_____________
Rinjani dan Raksa baru saja keluar dari pelataran rumah orang tua Lelaki itu setelah makan malam yang lumayan singkat. Kini keduanya lanjut untuk jalan-jalan keliling Kota Rantau.
"Kali ini kita kemana, Mas?" Tanya Rinjani.
"Ke tugu mau?" Tanya Raksa kemudian.
"Tugu? Boleh deh." Angguk Rinjani.
Tak butuh waktu lama, Raksa segera melajukan mobilnya menuju Tugu di Kota Rantau Prapat yang Raksa maksud. Kota Rantau saat malam hari terlihat ramai. Sama lah dengan suasana di kota-kota besar lainnya.
Rinjani menikmati semuanya dari balik jendela disebelahnya. Lalu ia mendengar dering panggilan dari ponsel Raksa yang diletakkan di dashboard mobil, mengarah langsung ke Raksa. Dan itu bisa membuat Rinjani melihat siapa si penelepon.
Komandan Arif.
Rinjani tak salah melihat, ia benar-benar melihat nama nomor si pemanggil itu adalah Komandan. Mungkin itu memang atasan Raksa. Tak mau ambil pusing, Rinjani mengabaikan hal itu sampai ia mendengar Raksa menjawab panggilan itu dengan segera menyambungkannya dengan earphone bluetooth.
"Assalamu'alaikum, Ndan. ..... Siap, Ndan. .... Siap, insya Allah sebelum hari Senin, saya akan kembali ke Asrama. ..... Siap, Ndan! Wa'alaikumsalam."
"Maaf ya, jadi ganggu kamu." Ucap Raksa kemudian.
"Nggak papa. Itu kan panggilan dari pekerjaan, nggak mungkin di abaikan begitu saja. Jadi saya memakluminya, Mas." Jawab Rinjani tersenyum.
Raksa tersenyum simpul, kembali fokus ke jalanan. Dan tak lama kemudian, mereka akhirnya sampai ke tempat yang dituju Raksa. Memarkirkan mobilnya di area khusus, lalu keduanya keluar dari mobil, berjalan beriringan untuk melihat-lihat suasana di sekitar Tugu yang mereka singgahi ini. Bisa keduanya lihat sudah ramai muda-mudi sekedar nongkrong disini.
"Ini namanya Tugu Adipura." Ucap Raksa memberitahu perihal nama Tugu yang mereka lihat saat ini.
"Tugu Adipura? Kenapa dinamakan Adipura?" Tanya Rinjani kemudian. Yah, entah datang dari mana, tiba-tiba ia jadi ingin tahu asal usul nama Adipura untuk Tugu didepannya ini.
"Adipura itu penghargaan untuk Kota di Indonesia yang berhasil dalam kebersihan dan pemeliharaan perkotaan. Penghargaan Adipura ini diselenggarakan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup, dan Rantau Prapat mendapatkan penghargaan ini tanggal 10 Juni 2013 yang dilaksanakan di Jakarta." Jelas Raksa memaparkan asal usul nama Tugu Adipura ini.
"Wahh, keren!" Rinjani takjub, memandang Tugu Adipura dengan penuh kagum.
"Kok, Mas Raksa bisa inget banget asal usulnya Tugu Adipura ini?" Tanya Rinjani kemudian.
"Inget dong, anak Rantau nggak mungkin nggak tau asal-usul monumen-monumen bersejarah di Kota Rantau." Jelas Raksa merasa bangga sebagai anak Rantau.
"Iya deh, si paling anak Rantau. Maka dari itu, mohon bantuannya ya, Mas Tour Guide." Jenaka Rinjani.
"Dengan senang hati." Jelas Raksa.
"Tapi sayang ya, Mas." Celetuk Rinjani kemudian.
"Sayang kenapa?" Tanya Raksa bingung, sebab kata-katanya begitu ambigu.
"Sayang aja penerangannya minim banget. Coba kalau terang, pasti semuanya kelihatan di taman sekitar Tugu ini." Jawab Rinjani.
Raksa kemudian memandang sekeliling. Benar, ini memang minim sekali pencahayaan. Banyak muda-mudi disini, dan tentu tak akan ada yang sempat memperhatikan mereka sedang apa karena pencahayaan yang kurang ini. Sayang sekali memang.
"Benar, tapi dari dulu memang begini. Sepertinya pemerintah abai." Jawab Raksa.
"Tapi kalau malam gini, Tugunya jadi kelihatan cantik ya, Mas. Pengen foto, tapi pencahayaannya minim. Males deh." Celetuk Rinjani.
"Siang aja kalau mau foto." Saran Raksa yang di angguki Rinjani.
"Ekhem, aroma sate..." Celetuk Rinjani yang tiba-tiba mencium aroma sate Padang.
"Kamu mau sate Padang?" Tanya Raksa kemudian yang peka dengan ucapan Rinjani.
"Iya, tiba-tiba pengen. Apalagi sate Padang favorit saya banget. Yuk Mas, ke penjual satenya. Sekalian duduk dulu, capek berdiri mulu." Ajak Rinjani yang kemudian beranjak lebih dulu dari sana.
Raksa melongo, tapi tak urung, ia juga mengikuti Rinjani. Melangkah lebih lebar menyamai langkah Rinjani yang kini sudah lebih dulu didepannya.
Bisa Rinjani dengar banyak siul-siulan dari beberapa pemuda yang nongkrong di pinggir taman menggodanya saat berjalan bersama Raksa. Merasa risih sih, tapi Raksa langsung menggandeng tangan Rinjani untuk lebih dekat dengannya.
"Jangan duluan makanya," ledek Raksa kemudian.
Rinjani tersipu malu, apalagi saat tangannya kini digandeng Raksa. Ia jadi merasa aman karenanya.
"Bu, sate Padangnya dua porsi ya. Makan disini ya, Bu." Ucap Raksa pada ibu-ibu penjual sate Padang.
Keduanya kemudian menempati kursi yang kebetulan kosong. Walau ramai, tapi akhirnya mereka dapat tempat duduk juga.
"Nggak sebagus situs bersejarah di Medan, kan?" Tanya Raksa kemudian saat Rinjani masih sibuk memperhatikan tugu Adipura.
"Nggak kok, bagus. Semua tempat, semua wilayah, punya monumen-monumen bersejarah lainnya. Dan itu nggak mungkin sama keadaannya. Masing-masing memiliki keistimewaan sendiri. Dan itu adalah kebanggaan Kota atau daerah itu sendiri. Jadi, semua monumen bersejarah di Indonesia itu bagus-bagus dan harusnya dilestarikan dengan sebaik mungkin." Jelas Rinjani mengemukakan pendapatnya.
"Kamu tau, ada satu Tugu lagi. Namanya Tugu Juang 45."
"Tugu Juang 45?" Rinjani baru ini mendengarnya.
"Iya, itu Tugu yang menjadi saksi bagaimana perjuangan anak Rantau dulu yang berjuang melawan penjajah. Tugu Juang 45 sekarang dijadikan objek wisata. Jika dimusim libur, pasti selalu ramai." Beritahu Raksa.
"Oh begitu. Besok bisa kesana, nggak?" Tanya Rinjani kemudian.
"Kamu mau kesana? Weekdays loh." Tanya Raksa balik.
Rinjani mengangguk, "Iya nggak papa, pengen tau aja tempatnya gimana. Kalau weekdays buka kan?" Tanyanya.
"Ya buka sih. Tapi kamu yakin?" Tanya Raksa kemudian.
"Yakin." Angguk Rinjani bersamaan dengan sate mereka yang datang.
"Ya udah, besok kita ke sana." Sanggup Raksa kemudian.
Keduanya menikmati sate Padang mereka. Sambil makan, entah tanpa sadar atau bagaimana, ia memandang sekeliling lagi. Dan kali ini, ia bisa melihat bangunan yang tak jauh dari Tugu Adipura ini. Bangunan yang serba hijau.
"Itu asrama tentara ya, Mas?" Tanya Rinjani kemudian.
Raksa menoleh, "Iya, itu Kodim." Jawabnya.
"Oh, ternyata disitu Kodimnya."
"Iya, kamu lihat nggak yang siul-siul tadi? Mereka semua tentara di Kodim itu." Jelas Raksa.
"Kok Masnya bisa tau? Kan mereka nggak pakai seragam tentara tadi." Tanya Rinjani bingung.
"Itu kaos tentara yang mereka pakai. Dan selain itu, yang buat saya bisa menandai mereka tentara itu, adalah potongan rambutnya yang cepak rapi. Anak Rantau jarang rambutnya cepak begitu. Biasanya pasti gaya jamur atau apalah. Saya nggak paham juga masalah perambutan ini." Jelas Raksa kemudian.
"Oh begitu. Berarti, Mas Raksa juga tentara dong?" Tanya Rinjani yang kini memandang Raksa dengan intens.
Raksa terdiam, membalas tatap Rinjani. Tak menyangka ia akan mendapatkan pertanyaan yang seperti ini dari Rinjani.
⚓
_____________25 Juni 2023
01 Juli 2023
Publish 25 Agustus 2023Hayooo, Raksa Tentara juga bukan, sih???🤔
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapten Laut Untuk Rinjani
RomanceFOLLOW SEBELUM MEMBACA!!⚠️⚠️ Update setiap hari Jum'at!!! _________________ "Kalau disuruh memilih antara Laut dan Langit, kamu mau pilih yang mana?" Tanya Raksa kemudian. "Mmm, lautan..." "Kenapa? Bukankah keduanya sama-sama berwarna biru? Bukankah...