Gerimis melanda kota Jakarta malam ini, Sadewa baru kembali kerumahnya setelah berkerja keras menjadi penjual koran dipusat kota. Sadewa mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah. Tidak ada lampu penerang dirumah membuat suasana dalam rumah menjadi gelap. Setiap malam, hanya lanpu minyak yang menerangi setiap ruangan. Sudah lama aliran listrik dirumah ini diputuskan, hal itu dikarenakan tunggakan pembayaran listrik tidak kunjung dibayar.
Merasa bahwa ayahnya tidak ada, Sadewa melangkah perlahan menuju kamarnya. Tanpa sengaja, Sadewa menyenggol sebuah meja yang sudah goyang, diatasnya tergeletak beberapa botol sirup berbahan kaca. Akibatnya, beberapa botol terjatuh dan menggelinding ke bawah.
PRANG!
Bunyi pecahan kaca tersebut membuat seorang pria tua yang sedang tertidur diatas kursi, terbangun. Pria tua yang merupakan Ayah Sadewa, menggeram murka. Ia menatap nyalang sosok anak kandungnya.
"DASAR BODOH! KAMU TAHU BETAPA MAHALNYA SIRUP ITU?!" teriak Faisal namun tidak didengar oleh Sadewa.
Sadewa hanya bisa memandang langkah Ayahnya yang kian mendekat. Faisal memukul kepala anaknya dengan raut wajah yang merah penuh amarah. Pria itu sedang mabuk berat. Bak, tidak punya hati, Faisal meninju rahang Sadewa dan menyeret rambut anaknya menuju sebuah ruangan.
"KAMU HARUS DI BERI PELAJARAN!"
Sadewa memberontak kesakitan. Ia berteriak sekuat mungkin, namun sayangnya hanya Tuhan yang bisa mendengar teriakkan pilu seorang Sadewa.
"Ayah, sakit ... Kepala Dewa sakit, tolong maafkan Dewa, Ayah rambut Dewa jangan ditarik. Ayah Dewa mohon berhenti."
Tubuh kurus Sadewa dibanting hingga terbentur dinding. Lelaki malang itu menangis, ia berusaha melindungi perutnya dari tendangan yang dilakukan Faisal secara bertubi-tubi.
Faisal tidak lagi memandang remaja yang disiksanya sebagai putra kandungnya. Ia membenci Sadewa, ia membenci bocah kecil penyebab istri tercintanya meninggal. Sudah beberapa kali, Sadewa memuntahkan darah bercampur air liur dari mulutnya. Ia memejamkan mata sambil merasakan sensasi menyakitkan diseluruh tubuhnya.
Kepala Sadewa ditendang.
Perut hingga dadanya di tendang secara membabi-buta.
Faisal menginjak lutut kaki anaknya hingga membuat Sadewa memekik kesakitan, kakinya serasa mau patah. Faisal menginjak-injak tubuh anaknya bak seperti menginjak kotoran. Terdapat luka sobekan di bibirnya, dadanya terasa sesak. Bahkan Sadewa kesusahan untuk bernafas.
"Ayah ... Sakit."
Kesadaran Sadewa perlahan-lahan mulai terenggut. Lelaki itu pingsan dalam keadaan yang menyeramkan. Meskipun begitu, Faisal tidak hentinya melakukan kekerasan terhadap Sadewa. Ayah keji itu masih melanjutkan aksinya hingga ia merasa puas.
.....
Gadis itu terbangun dari tidurnya tatkala telinganya mendengar suara ayam berkokok di jam lima subuh. Jihan mengusap matanya yang masih mengantuk. Dengan gerakan malas, Jihan merangkak turun dari tempat tidur. Ia harus membereskan rumahnya dan memasak Indomie untuk sarapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadewa 1987
Teen FictionSUDAH END , PART LENGKAP Ibarat Bulan dan Matahari. Sampai dunia hancur pun, Tuhan tidak akan ngizinin mereka untuk bersatu. Karena pada dasarnya, mereka hanya berdiri sesuai masanya. Siang dan malam. Mereka berbeda, berbeda segalanya Sama seperti k...