••"Lara sudah mulai usai. lalu, akankah kebahagiaan segera datang?"
.....
Dua bulan kemudian,
34 Desember 1987.Dengan langkah pelan, Jihan berusaha untuk tidak menggangu Sadewa yang terlelap di sofa rumah Rony. Lelaki itu tidur dengan tangan yang masih memegang buku. Ya, Sadewa ketiduran saat sedang belajar.
Dua bulan sudah usai, banyak cerita yang tidak bisa dijelaskan satu persatu. Selama dua bulan itu, Sadewa menjalani pengobatan untuk memulihkan kakinya usai mengalami patah tulang karena kecelakaan.
Kini, Sadewa sudah bisa kembali berjalan normal. Ini juga berkat Ayah Rony yang menyuruhnya untuk rawat jalan. Dengan mempercayakan dokter Lim untuk mengawasi Sadewa selama itu, hingga hasil akhir yang cukup memuaskan. Selama itu juga, Jihan tak pernah absen memberikan semangat untuk laki-laki itu.
Sadewa tak pernah kembali kerumah itu, rumah tempat dirinya mengalami pelecehan yang sangat traumatis. Ia bahkan takut untuk sekedar menatap sang Ayah. Untungnya banyak orang baik yang mau menemaninya di saat ia ingin menyerah. Sadewa sangat berhutang budi pada mereka.
Pak Ahmad selalu memperhatikan pola makan, tidur, dan aktivitas keseharian Sadewa. Pria itu berkehendak ingin mengadopsi Sadewa, hanya saja Faisal belum mengizinkannya.
Sejak ia memutuskan untuk membawa Sadewa kerumah, pak Ahmad seolah menggantikan peran Ayah yang selama ini Sadewa rindukan.
Jihan memutar pandangan, kedua netranya tertuju pada tumpukan piring kotor. Jihan paling tidak suka dengan piring yang menumpuk. Maka dari itu, ia langsung bergegas mencuci piring tersebut. Mendadak ia teringat tentang ajakan Sadewa beberapa minggu lalu.
"Kalau aku sudah sembuh, aku janji akan ngajak kamu jalan-jalan pakai vespa." Jihan tersenyum senang. Ia mulai melamun, memikirkan betapa menyenangkannya saat hari itu tiba. Meskipun sederhana, Jihan sangat menyukainya.
Lamunannya seketika buyar akibat kedatangan Rony secara tiba-tiba. Lelaki itu mendorong bahu Jihan kesamping, menyuruh perempuan itu untuk menjauh dari wastafel. Jihan yang bingung lantas bertanya. "Kenapa lo? Jangan ganggu gue nyuci piring."
"Gue aja yang nyuci, gak baik kalau kerja sambil melamun. Bisa-bisa gak bersih nanti hasilnya."
Sial, ternyata Rony mengamatinya dari tadi. Ia merasa malu. "Sadewa udah bangun, suruh dia makan, tuh anak belum makan siang dari tadi karena keasyikan baca buku."
"Lo kenapa gak sekolah?" Pertanyaan nyeleneh yang dilontarkan Jihan, sontak membuat Rony tertawa "Libur akhir tahun bego!" Ucapnya kurang santai. "Oh iya, gue lupa."
Tak berselang lama, Sadewa pun datang dan langsung menarik-narik tangan Rony bak adik kecil. "Rony, katanya kamu mau buat permohonan, ayo kita sama-sama buat."
"Gak ah, percuma takkan terkabul juga."
"Ayolah Rony, kamu udah janji sama aku malam itu." Sadewa berusaha membujuk Rony kendati lelaki itu tetap gak mau gerak. Bisa dibilang, Rony sedang mager.
"Ehh, sengklek! Kalau dah janji di tepati, mager amat lo!" Sela Jihan sembari menghentikan tangan Rony yang sibuk mencuci piring. Perempuan itu menarik pergelangan tangan Rony dan membawa lelaki itu dihalaman belakang, tentunya diikuti oleh Sadewa.
![](https://img.wattpad.com/cover/346131560-288-k999459.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadewa 1987
Teen FictionSUDAH END , PART LENGKAP Ibarat Bulan dan Matahari. Sampai dunia hancur pun, Tuhan tidak akan ngizinin mereka untuk bersatu. Karena pada dasarnya, mereka hanya berdiri sesuai masanya. Siang dan malam. Mereka berbeda, berbeda segalanya Sama seperti k...