06. Jodoh Nggak, Sih?

1.9K 101 2
                                    

______________

Kalau boleh jujur, daripada menghadapi sikap mantannya yang brengsek dan menyebalkan itu, lebih baik Rinjani menghadapi lelaki seperti Mas-mas disebelahnya ini. Selain cerewet, lucu dan menggelikan, Mas ini juga bisa membuat Rinjani menerka-nerka hal apa lagi yang akan membuat Rinjani semakin tertarik dengan pembawaan lelaki ini yang friendly.

"Oh iya, dari tadi kita ngobrol, saya belum tau nama Masnya siapa." Ucap Rinjani setelah menyadarkan dirinya pada pembahasan lebih cantik asli yang sangat menggelikan itu.

Karena rasa tak enak dan sedikit bersalah karena seperti sedang merayu anak gadis orang, membuat lelaki disamping Rinjani terlihat menyedihkan, tidak-tidak, lebih tepatnya menggemaskan. Eh?

"Nama saya Raksa, Mbak." Jawabnya.

"Oke, Mas Raksa orang mana?" Tanya Rinjani basa-basi.

"Saya orang Indonesia, Mbak." Jawab Raksa yang kini mengulum tawa geli.

Please, sontak saja ini membuat Rinjani terkekeh. Benar-benar lucu lelaki ini, pikirnya.

"Iya, saya tau, Masnya orang Indonesia. Maksud saya tuh, tempat tinggal Masnya." Jelas Rinjani.

"Tempat tinggal saya ya di Indonesia, Mbak."

Sekali lagi, dan ini nyaris membuat Rinjani kesal namun sangat menggelikan. Bisa-bisanya ia dibercandai seperti ini. Selera humornya jadi turun begini loh, tapi tak urung, ini memang lucu banget sih.

"Haha, Masnya lucu banget, sih! Iya deh, yang orang Indonesia. Jadi saya ganti pertanyaannya. Masnya dari mana mau ke mana?" Tanya Rinjani kemudian.

Yah, pasalnya lelaki ini sudah ada disana saat Rinjani masuk dan duduk disana.

"Saya dari Belawan mau ke Rantau Prapat Mbak, pulang kampung." Jelasnya. Nah, kalau bener begini jawabnya kan, Rinjani tak perlu putar otak cari pertanyaan retoris yang intinya juga sama.

"Oh, dari Belawan." Beo Rinjani.

Oke, ini bukan bulan puasa deh kayanya. Belum juga akan lebaran, karena lebaran sudah lewat 3 bulan yang lalu. Tapi kok, Mas ini baru akan pulang kampung sekarang? Kan lebaran masih lama. Pun tahun baru masih 4 bulan lagi. Yang jelas, Masnya ini pulang kampung karena ada urusan, bukan karena libur tahun baru atau libur lebaran.

"Kalau Mbak Rinjani, dari mana mau kemana?" Tanya Raksa mengulangi kalimat yang Rinjani tanyakan.

"Saya dari Indonesia. Kebetulan tujuan kita sama, Mas. Saya mau ke Rantau Prapat." Jawab Rinjani tersenyum tipis.

"Lah, emangnya Rantau Prapat bukan Indonesia ya?" Tanya Raksa yang kini terkekeh geli karena dibalas bercanda oleh Rinjani.

"Iya, di Indonesia juga kok." Jawab Rinjani, tak mau kalah ingin mengerjai lelaki disebelahnya ini juga.

"Oke, Mbaknya berasal dari Indonesia bagian mananya?" Raksa ganti pertanyaan.

"Oh, saya Indonesia bagian Sumatera Utaranya, Mas." Jelas Rinjani.

"Oh, Sumatera Utara. Sama dong dengan saya. Saya juga Sumatera Utara, di daerah Belawan. Kalau Mbaknya, Sumatera Utaranya dibagian mana?" Raksa masih membalas ucapan Rinjani dengan sama konyolnya.

Haduh, mereka bahas bagian-bagian daerah yang harusnya gampang dan cepat diucapkan. Malah jadi mutar-mutar satu Indonesia dulu.

"Saya di Kota Lubuk Pakam, Mas. Dibawahnya Belawan, hehe." Kali ini Rinjani benar-benar menjawabnya dengan serius.

"Oh, dari Lubuk Pakam toh. Btw, Mbaknya sadar nggak sih?" Tanya Raksa.

"Emm, sadar apa, Mas?"

"Kita dari asal yang sama dan tujuan pun juga sama. Jangan-jangan kita jodoh nggak, sih?" Celetukan itu membuat Rinjani menoleh dengan cepat, dan melongo.

"Eh?"

"Bercanda Mbak, jangan di ambil serius omongan saya." Ralat Raksa yang tersenyum manis.

Please, tolong ini Rinjani terpesona dengan senyuman Mas-mas disebelahnya. Manis banget sampe jantungnya berdebar-debar. Eh, Rinjani sadar nggak sih?

"Ekhem, jangan panggil Mbak ya Mas, kedengarannya malah saya yang kelihatan tua dari Mas. Padahal kan Masnya yang sepertinya lebih tua dari saya. Benar kan, Mas?" Ucap Rinjani.

"Eh? Saya 30 tahun, tahun ini Mbak. Kalau Mbak Rinjani?" Tanya Raksa.

"Tuh kan, lebih tua Masnya. Saya 24 tahun." Jawab Rinjani yang kemudian terkekeh geli.

"Oke, jadi panggilnya apa nih?" Tanya Raksa.

"Rinjani aja, biar makin akrab." Jawab Rinjani.

"Oke, Rinjani." Ucapnya.

"Nah, begitu. Kan saya jadi senang dengarnya." Sahut Rinjani terkekeh pelan.

"Emm, ngomong-ngomong, saya masih kepikiran nih. Kayanya kita emang jodoh deh, Rin." Ucap Raksa lagi yang kini semakin membuat Rinjani salah tingkah.

Please, ini Rinjani sudah bersusah payah untuk mengganti topik, malah lelaki ini terus membahas topik ini lagi. Lama-lama kok jadi ngeselin ya, nih orang?

"Maksudnya?" Pertanyaan yang sebenarnya tidak sama sekali Rinjani gubris dan ingin dengar, karena itu hanya bentuk dari kekesalannya saja.

"Iya, soalnya kamu adalah Penulis favorit saya, dan saya adalah pembaca kamu. Lalu kita dipertemukan di Kereta yang sama. Dari dan dengan tujuan yang sama. Kayanya emang bener-bener jodoh deh, Allah kaya ngerencanain kita ketemu disini, di Kereta yang tujuannya sama." Jelas Raksa dengan pandangan yang serius.

Rinjani bengong. Bukan-bukan, bukan karena membayangkan jika mereka benar-benar berjodoh kedepannya. Hanya saja, ia memikirkan kejadian sebelum ini yang membuatnya harus berada di Kereta ini.

Ya Allah, Rinjani jadi mengkorelasikan kejadian kemarin-kemarin dengan saat ini! Kalau bukan ia yang menerima undangan pembawa luka itu, yang ternyata ia dicampakkan dan ditinggal nikah oleh si brengsek Fathan. Ia tidak akan mengambil cuti untuk healing dan menenangkan diri ke bagian selatan Sumatera Utara itu.

Kayanya bener deh, ini memang campur tangan Allah, agar mereka bertemu di Kereta. Dan... Dan, kalau benar-benar mereka berjodoh, Rinjani harus apa? Ia bahkan tak habis pikir dan tak percaya jika ia bertemu dengan fans sekaligus pembaca novelnya di Kereta ini. Lalu, jika benar lelaki ini jodohnya, akan seperti apa judul cerita ini nantinya?

Cintaku kepentok Kereta?
Cintaku bertemu di Kereta?
Atau... Cintaku bersemi dengan teman dudukku di Kereta?

Ah, yang benar saja! Rinjani pusing memikirkannya!


______________

15 Mei 2023
16 Mei 2023
Publish 18 Juli 2023

Rinjani akhirnya kenalan sama Raksa nih!

Kapten Laut Untuk RinjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang