30. Mampir Hotel Dulu?

1.4K 76 2
                                    

_______________

Usai pengakuan Raksa, bersamaan dengan hujan yang mulai reda. Ketegangan yang sempat melanda di sisi mereka mulai menghilang.

"Mas..."

"Hem?"

"Mantan Rin tadi DM setelah lihat Instastory Rin, nanya tentang Mas." Ungkap Rinjani.

"Oh ya? Terus, kamu jawab gimana?" Tanya Raksa penasaran.

Sedikit heran dengan lelaki yang udah ninggalin kekasihnya ini buat nikah sama perempuan lain, tapi masih ada muka buat DM nanya siapa pacar baru Rinjani.

"Belum Rin bales. Dia juga nuduh Rin selingkuh selama ini sama Mas. Menurut Mas, Rin harus bales gimana?" Jujur Rinjani.

"Jangan dibales, biarin aja dia mikir apapun tentang kamu. Karena buktinya udah didepan mata, dia yang ninggalin kamu buat nikah sama cewek lain." Ucap Raksa.

"Tapi kalau dia makin bahas yang nggak-nggak, gimana?" Tanya Rinjani.

"Udah, nanti kalau dia bilang macem-macem tentang kamu, Mas yang akan hadapi dia langsung." Ucap Raksa dengan tegas.

Rinjani sedikit terkejut dengan ucapan Raksa. Ia pikir, Raksa akan diam saja. Dan mencoba mengalihkan pikiran Rinjani dari sang mantan. Tapi ternyata Raksa berniat membantunya dalam menyelesaikan urusannya bersama sang mantan yang belum ada penyelesaian sama sekali kemarin.

"Kalau gitu, Mas mau nggak, nemenin Rin ke acara nikahannya dia? Rin nggak mungkin nggak dateng, Mas. Dia pasti mikir kalau Rin gagal move on dari dia. Dan masih sedih banget ditinggal nikah sama dia. Mau ya, Mas, dateng bareng Rin..." Pinta Rinjani dengan wajah di imut-imutkan.

"Kapan acaranya?" Tanya Raksa kemudian.

"10 hari lagi, Mas."

"Ya udah, nanti Mas minta izin sehari buat nemenin kamu." Pungkas Raksa.

"Beneran?" Rinjani langsung berbinar-binar.

Mendapat anggukan dari Raksa, ia langsung senang. Ke nikahan mantan, bawa gandengan baruuuu... Biarin aja mereka pikir Rinjani gagal move on ditinggal nikah, padahal dia udah punya yang baru. Hehe...

"Tapi, kamu emang nggak papa?" Raksa justru mengkhawatirkan Rinjani. Takut Rinjani merasakan kesedihan akibat kesakitan yang mantannya berikan.

"Rin nggak papa, kok Mas. Rin baik-baik aja. Apalagi kesananya bareng Mas, tentu Rin bakal baik-baik aja. Mas itu selain penyemangat, juga mood booster banget loh." Sahut Rinjani tersenyum menggemaskan.

"Gemesin banget sih kamu!" Celetuk Raksa langsung mengusap kepala Rinjani yang tertutup hijab.

Sedang Rinjani makin tertawa mendengarnya. Raksa selain sosok yang menyenangkan dan juga humoris, tapi memiliki jiwa seperti seorang ayah. Melindungi, mengayomi, itu yang membuat Rinjani senang mengobrol dengannya.

"Oh iya, nanti malam Mas mau ke acara reuni. Kamu mau ikut nggak?" Tanya Raksa.

"Reuni? Dimana?" Tanya Rinjani.

"Di cafe kekinian. Gimana? Kamu mau ikut nggak?" Tanya Raksa lagi.

"Iya deh, tapi ini ada dress code-nya nggak? Ntar kalau Rinjani pake baju putih, ternyata dress code-nya hitam, malah nggak nyambung." Sahut Rinjani.

"Oh iya, ada nih, pake baju hitam memang." Ucap Raksa setelah melihat info grup.

"Yah, sayang banget Rin nggak bawa baju yang warna hitam. Gimana dong, Mas? Keburu nggak, kalau kita beli dulu?" Tanya Rinjani.

"Ya udah, kita cari aja dulu. Semoga bisa keburu." Ucap Raksa.

Mereka langsung beranjak, mengambil barang-barang mereka seperti dompet, kunci mobil, juga tas Rinjani. Tanpa berpamitan pada Nabila, keduanya berlalu dari rumah ini. Langsung menuju ke butik terdekat. Kalau habis hujan begini, jarang kendaraan lalu lalang. Jadi bisa segera sampai dan bisa segera memilih.

Rinjani bingung memilih, banyak yang hitam, tapi semua itu blouse. Tidak apa jika blouse, nanti akan dipadukan dengan rok. Tapi masalahnya, Raksa tak mengizinkan hal itu.

"Ada set gamis hitam, nggak Mbak?" Tanya Raksa kemudian.

"Ada, Mas. Dibagian atas, karena stoknya memang sedikit. Sebentar, saya ambilkan dulu." Ucap Mbaknya langsung berlalu. Sementara Mbak satu lagi, mendampingi Rinjani dan Raksa siapa tau mereka akan memilih yang lain lagi.

"Kalau hijabnya nggak warna hitam juga, nggak papa kan, Mas?" Tanya Rinjani.

"Nggak papa. Yang penting dress code-nya harus sesuai." Jawab Raksa.

"Rin bawa banyak hijab, nanti mampir hotel dulu gimana, Mas?" Tanya Rinjani dengan gamblangnya.

Mbak pramuniaga yang mendengarnya terkejut. Hotel? Banyak asumsi-asumsi dipikirannya tentang ucapan Rinjani barusan.

"Iya, nanti mampir ambil barang-barang kamu dulu. Baru balik ke rumah." Ucap Raksa.

Meski begitu, pikiran-pikiran negatif dari Mbak Pramuniaga itu belum juga hilang. Makin berkembang entah kemana-mana.

"Ini gamisnya, Mbak, Mas." Mbak yang satunya akhirnya balik lagi.

Rinjani mulai memilih, banyak yang bagus. Ada yang lebar, ada juga yang bentuknya simple dan terkesan ramping.

"Yang ini aja gimana, Mas?" Tanya Rinjani memilih model yang ramping dan tentunya nyaman bahannya.

"Oke." Angguk Raksa.

Setelah melakukan pembayaran, mereka pun berlalu dari butik itu. Tentu dengan diiringi bisik-bisik yang pastinya Rinjani dan Raksa dengar meski samar.

"Katanya mau ke hotel dulu loh, mau ngapain coba tuh?"

"Hus, nggak boleh gitu. Siapa tau ada kepentingan." Sahut yang lainnya.

Raksa dan Rinjani masuk, lalu keduanya tertawa geli. Lucu saja mendengarkan omongan orang tentang mereka. Menebak-nebak apa yang akan mereka lakukan di hotel. Padahal hanya untuk mengantar Rinjani mengambil barang yang diperlukannya.

"Kalau kita ngejelasin pun, mereka tetap akan mikir buruk ke kita. Jadi buat apa dijelaskan. Nggak akan berpengaruh untuk mereka." Sahut Raksa.

Benar, omongan orang yang sudah kadung mikir buruk, mau dijelaskan bagaimana pun, tetap tidak akan terpengaruh. Tetap mempertahankan pikiran buruknya. Jadi, buat apa repot-repot menjelaskan ke orang yang nggak mau menerima penjelasan orang lain? Buang-buang tenaga saja.

Raksa mengantarkan Rinjani ke hotel, ia mengikuti Rinjani ke kamar hotel gadis itu. Sempat mendapatkan tatapan penasaran dari mbak dan mas resepsionis, tapi keduanya kembali acuh mengabaikan mereka.

Tak berlama-lama, setelah selesai, mereka akhirnya turun juga. Kembali membuat Mbak dan mas resepsionis heran. Kok cepat baliknya? Malah bawa tas kecil dan pergi lagi.

"Tuh, kamu lihat kan? Buat orang penasaran dengan kita itu ternyata menyenangkan banget ya, Rin." Sahut Raksa begitu mereka masuk mobil.

"Iya, apalagi lihat ekspresi mereka. Ada yang melongo ngelihatin dari ujung ke ujung. Pengen ketawa jadinya." Sahut Rinjani.

Dan setelah itu, mereka akhirnya benar-benar kembali ke rumah orang tua Raksa. Dan tentunya, dengan saling bergenggaman tangan disepanjang perjalanan.


_______________

01 September 2023
08 September 2023
Publish 13 Oktober 2023

Kapten Laut Untuk RinjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang