"Sani, pernah coba makanan Itali yang ada di daerah Tebet?"
Bunyi ponsel karena ada chat masuk membuat Sani meninggalkan seblak yang masih dimasaknya di sebuah wajan. Beralih ke meja makan, tempat ponselnya ditelantarkan.
Sani berdecak setelah melihat nama pengirim dan isi chat-nya melalui notifikasi.
"Duh si Rey chat gue mulu. Dahlah bodo amat."
Notifikasi ponsel menjadi jalan ninja Sani sebelum benar-benar membuka chat dari orang lain. Sekiranya pesan yang dikirim bisa cepat ditanggapi, pasti segera ia buka lantas membalasnya. Sekiranya butuh waktu untuk memikirkan balasan atau tak berselera menanggapi, cukuplah dibaca melalui notifikasi. Sani tak acuh, ia kembali fokus pada masakannya saja.
Usai dihidangkan di sebuah mangkuk. Sedikit Sani menatanya dengan baik lalu memotretnya menggunakan ponsel. Ia unggah di Instagram dan WhatsApp. Sementara itu, di ruang TV Ibu sudah bersin-bersin mencium masakan Sani. Membuat perempuan itu akhirnya melangkah ke dapur.
"Masak seblak, ya?"
"Eh ibuku cantik, ibuku sayang. Iya nih aku masak seblak. Lagi pengen seblak viral ini. Ibu mau?"
"Buat kamu aja. Ibu juga dulu sering jajan seblak pas sekolah, Neng."
"Cobain atuh seblak buatan aku, Bu."
"Masih kenyang da ibu mah."
Maka semangkuk seblak dinikmati Sani sendiri. Lalu Ibu memilih tidur siang di kamar.
Layar ponsel Sani menunjukan story WhatsApp dari teman-teman. Beberapa dibuka karena menarik perhatian Sani. Sisanya tak ia buka. Urusan story WhatsApp saja Sani pilih-pilih.
"Enak kayaknya, San. Tapi jangan terlalu sering makan seblak. Gak baik buat kesehatan."
Rey lagi. Sani memutar bola matanya. Namun, dipikir-pikir tak ada yang salah juga dari Rey. Dia sedang berusaha mengenal Sani. Sepertinya tak ada yang salah juga jika Sani sekadar menanggapi chat Rey.
"Gue gak suka makanan Itali. Btw, ini baru pertama cobain seblak. Lo biasanya masak apa, Rey?"
Usai menimbang-nimbang isi balasan, barulah Sani tekan tombol kirim. Dengan cepat, centang dua biru langsung muncul. Balasan sudah masuk sebelum Sani keluar dari aplikasi. Selanjutnya, belum ia balas bahkan membaca chat Rey lagi.
Rey benar-benar mengejar Sani. Hari ke hari, ia selalu punya topik diskusi dengan Sani. Hingga menawarinya projek stylist minuman milik teman Rey. Story Sani selalu dibalas, media sosial Sani diikuti semua. Lama-lama, rasa kasihan meliputi hati Sani. Sehingga membuatnya berbaik hati menanggapi chat Rey dengan mudah. Nahasnya, cerita lama terjadi lagi. Setelah tiga minggu berinteraksi, Rey tak sama lagi di awal. Seolah hanya membawa rasa penasaran tentang Sani saja. Setelahnya, ia menghilang. Tak pernah mengajak Sani berbincang.
"Basi banget cowok model begini." Sani bergumam melihat foto Rey dengan seorang chef wanita. Entah rekan atau pacar Rey.
"Cowok ngedeketin emang tabiatnya cuma penasaran. Setelah itu menghilang tanpa penjelasan. Kalau di awal bilang mau kenal untuk ke jenjang serius, harusnya sebelum pergi pamit dulu."
Tidak, Sani tidak cemburu. Ia hanya kesal menemui lelaki yang seperti itu lagi. Inilah alasan Sani tak menanggapi Janu, karena pikirannya sudah sangat menyetujui setiap lelaki yang mendekati Sani, hanya menghabiskan rasa ingin tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melamar Husein
SpiritualBukankah tidak ada solusi bagi 2 orang yang saling mencintai selain menikah? Jika keduanya telah mampu. Tapi bagaimana kasusnya jika seperti yang dialami Sani pada Husein? Sani mencintai Husein sejak ia duduk di bangku SMP. Cintanya memang tidak beg...