_____________
Raksa sudah menunggu Rinjani di Lobi. Yah, kembali lagi mereka akan keluar bersama-sama. Tidak untuk jalan-jalan, sebab ini permintaan khusus dari Bu Nilam yang menyuruh Rinjani untuk datang ke rumah. Raksa sendiri tau alasannya, tapi ia diam saja membiarkan Mamanya beraksi. Sementara Rinjani kini tengah kebingungan. Bingung kenapa ia disuruh ke rumah, padahal kemarin ia juga ke rumah. Pikirnya, Raksa akan mengajaknya kembali jalan-jalan di Kota Rantau. Ternyata tidak. Tapi mungkin, ini memang urusan penting yang mengharuskan Rinjani ke rumah orang tua Raksa.
"Mas, jujur deh. Ada apa sih, kok Bu Nilam nyuruh Rin, ke rumah?" Tanya Rinjani begitu mereka sudah meninggalkan hotel.
"Nggak papa, Mama pengen sama kamu terus." Jawab Raksa.
"Beneran nggak ada sesuatu yang gimana-gimana kan, makanya Rin di panggil?" Tanya Rinjani sekali lagi memastikan.
"Nggak ada sayang, kamu tenang aja ya." Raksa tersenyum tipis menanggapi.
Rinjani mencoba menenangkan degup di dadanya yang menggebu-gebu. Ia gugup, dan merasakan jika ada sesuatu yang akan ia lalui hari ini. Tapi semoga itu bukan hal yang serius ya.
Sampai rumah, Rinjani masuk bersama Raksa. Tentunya dengan mengucap salam lebih dulu.
"Assalamu'alaikum..." Salam keduanya.
"Wa'alaikumsalam..." Terdengar sahutan dari dalam.
Sampai ruang tengah, keduanya disambut Bu Nilam. Kali ini, disebelahnya ada seorang pria paruh baya yang perawakannya hampir mirip dengan Raksa. Bahkan wajahnya juga, hanya saja memang wajahnya terlihat lebih tua, tidak seperti Raksa yang muda, dewasa dan energik.
Rinjani menebak, bahwa lelaki paruh baya disamping Bu Nilam adalah Ayah Raksa. Pandangan lelaki paruh baya itu menelisik Rinjani, dan Rinjani hanya tersenyum tipis, malu dan canggung. Beliau masih lekat memandang Rinjani, sesekali melirik ke Raksa dan istrinya. Mencoba meminta penjelasan; siapa wanita muda yang dibawa Raksa saat ini?
"Yah, kenalin, ini Rinjani. Insya Allah akan jadi calon menantunya Ayah." Ucap Raksa memperkenalkan Rinjani.
Rinjani menyalimi Ayah Raksa juga Bu Nilam, "Saya Rinjani, Om." Ucap Rinjani.
"Salam kenal ya, nama Om Pandji, Ayahnya Raksa." Sahut Ayah Raksa tersenyum hangat ke Rinjani.
"Ayo sini, duduk Rin." Ajak Bu Nilam. Rinjani duduk bersama Raksa di satu sofa.
"Sebentar, ya. Mama ke dapur dulu." Bu Nilam langsung berlalu dari sana.
"Mamanya Raksa sering banget ngomongin kamu pas nelpon Om, Nak Rinjani. Katanya, dia seneng punya anak perempuan lagi. Kebetulan Om beberapa hari ini sibuk keluar kota urusan kantor, jadi jarang di rumah. Alhasil, baru kali ini bisa ketemu langsung sama Nak Rinjani." Ucap Pak Pandji.
"Oh iya Om, nggak papa. Sekarang kan kita udah ketemu." Rinjani tersenyum menyahuti.
"Iya, ngomong-ngomong, Nak Rinjani apa kesibukannya? Kuliah atau kerja?" Tanya Pak Pandji.
"Alhamdulillah, sekarang udah kerja, Om, dikantor penerbitan." Jawab Rinjani.
"Oh begitu. Kenal Raksa udah lama?" Tanya Pak Pandji kemudian.
Rinjani melirik Raksa yang juga sedang melihat ke arahnya. Rinjani ingat sekali dengan pertanyaan Mama Raksa saat bertemu pertama kali dengannya. Persis sekali dengan yang Pak Pandji tanyakan. Kayanya, definisi sehati untuk pasangan ini, cocok banget deh. Bisa gitu sama pertanyaannya.
"Kita belum lama kenal, Om." Jawab Rinjani yang mengulum senyum.
"Nggak papa belum lama kenal, nanti seiring berjalannya waktu, pasti akan lebih kenal dan saling mengerti." Sahut Pak Pandji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapten Laut Untuk Rinjani
RomansaFOLLOW SEBELUM MEMBACA!!⚠️⚠️ Update setiap hari Jum'at!!! _________________ "Kalau disuruh memilih antara Laut dan Langit, kamu mau pilih yang mana?" Tanya Raksa kemudian. "Mmm, lautan..." "Kenapa? Bukankah keduanya sama-sama berwarna biru? Bukankah...