••"Setiap kali Aku melihatmu, Aku jatuh cinta lagi."
.....
Sadewa Langit Baskara, definisi keindahan itu tak harus sempurna, sederhana saja sudah cukup. Begitulah yang Jihan pikirkan setiap kali bayangan lelaki itu melintas dipikirannya. Ah, Sadewa memang paling jago membuat Jihan tidak bisa tidur semalaman, senyam-senyum sendiri bagai orang tak waras.
Jam menunjukkan pukul setengah lima lewat, Jihan segera bersiap untuk menunaikan ibadah shalat subuh. Selesai berwudhu, Jihan langsung memakai mukena berwarna putih pemberian dari Ibu kost.
Setelah usai menunaikan ibadah, Jihan langsung membereskan kostnya dan bersiap-siap, hingga tak terasa jam sudah menunjukkan pukul delapan.
Para penghuni kost tersenyum ramah begitu Jihan keluar dari pintu. Penghuni disini semuanya dikalangan wanita, dan tak sedikit yang sebaya dengan Jihan. Selain itu, mereka semua ramah dan saling membantu. Hal seperti ini jarang Jihan temukan di zamannya yang penuh kesibukan.
Jihan ingin menemui Sadewa secepatnya. Entahlah, sepertinya dia rindu dengan sosok lelaki itu. Padahal baru semalam dia dan Sadewa saling tertawa di pondok bambu. Meskipun kala itu Rony- papanya turut hadir dan mengganggu momen mereka.
Astaga, Jihan hampir melupakan sesuatu. Hari ini hari minggu, otomatis Sadewa akan pergi ke gereja untuk beribadah. Ia kembali menelan pil pahit. Jihan sadar bahwa dirinya dan lelaki itu terlalu banyak perbedaan.
Dari awal mereka ditakdirkan bukan untuk menjalin ikatan cinta. Teman, Tuhan mempertemukan mereka hanya untuk sebatas teman. Namun, bagaimana dengan nasip perasaan Jihan?
Terlepas dari banyaknya perbedaan. Sesuatu yang sejak lama Jihan sadari. Ia ... Sudah mencintai Sadewa sejak mereka berkelana di kota Jakarta dengan sepeda Onthel.
Jihan menyayangi rembulannya.
Namun, Jihan tidak diizinkan untuk memeluk rembulannya.
Selagi menunggu Sadewa pulang dari gereja, Jihan berinisiatif untuk menemui Rony. Jarang-jarang kan, ada orang yang bisa menemui ayahnya saat masih muda begini.
Langkahnya terhenti begitu sudah sampai didepan pintu rumah Rony. Jihan menggedor pintu tersebut. Selang beberapa detik, pintu itu dibuka dan menampilkan Rony yang sepertinya baru bangun tidur.
Menyadari itu Jihan, Rony kembali menutup pintunya, dan segera pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya agar segar. Wajahnya selalu kotor kalau baru bangun tidur, hal itu membuat Rony malu menunjukkan wajahnya pada Jihan tadi. Rony kembali, Jihan hanya menyengir begitu Rony menatapnya penuh tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadewa 1987
Teen FictionSUDAH END , PART LENGKAP Ibarat Bulan dan Matahari. Sampai dunia hancur pun, Tuhan tidak akan ngizinin mereka untuk bersatu. Karena pada dasarnya, mereka hanya berdiri sesuai masanya. Siang dan malam. Mereka berbeda, berbeda segalanya Sama seperti k...