______________
Sejujurnya, Rinjani ini orangnya memang mudah akrab. Apalagi jika yang satu frekuensi dengannya. Misalnya, pada sesama penulis atau pembaca Wattpad. Sudahlah, sudah dapat dipastikan jika ia akan betah mengobrol seharian.
Dan itu tak menutup kemungkinan saat Rinjani bertemu dengan Raksa seperti sekarang ini. Selain pembaca novelnya, lelaki ini juga fansnya. Jadi, yah bisa dikatakan jika Rinjani sedang mengakrabkan diri dengan Raksa. Karena memang ini lah, sisi lain darinya yang tidak banyak orang lain tahu.
"Artinya kita sefrekuensi, bener nggak?"
Eh? Maksudnya gimana nih? Kok bisa-bisanya cowok ini sepemikiran dengannya saat ini?
"Emm, bisa jadi sih. Soalnya kan, kita nyambung kalau ngobrol."
"Cocok, kan?" Tanya Raksa kemudian.
"Hah?"
Cocok apa nih? Orangnya, atau bahan obrolannya? Hahaha, nggak mungkinlah orangnya. Sudah pasti bahan obrolannya.
Mengangguk pelan, Rinjani mengulum senyum. "Kan obrolan kita juga yang emang sefrekuensi, Mas. Jadi cocoklah." Jawab Rinjani.
"Hmm..." Dehaman yang Raksa berikan.
Duh, kok tiba-tiba suasananya jadi awkward begini sih? Canggung. Ini Rinjani nggak salah bicara kan?
"Pulang ini, dalam rangka apa, Mas?" Tanya Rinjani kemudian.
"Liburan, ketemu orang tua. Udah lama nggak pulang." Jawabnya.
"Oh, sibuk kerja di laut sih ya kan." Sahut Rinjani.
"Iya,"
Dan, kembali hening. Rinjani bingung harus mengobrol kan apa lagi, pun juga dengan Raksa yang tak tau harus mengangkat topik apa.
"Ekhem, jujur saja Rin, saya suka sekali dengan novel-novel kamu. Cara kamu menyampaikan isi didalamnya begitu apik. Pembahasannya juga nggak monoton, dan yang pasti tulisan kamu rapi, tidak asal seperti penulis-penulis lainnya yang saya baca. Ditambah kamu juga ramah ke pembaca yang kebetulan komen di cerita kamu, dan itu poin plusnya." Jujur Raksa kemudian.
Oke, ini ceritanya Raksa lagi mengungkapkan kesukaannya pada karya-karya Rinjani. Jangan baper Rin, kan yang dipuji karya-karya kamu, bukan kamu.
"Wah, makasih ya Mas. Duh, saya senang banget dengar langsung begini dari pembaca saya. Tapi, kalau misalnya ada yang kurang, Mas boleh kok langsung bilang ke saya. Ya, biar saya bisa membenahinya lagi untuk novel-novel selanjutnya." Jawab Rinjani antusias.
Jika boleh jujur, setiap individu itu tidak bisa menentukan ia harus jatuh cinta ke siapa. Atau ia harus suka ke siapa. Itu nggak bisa. Karena itu diluar kendali setiap insan. Jadi, jika Rinjani bilang, jika ia jatuh ke dalam pesona seorang Raksa, apakah kalian percaya? Yah, mengingat jika ia baru patah hati kemarin, tapi hari ini ia sudah berani dengan jujur pada perasaannya jika ia sudah menjatuhkan pilihannya. Yah, orang itu Raksa.
Hanya saja, ia tak berani untuk berterus terang. Karena mereka baru bertemu, baru berkenalan, dan baru saling mengobrol sekarang ini. Belum tahu sisi lain seorang Raksa seperti apa. Belum tahu jika kedepannya mereka akan bertemu lagi, atau tidak. Belum tahu jika kedepannya mereka hanya akan tetap sebatas pembaca dan penulis saja atau tidak.
Yah, tiba-tiba Rinjani diserang kekhawatiran itu. Karena sebenarnya Rinjani adalah individu yang rumit. Ia bisa dengan cepat menyukai lelaki random di sekali pertemuan, lalu setelahnya ya sudah, berakhir begitu saja setelah tidak bertemu lagi.
Move on itu sebenarnya mudah, tapi prosesnya yang sulit. Karena harus mencari, memilah, memantapkan hati dan meneguhkan pendirian, bahwa seseorang yang menjadi pelabuhan selanjutnya tidak akan seperti yang kemarin itu sangat membutuhkan waktu dan kesabaran yang nggak singkat.
Kita bisa saja memilih random, tapi apakah orang yang kita pilih ini adalah orang yang tepat? Bagaimana jika ia kembali melukai seperti yang kemarin? Atau bagaimana jika orang ini tidak seperti yang kita harapkan? Bukan berakhir bahagia, malah yang ada kecewa. Dan Rinjani belum siap untuk kembali terluka dan kecewa lagi.
Jadi, jangan mudah baper ya hati, jangan mudah menjatuhkan hati pada orang random yang baru ditemui dan dikenal. Karena kalau dia pergi, yang sakit bukan fisik, melainkan psikis.
Dan, perjalanan darat dengan Kereta Api yang lumayan memakan waktu cukup lama itu akhirnya tiba di stasiun terakhir, stasiun Kota Rantau Prapat.
Rinjani hendak mengambil koper di bagian atas tempat duduknya, namun dengan cepat Raksa membantunya.
"Makasih..." Ucap Rinjani tersenyum tulus.
"Sama-sama. Yuk, keluar bareng, biar saya saja yang bawa kopernya." Ucap Raksa.
"Eh? Beneran, Mas?" Tanya Rinjani tak enak.
"Iya beneran, gih jalan duluan." Suruh Raksa.
Duh, Rinjani kan jadi enak kalau begini, eh? Hanya membawa tas backpack, Rinjani berjalan keluar perlahan. Dan Raksa mengikutinya tepat dibelakangnya. Lelaki itu sudah membawa ransel di pundak yang kelihatan lumayan berat dan banyak isinya, masih menyempatkan membawakan koper sedang miliknya. Rinjani sungguh merasa tak enak hati.
Begitu keluar dari cabin Kereta, akhirnya keduanya menyempatkan diri untuk duduk sebentar di ruang tunggu yang kebetulan tak banyak orang yang sedang duduk.
"Mas, di jemput?" Tanya Rinjani.
"Nggak, saya kebetulan pulang tanpa mengabari orang rumah." Jelas Raksa.
"Oh.."
"Ini mau langsung ke hotel?" Tanya Raksa.
"Iya, Mas. Lumayan capek juga duduk aja di Kereta tadi." Jawab Rinjani.
"Saya udah pesan grab, mungkin sebentar lagi sampai. Saya antarkan sampai hotel, ya?" Ucap Raksa.
"Ha? Kok? Haduh, saya jadi ngerepotin Masnya kan. Padahal ini saya baru aja mau pesan grab." Duh, semakin tak enak hati Rinjani dengan Raksa yang sudah baik sekali dengannya.
"Nggak papa, sekalian ini. Nih, grabnya sudah sampai. Yuk, ke depan." Ajak Raksa.
Dan, mau tak mau Rinjani mengikuti Raksa. Dan benar, Raksa benar-benar mengantarkannya sampai hotel tempat Rinjani menginap selama di Rantau Prapat.
"Tuh kan, saya bener-bener ngerepotin Masnya nih." Ucap Rinjani lagi begitu sampai di hotel.
"Nggak papa, saya yang mau antar kamu kok. Saya khawatir, kan kamu baru kesini, mana sendirian pula." Ucap Raksa.
"Ya udah deh, makasih ya Mas. Habis ini, langsung pulang, Mas?" Tanya Rinjani.
"Iya, mau langsung istirahat di rumah." Jelas Raksa.
"Oh, ya udah deh. Hati-hati ya. Selamat menghabiskan waktu dengan keluarga." Ucap Rinjani.
"Iya, makasih ya."
Raksa berbalik, hendak menuju ke mobil grab yang tadi. Namun, ia kembali berbalik saat Rinjani bahkan sudah di depan meja resepsionis hotel.
"Rin, boleh minta WA kamu, nggak?"
Nah loh?
⚓
______________25 Mei 2023
29 Mei 2023
Publish 01 Agustus 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapten Laut Untuk Rinjani
RomanceFOLLOW SEBELUM MEMBACA!!⚠️⚠️ Update setiap hari Jum'at!!! _________________ "Kalau disuruh memilih antara Laut dan Langit, kamu mau pilih yang mana?" Tanya Raksa kemudian. "Mmm, lautan..." "Kenapa? Bukankah keduanya sama-sama berwarna biru? Bukankah...