27. Maaf Dari Ayah

168 27 11
                                    

Flashback
2 Agustus 2023

Pria tua yang berjalan secara tertatih-tatih, terlihat menyedihkan dengan pakaian yang kumuh. Meskipun sudah tua, tubuhnya masih kuat untuk berjalan tanpa tongkat.

Hidupnya benar-benar berantakan. Semenjak tindakannya yang teramat tidak manusiawi, yang secara tidak langsung ia melenyapkan putra kandungnya yang sangat berharga.

Bodoh, bodoh, bodoh!

Dikutuk dengan rasa penyesalan yang amat menyengsarakan. Faisal tak sedikitpun bahagia semenjak tragedi itu. Penyesalan selalu datang diakhir, kalimat itu memang benar adanya. Ingin rasanya Faisal mengulang waktu dan memperbaiki dosanya terhadap Sadewa. Namun itu hanya angan belaka.

"Jangan pernah memaafkan ayahmu yang durhaka ini, nak ..." Lirihnya sesak. Pria itu menangis hebat, seluruh tubuhnya bergetar kala mengingat kembali perbuatan dirinya yang kelewat batas pada putranya.

Masih terekam jelas saat dirinya tega mencambuk punggung Sadewa menggunakan ikat pinggang. Tangannya yang hina ini dengan gampang memukul wajah Sadewa hingga menimbulkan bekas kebiru-biruan. Kakinya yang tega menendang-nendang badan Sadewa hingga Sadewa bahkan tak bisa berdiri karena kesakitan.

Faisal bahkan mengutuk dirinya sendiri kala mengingat hal kejam yang ia lakukan pada anaknya, yaitu melakukan pelecehan seksual terhadap Sadewa hingga Lelaki itu ketakutan kala melihat ayahnya.

Jasad putranya yang begitu mengerikan. Sedikitpun tiada rasa kemanusiaan kala ia mengubur jasad itu. Bahkan tempat peristirahatan anaknya sungguh tak layak. Tangan sial ini sendiri yang menyeret raga tak bernyawa itu, tangannya sendiri yang mengubur Sadewa. Dosa-dosa yang amat besar, Tuhan takkan mengampuninya.

"Saya harus menebusnya ..."

Hidup dengan rasa bersalah membuat Faisal menderita. Maka dari itu pria itu berkehendak mengakhirinya. Langkah yang putus asa, membawanya pada keputusan yang salah.

Mungkin Tuhan akan menghukumnya saat ia sudah tak bernyawa. Faisal terima, karena kesalahannya benar-benar fatal. Ia ayah yang durhaka. Ia tak lebih dari sampah yang tak berguna.

Faisal memanjat kursi yang terletak dibawah tali membentuk gantungan. Ya ... Faisal akan melakukan tindak bunuh diri dengan cara gantung diri.

.......

Minggu, 16 Juli 2023
Ditulis oleh Faisal

Ayah nulis surat ini untukmu putra ayah. Meski surat ini tak berarti apa-apa, dan ayah tahu rasanya percuma menulis ini meskipun kamu tak mungkin membacanya. Tapi ayah tetap ingin menulisnya. Ayah ingin mencurahkan semuanya, segala rasa penyesalan yang menyiksa hidup ayah hingga kini.

Kamu tahu nak ... Saat kelahiran kamu betapa senangnya ayah. Bahkan, rasanya ayah tak ingin berpisah denganmu kala ayah harus pergi melaut.

Sadewa Langit Baskara

Namamu yang indah, sengaja ayah berikan untuk menggambarkan betapa ayah sangat menghargai malaikat kecil titipan Tuhan, yaitu kamu.

Sadewa anak ayah ... Maaf, ayah sungguh bodoh karena terus menyalahkan dirimu atas tragedi itu. Ayah tega menyiksamu seolah kamu yang membunuh ibu. Padahal, saat itu ayah hanya terlalu sedih atas kepergian ibumu, ayah tak terima dengan Tuhan yang mengambil ibu dari kita.

Ayah menyesal nak ... Ayah menyesal untuk segalanya.

Maaf karena membiarkan mu terlantar, menjual koran diterik panas, bahkan ayah dengan tega memukulmu hanya karena kamu pulang tanpa membawa uang.

Ayah baru sadar sekarang, betapa tampannya putra ayah saat beranjak remaja. Bahkan ayah ingin sekali menatap lekat wajahmu, tapi mustahil karena ayah lebih dulu melenyapkan dirimu.

Seharusnya ayah bersyukur memilikimu. Kamu bagai permata yang ayah sia-siakan. Betapa bodohnya ayah karena pernah malu memiliki anak sepertimu, seharusnya ayah bangga, ayah takjub dengan anak ayah yang selalu baik pada siapapun tanpa terkecuali ayah sekalipun.

Masih teringat jelas di memori ayah, ketika hari pertama natal 1987, kamu mengirimkan ucapan "Selamat hari natal, ayah." Di lembaran kertas yang kamu tempelkan dipintu rumah.

Bahkan kamu masih sudi menganggap ayah sebagai ayahmu, sedangkan perbuatan ayah padamu sangat tidak termaafkan.

Ayah benar-benar manusia laknat yang tega menyakitimu dan menggoreskan trauma yang cukup dalam, bahkan kamu ketakutan kala melihat wajah ayah.

Keputusan ayah untuk menjualmu pada orang-orang itu, sungguh membuat ayah menyesal. Rasa sakitnya melebihi dicambuk dengan tali panas. Tapi ayah sadar, penderitaan kamu jauh lebih mengerikan dibandingkan ayah.

Kamu tahu Sadewa, ayah bahkan tak sanggup untuk memasuki kamarmu semenjak kamu pergi. Ayah merasa tak layak.

Ayah bukan ayah yang baik. Ayah adalah ayah yang gagal. Tuhan akan menghukum ayah nanti, tak masalah, ayah akan terima itu.

Jangan pernah memaafkan ayah, Dewa. Perbuatan ayah sangat keterlaluan.

Saya ayah yang tega mengotori anaknya, bahkan tega menyuruh orang untuk melenyapkan anaknya sendiri.

Nak ... Jika disana kamu bersama Ibu, sampaikan pada ibu bahwa ayah mengingkari janji. Janji untuk membuat kamu tersenyum jika diantara kami ada yang pergi duluan.

Nara ... Maafkan saya. Saya selalu melukai putramu.

Mungkin setelah ayah menulis surat ini, ayah akan pergi untuk menebus dosa. Sekali lagi, ayah menyesali semuanya.

Berbahagia lah anak ayah ... Ayah senang karena pernah memiliki anak sepertimu.

......

Seneng gak Faisal meninggoy?😭

Btw part selanjutnya END ya

Bubayyy❤️❤️❤️

Sadewa 1987 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang