Hai semua... Mamak balik lagi dengan cerita baru. Kali ini mau mencoba genre romance fantasy. Semoga kalian suka yaw!
Btw, cerita ini sudah tersedia lengkap di Karyakarsa, jadi buat yang mau baca versi lengkap nggak pakai lama, bisa langsung cus ke akun Karyakarsa Mamak yaaaww...
Big hug and kisses,
Mamak Nik
Suara burung-burung yang bernyanyi terdengar begitu merdu seakan burung-burung itu melakukan paduan suara. Cahaya bersinar begitu terang menyinari segala yang ada di tanah tersebut. Sungai-sungai mengalir tenang dengan air yang begitu jernih hingga segala macam kehidupan di bawah air dapat terlihat.
Udara segar yang akan membuat siapa saja yang menghirupnya tersenyum. Hamparan jalan yang berkelok dan seluruhnya tertutup oleh kelopak bunga indah berwarna merah muda, juga pohon-pohon rindang dengan berbagai buah lezat yang bisa dipetik kapan saja dan oleh siapa saja.
Di kejauhan, sebuah danau dengan air yang berwarna sangat biru, dengan hamparan pegunungan yang menjulang berselimutkan awan seperti dalam lukisan. Tempat itu selalu benderang, selalu sejuk, dan selalu menyenangkan untuk dipandang. Karena tempat itu adalah Eyden, tempat tinggal para malaikat.
Keindahan itu mungkin hampir tidak nyata bagi para manusia biasa. Namun, bagi malaikat yang sudah tinggal di sana sejak mereka tercipta, keindahan itu adalah satu hal yang selalu mereka lihat. Segalanya tampak indah, juga para malaikat yang tinggal di dalamnya.
Seharusnya, tempat seindah itu menjadi tempat paling damai yang pernah ada. Sayangnya, sama seperti manusia, malaikat juga ada yang bersikap nakal dan seenaknya, serta tidak suka dengan kebahagiaan malaikat lain. Selalu ada malaikat yang merasa dirinya 'lebih' daripada yang lain.
Salah satu dari malaikat nakal dan sombong itu, kini sedang terlihat merayu seorang wanita cantik di bawah sebuah pohon yang sangat rindang.
"Bukankah kau sendiri mengakui jika aku lebih tampan dari kakakku? Apa kau tidak pernah tertarik sedikitpun kepadaku, Aniela?"
Nathaniel, si malaikat tampan itu, memandang wanita cantik yang ada di hadapannya. Sama seperti malaikat lainnya di sini, mereka diciptakan dengan paras yang luar biasa tampan dan cantik.
Namun, Nathaniel selalu yakin bahwa dirinyalah, malaikat yang paling tampan dan indah dari semua malaikat yang ada di Eyden.
Nathaniel sendiri berambut gelap, rahang tegas dengan tulang pipi yang tajam, hidung ramping, dengan bibir tipis berwarna merah alami dan mata coklat berkilau sewarna madu. Tubuhnya tinggi, besar, dan berotot sempurna.
Di hadapannya, duduk Aniela, malaikat cantik dengan rambut pirang terang panjang tergerai di punggungnya, matanya yang berwarna biru terang, berbentuk seperti buah almond dengan kelopak yang lebih kecil dan bentuk yang sedikit memanjang.
Bibirnya yang merah muda alami itu juga mampu mengundang seorang pria untuk menciuminya habis-habisan, dan itulah yang akan Nathaniel lakukan jika Aniela terus menerus menolaknya.
Ia bukannya sedang jatuh cinta setengah mati pada Aniela. Sejujurnya, ia membenci gadis itu. Atau lebih tepatnya lagi, Nathaniel membenci cinta itu sendiri.
Mereka adalah malaikat, dan lambang dari keindahan. Segala sesuatu dalam diri mereka adalah kesempurnaan dan daya tarik, lalu kenapa mereka masih harus saling jatuh cinta? Itu berarti, mereka sama seperti manusia biasa yang akan selalu melihat keindahan orang lain kan?
Aniela adalah kekasih dari Azrael, kakak kandung Nathaniel. Hubungan mereka sudah berlangsung selama puluhan tahun, dan Nathaniel mendengar jika kakaknya itu sedang berencana untuk menikahi Aniela.
Itu berarti, akan ada lebih banyak lagi malaikat kecil yang mungkin lahir dari pernikahan itu. Dan ia tidak suka itu. Seharusnya, sebagai makhluk sempurna, mereka tidak perlu saling jatuh cinta dan menikah. Kenapa harus tinggal di surga yang sangat indah jika mereka masih melihat bentuk keindahan lain di makhluk yang tinggal di sana?
"Kau memang lebih tampan darinya, tetapi Azrael adalah kekasihku. Kami akan segera menikah."
Suara Aniela yang merdu itu menimbulkan desiran angin di sekitar mereka. Selain cantik, Aniela juga memiliki suara yang sangat indah. Semua penghuni Eyden memuja suaranya. Semua, selain Nathaniel.
Nathaniel mencibir dalam hati mendengar itu. Di Eyden, Nathaniel sudah terkenal sebagai malaikat penghancur hati wanita. Ia akan mengganggu hubungan malaikat manapun yang sedang jatuh cinta, dan membuat wanita itu jatuh cinta padanya. Setelah itu, Nathaniel akan meninggalkan hati wanita itu terluka.
Tidak ada satupun yang bisa menolak pesonanya meskipun Nathaniel sudah terkenal sebagai malaikat penghancur. Para wanita takluk di kakinya, sementara pada pria membencinya.
Selama ini, tidak ada yang berani melawannya karena ia adalah putra dari Raphael, malaikat tertinggi yang memimpin Eyden. Para malaikat yang kekasihnya direbut Nathaniel, mungkin memang kesal dan ingin membunuhnya, tetapi tidak ada yang berani mengajaknya berduel. Mereka hanya bisa pasrah dan meninggalkan wanita itu, sebelum Nathaniel yang menyakiti sendiri wanita malang yang masuk ke dalam tipu dayanya tersebut.
"Dan kau sudah terkenal sebagai malaikat penghancur hati wanita. Aku tidak akan terkena tipu dayamu," sambung Aniela lagi sambil memandang Nathaniel dengan sorot mata tegas. "Kau hanyalah makhluk sombong yang hanya bisa mencintai dirimu sendiri. Seharusnya tempatmu di neraka. Bukan di sini."
Nathaniel tertawa, tetapi sesaat kemudian, wajahnya kembali serius. "Bagaimana jika kukatakan aku benar-benar jatuh cinta padamu dan tidak akan memperdayamu? Malaikat paling sombong pun pada akhirnya akan luluh jika bertemu pasangan yang tepat baginya."
Aniela sedikit tersentak mendengar pengakuan itu, tetapi hanya sesaat. Ia kembali menampakkan wajah datar dan memandang hamparan sungai yang mengalir di depan mereka.
"Kau adalah malaikat tercantik di Eyden. Bukankah seharusnya kau mendampingiku dan bukannya Azrael?" bujuk Nathaniel lagi sambil memandang Aniela dengan sorot mata yang hangat. Tipu daya adalah keahliannya. Bukan hal yang sulit membuatnya terlihat seperti benar-benar jatuh cinta pada Aniela.
"Itu...itu tidak mungkin. Kau tidak mungkin jatuh cinta," bisik Aniela dengan suara serak.
Kena kau! Batin Natahaniel girang. Suara serak itu adalah pertanda jika Aniela merasa gamang. Juga, di dalam hatinya, Nathaniel yakin, wanita itu pasti sangat bahagia mendengar 'pengakuan' cintanya.
Selama ini, Nathaniel adalah malaikat yang tidak bisa ditaklukkan oleh siapapun. Jika ada yang berhasil melakukannya, ia akan dihormati oleh seluruh malaikat lain yang ada di Eyden. Itu, jelas adalah kebanggaan bagi malaikat wanita.
Nathaniel mendekat seraya meraih tangan wanita itu yang halus, dan menggenggamnya. Aniela tidak menolak genggaman itu yang membuat Nathaniel semakin mencibir dalam hatinya. Wanita ini jelas-jelas sudah jatuh cinta padanya. Hanya tinggal menunggu waktu sebelum Aniela mengaku, dan itu akan terjadi tidak lama lagi.
"Jika kita bersama, kau akan dihormati dan dikagumi seluruh malaikat lain. Para wanita akan memujamu, sementara para pria akan semakin mengakui kecantikanmu. Tinggalkan Azrael, Aniela. Aku tahu kau memiliki perasaan kepadaku."
Aniela mengangkat wajahnya untuk menatap Nathaniel, mencari kesungguhan di mata pria itu. Tentu saja Nathaniel bisa menunjukkannnya. Jika ada keahlian selain mematahkan hati wanita yang dimilikinya, ia juga bisa terlihat sangat serius meskipun kenyataannya tidak seperti itu.
"Ta...tapi..."
"Aku yang akan bilang kepada kakak dan ayahku. Kau tidak perlu bertanggung jawab untuk semua ini, Aniela."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Cursed Angel (TAMAT)
Ficción GeneralVERSI LENGKAP SUDAH TERSEDIA DI KARYAKARSA Nathaniel dikutuk menjadi manusia dan diusir dari Eyden, tempat tinggal para malaikat, karena kesalahan fatal yang tidak bisa dimaafkan. Sang ayah memberinya 'tugas' sebagai syarat agar dirinya bisa kembali...