______________
Perjalanan yang lumayan memakan waktu hampir setengah hari itu, membuat Raksa juga Rinjani jenuh dan bosan. Rinjani bahkan sampai tidak sadar tertidur di bahu Raksa. Raksa yang mendapati Rinjani menyandarkan kepalanya di bahunya, merasa senang dan membiarkannya. Dan Raksa selalu menjaga agar kepala Rinjani tetap menyandar di bahunya.
Banyak yang memandangi keduanya, apalagi Mbak pramugari dan pramugara KAI. Banyak senyum simpul yang menggambarkan betapa romantisnya Raksa saat ini.
Drrrtttt... Drrrtttt...
Dering ponsel Raksa membuat Rinjani tersentak, ia terbangun dari tidur tidak nyenyaknya. Kepalanya pusing, tapi ia mencoba untuk tetap tersadar.
"Siapa, Mas?" Tanya Rinjani kemudian.
"Mama," Jawab Raksa, yang kemudian ia langsung mengangkatnya.
"Assalamu'alaikum, Ma..." Salam Raksa.
"Wa'alaikumsalam, gimana nak? Sudah sampai mana?" Tanya Bu Nilam.
"Udah sampai Tebing, Ma." Jawab Raksa.
"Ohh, Rinjani-nya di jaga, kalau udah sampai nanti kabari, ya." Peringat Bu Nilam.
"Iya, Ma. Nanti Raksa kabari lagi."
"Rinjani-nya mana?" Tanya Bu Nilam.
"Tidur." Jawab Raksa.
"Ya udah deh, Mama tutup ya. Assalamu'alaikum." Salam Bu Nilam.
Yah, Rinjani balik tidur menyandar pada Raksa. Tapi bukan benar-benar terlelap, ia hanya menutup matanya saja karena kantuknya yang sudah tak tertolong tapi tak bisa tidur.
"Kenapa, Mas?" Tanya Rinjani kemudian, masih dengan mata tertutup.
"Nggak papa, Mama cuma nanya kita udah sampai mana, terus tadi nanya kamu." Jelas Raksa.
"Ohh..." Angguk Rinjani.
"Nggak tidur lagi?" Tanya Raksa.
"Ngantuk sih, tapi nggak bisa tidur. Ini kepala rasanya berat banget, Mas." Jelas Rinjani.
"Sini, Mas pijatin." Raksa langsung memijat pelan kening Rinjani.
Rinjani menikmatinya. Lihat, ia senang Raksa seperhatian ini padanya. Dulu saat bersama Fathan, jangankan bersikap romantis, pegang tangan saja harus Rinjani yang paksa.
Yahh, Rinjani benar-benar beruntung, bisa memiliki Raksa dalam hidupnya. Sosok yang baik, pengertian, perhatian, dan juga melindunginya sama seperti Papa dan Masnya Juanda. Dimana lagi Rinjani mendapatkan lelaki paket komplit seperti Raksa? Kayanya nggak akan pernah ada. Hanya Raksa dan satu-satunya.
Dan... Akhirnya mereka sampai di Stasiun tujuan. Raksa membawa koper Rinjani, juga tas ransel di punggung. Satu tangannya yang lain menggandeng tangan Rinjani. Mereka keluar dari Kereta. Dan, sudah disambut Papa Rinjani yang kini memandang Raksa dengan intens.
"Ini Papa, Mas..." Beritahu Rinjani bahwa Papanya sudah ada disana.
Raksa memandang Papanya Rinjani, keduanya berjalan menghampiri. Rinjani menyalami sang Papa, di ikuti juga dengan Raksa.
"Pa, kenalin, ini Mas Raksa." Rinjani lebih dulu memperkenalkan Raksa.
"Saya Raksa, Om." Ucap Raksa memperkenalkan diri.
"Iya, Papanya Rinjani, Danu." Balas Pak Danu.
"Papa udah dari tadi?" Tanya Rinjani.
"Nggak, barusan aja. Yuk, langsung pulang. Eh, Nak Raksa juga langsung pulang, atau gimana?" Tanya Pak Danu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapten Laut Untuk Rinjani
RomantizmFOLLOW SEBELUM MEMBACA!!⚠️⚠️ Update setiap hari Jum'at!!! _________________ "Kalau disuruh memilih antara Laut dan Langit, kamu mau pilih yang mana?" Tanya Raksa kemudian. "Mmm, lautan..." "Kenapa? Bukankah keduanya sama-sama berwarna biru? Bukankah...