02. Ajuan Cuti

2.4K 115 0
                                    

_______________

Setelah semalaman mengurung diri di kamar tanpa mau keluar saat dipanggil sang Papa, akhirnya pagi ini Rinjani keluar dengan setelan kerjanya hari ini. Berhubung ini hari Kamis, Rinjani mengenakan kemeja batik dengan rok hitam sepan semata kaki. Hijab ia lilit ke belakang, membuatnya terlihat dewasa.

"Rin... Kamu mau berangkat kerja?" Sapaan dari sang Mama membuat Rinjani menolehkan atensinya yang semula ke ponselnya.

"Iya Ma," angguknya. Lalu menuju ruang makan yang sudah ada Papa dan Masnya, Juanda.

"Putri Elsa Papa akhirnya keluar kamar." Celetuk sang Kakak yang berniat menggoda sang adik.

"Mas..." Peringat sang Papa.

Papa Danu, menatap sang putri yang kini tampak sendu namun berusaha untuk tegar. Jujur saja, saat mendengar dari sang istri jika Fathan, pacar dari anak gadisnya ini mencampakkan sang anak dan bahkan akan menikahi wanita lain, sempat membuat sang Papa kalap dan emosi. Pun juga dengan sang Kakak, ia bahkan sudah akan ke rumah si brengsek itu jika saja tak dicegah oleh sang Mama. Mereka kecewa, mereka marah, dan mereka membenci lelaki itu.

"Makan yang banyak, Rin. Biar kuat menghadapi dunia." Celetuk Papa membuat Rinjani menoleh.

"Iya Pa." Jawabnya singkat.

"Kamu beneran nggak papa, Rin? Nggak ada yang mau kamu suruh ke Mas, biar Mas lakuin?" Tanya Juan.

"Nggak ada Mas, mau nyuruh apa coba? Rinjani lagi males nih." Sahut Rinjani mulai kesal dengan sang kakak.

"Ya udah, buruan dihabiskan. Biar Mas anterin sekalian." Jelas Juan.

Juanda, lebih tepatnya Juanda Pratama Atmadja, seorang Perwira Angkatan Udara berpangkat Kapten. Ia baru saja mendapatkan cuti selama 2 Minggu setelah misi ke Perbatasan terakhir kali. Itu sebabnya ia bisa ada di rumah orang tuanya karena sudah lama sekali tak pulang. Di usianya yang ke 32 tahun, ia masih belum menikah. Pasalnya, kekasih yang akan ia nikahi memilih untuk mengakhiri hubungannya karena tak sanggup LDR. Terima tidak terima, Juanda harus melepasnya. Karena prinsipnya, jika ia benar-benar menyayangimu dan mau berkorban dan berjauhan denganmu, maka akan ia pertahankan. Tapi jika ada gadis yang tak menerima profesimu, lalu tidak ingin jauh darimu dan menentang dirimu untuk melaksanakan tugas, maka lepaskan. Ia hanya akan menyusahkan mu dengan segala rengekan dan keluhannya terhadap pekerjaanmu.

Rinjani bekerja di kantor penerbitan, sebagai Editor. Selain bekerja, Rinjani juga memiliki hobi yang berhubungan dengan pekerjaannya. Yaitu Penulis. Benar, Rinjani seorang penulis, baik itu romance, religi dan juga action. Dan rata-rata novel  yang ia tulis, dipinang oleh Penerbit Mayor. Namanya sudah menjadi terkenal sejak buku pertamanya yang berjudul, Laut Untuk Sang Kapten. Menceritakan bagaimana perjalanan seorang Kapten Laut yang mengelilingi dan mengarungi perairan Indonesia. Dan hampir semua ceritanya bertema Abdi Negara.

Mungkin benar apa yang dikatakan beberapa orang, jika kita berharap pada manusia, hanya akan mendapatkan kecewa. Tapi jika kita berharap pada sang Pencipta, Ia akan memberikan apa yang kita minta.

Semua sudah berlalu, ia tak bisa lagi berharap Fathan akan datang kembali dan memohon maaf padanya. Karena sungguh, sudah sejak seminggu yang lalu ia tak mendapatkan kabar atau pesan apapun dari Fathan yang mengatakan akan mengakhiri hubungan mereka dengan cara seperti ini. Itu artinya, memang benar jika ia benar-benar di campakkan oleh seorang Fathan yang brengsek dan tak tahu diri.

Entahlah, entah mengapa bisa Rinjani secinta itu pada Fathan yang dari segi perilaku saja, sangat membuatnya sakit kepala.

"Mbak Desy, Bu Kania ada di ruangan nggak ya, jam segini?" Tanya Rinjani.

"Kayanya begitu deh, dari tadi Mbak juga nggak lihat sih. Coba aja kamu cek dulu, siapa tau ada kan. Emang mau ngapain ke ruangan Bu Kania? Kamu mau cuti?" Tanya Mbak Desy, rekan satu divisinya.

"Iya, niatnya gitu sih, Mbak. Ya udah deh, aku coba lihat ke ruangannya dulu. Makasih ya, Mbak." Ucap Rinjani.

"Iya, semoga berhasil ya." Ucap Mbak Desy memberi semangat.

Selain baik, Mbak Desy juga sudah menganggap Rinjani sebagai adik. 2 tahun setengah Rinjani sudah bekerja di kantor Penerbitan ini. Dan ia sangat nyaman bekerja disini, apalagi dengan rekan-rekannya yang lain, semua baik dan ramah.

Tok! Tok!

"Masuk!"

Seruan itu terdengar dari dalam ruangan. Segera saja Rinjani masuk ke dalam. Mendapati kepala bagiannya yang kini sedang memeriksa laporan.

"Siang Bu Kania." Sapa Rinjani.

"Eh, Rin, silakan duduk. Ada keperluan apa?" Tanya Bu Kania.

"Begini Bu, saya mau ambil cuti bisa nggak ya?" Tanya Rinjani to the point.

"Kamu ada keperluan apa sampai ambil cuti, Rin?" Tanya Bu Kania.

"Emmm, urusan pribadi Bu." Jawab Rinjani takut-takut jika Bu Kania akan mengamuk.

"Kapan?" Tanya Bu Kania.

"Lusa, Bu. Tapi kalau nggak bisa, nggak papa kok Bu." Jelas Rinjani. Belum apa-apa saja, ia sudah menyerah begini.

Bu Kania tampak menimbang dan memikirkan sesuatu. Mengangguk sekali lalu menatap Rinjani. Membuat Rinjani ketar-ketir menunggu ucapan Bu Kania selanjutnya.

"Bisa, tapi gimana dengan kerjaan kamu, Rin?" Tanya Bu Kania.

"Hanya tinggal 2 naskah lagi yang harus saya periksa, Bu, tapi saya usahakan semoga bisa selesai Lusa." Jawab Rinjani yakin.

"Ya sudah, Lusa kamu datang ke ruangan saya ya, ambil surat izin cuti. Rencananya kamu mau cuti berapa hari, Rin? Biar Ibu bisa mengontrol disini kalau-kalau kamu lama dan tiba-tiba kita menerima naskah lagi." Jelas Bu Kania.

"Emm, seminggu aja, Bu." Jelas Rinjani.

"Oke." Angguk Bu Kania.


_______________

09 Mei 2023
11 Mei 2023
Publish 04 Juli 2023

Kapten Laut Untuk RinjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang