Dua porsi dessert sudah dihidangkan. Cokelat dan potongan strawbery yang menjadi topping sangat menggoda lidah. Sani bertepuk tangan bahagia. Sementara itu, Ari hanya tersenyum melihat kenikmatan dessert di depannya. Mahakarya tangan Alia lah dessert yang siap masuk memenuhi perut mereka.
"Coba, dong. Ini gue buat sebagai testi rasa baru dessert gue nantinya." Alia menyanggah dagunya. Ia masih mengenakan celemek biru.
Sanu berdehem pelan. Memutar sekotak dessert hingga seluruh sisi ia amati. "Sebelum gue makan, gue nilai penampilannya dulu."
Alia mengangguk sambil tersenyum. Ari melipat kedua tangan di depan dada tak sabar menunggu penilaian Sani.
"Warna oke, perpaduan cokelat dan merah dari strawberrynya. Secara warnanya gak dibikin vertikal, tapi ini dibuat horizontal. Gak kebayang gimana susahnya lo bikin ini, Al. Di beberapa sisi dessert lo kasih keju juga. Topping oke. Dari penampilan, udah 'bawa harga'."
"Thank you." Alia menanggapi.
Sani melanjutkan, dengan mencicipi dessert Alia. Potongan pertama, Sani merasakan kelembutan dessert. Potongan kedua, kental rasa cokelatnya terasa lembut dan perlahan lumer di mulut. Potongan ketiga, rasa kecut strawberi memberi sensasi berbeda karena campur dengan keju dan cokelat. Perempuan itu menggeleng-gelengkan kepala. Tak mampu menyumbang kata-kata.
"Kalau Sani udah gini, sih tandanya oke," celetuk Ari. Melirik ke arah Sani dan Alia bergantian. Segera ia juga menyantap dessert.
Akhirnya, tiga bersahabat itu menikmati dessert bersama. Berbagai topik pembicaraan masuk dan keluar seiring dengan manis dan asam dessert yang lebih segar. Perjalanan karir Alia yang baru dirintis 6 bulan, sedang merangkak naik. Dengan perjalanan yang dimulai dirinya sendiri lalu 3 bulan kemudian ia merekrut 2 orang yang membantu di bagian dapur dan penjualan. Berbekal hobinya dalam membuat makanan dan ilmu yang didapat semasa kuliah jurusan tata boga dengan Sani. Sekarang, Alia sudah mempekerjakan 4 orang dalam timnya.
"Udah jam 1, nih. Gue cabut, ya. Udah shift gue kerja. Thanks banget buat dessert-nya. Pasti gue rekomendasiin di medsos dan ke temen-temen gue."
"Buru-buru amat, Ri?" tanya Alia.
"Daripada telat, Al."
Di antara ketiganya, Ari memang paling disiplin dalam hal waktu. Sebagai seorang karyawan toko perlengkapan kamera di salah satu pusat belanja. Ia tiba 30 menit sebelum jadwalnya. Mengingat jalanan Jakarta yang tak selalu bersahabat.
"Sisa dessert-nya gue bawa, ya."
"Mau gue tambah?"
"Eh, gak usah, Al. Ini juga cukup. San, gue duluan ya. Al, makasih. Assalamualaikum."
Buru-buru sekali Ari beranjak dari dapur Alia. Suara langkah kakinya bergema di dalam rumah hingga tak lagi terdengar.
***
Portofolio Sani di Linkedin sedang ia perbarui. Setiap project yang telah diselesaikan, ia unggah di sana. Sebagai bagian dari promosi dan branding terkait jasa yang dimilikinya. Malam yang cukup damai, karena Maul tak banyak berulah. Adik bungsunya telah pulang tepat waktu, masuk sekolah dengan baik, meski tanda perang dingin masih Maul kibarkan pada sang kakak. Ia yang bersalah, ia yang marah. Demikianlah. Meski tidak mau menyalahkan siapa-siapa, tapi memang Maul mendapat perhatian dan fasilitas hidup yang sedikit lebih baik daripada Sani dan Dira. Sehingga mengubah pola asuh ibu dan ayah jadi cenderung apa yang dimau Maul pasti diwujudkan. Ini memperberat peran Sani sebagai tulang punggung keluarga saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melamar Husein
SpiritualeBukankah tidak ada solusi bagi 2 orang yang saling mencintai selain menikah? Jika keduanya telah mampu. Tapi bagaimana kasusnya jika seperti yang dialami Sani pada Husein? Sani mencintai Husein sejak ia duduk di bangku SMP. Cintanya memang tidak beg...