siang, dengan sahabat dari Jihan Almira?"

"Iya."

"Kami dari kepolisian melaporkan bahwa teman anda terlibat kecelakaan dan kini sedang di bawa ke Rumah sakit tarakan Jakarta."

°>•<°

Terimakasih

SBELUMNYA, TOLONG FOLLOW TERLEBIH DAHULU AKUN AUTHOR!

JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN KOMEN CERITA INI.

SAMPAI JUMPA DI PART SELANJUTNYA
...

Sadewa 1987 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang