_______________
"Kalau bawa perasaan beneran gimana?" Tanya Raksa jahil sekaligus mengandung arti, ambigu.
"Hem? Kalau beneran, saya bingung mau tanggungjawabnya gimana. Kan saya harusnya ditanggungjawabi bukan bertanggungjawab." Canda Rinjani makin-makin ngebaperin Raksa.
"Ya udah, kalau maunya ditanggungjawabi, besok saya yang bertanggungjawab atas hidup kamu, ya."
Entahlah, Rinjani terus saja memikirkan ucapan Raksa yang itu. Niatnya ia hanya bercanda, malah ditanggapi dengan serius. Besok kalau ketemu Raksa, ia harus meletakkan wajahnya dimana coba? Eh, tapi besok emang jadi Raksa mengajaknya pergi lagi? Kalau dia besok ada urusan gimana? Kayanya Rinjani harus menyiapkan diri jika besok Raksa tak bisa menemaninya jalan-jalan. Mungkin besok ia akan ke Suzuya Mall Rantau saja. Sejak tadi saat dibawa Raksa kesana-kemari, ia terus memandangi gedung Suzuya Mall. Pengen ngadem disana, hehe. Sebenernya pengen tau juga sih gimana isinya. Beda jauh nggak ya, sama Plaza Medan?
Drrrrtttttt....
Dering panggilan dari ponselnya, membuat Rinjani menoleh. Segera diambilnya ponselnya yang berada di nakas samping ranjang, dan melihat siapa yang menelponnya. Ternyata Masnya, Juanda.
"Assalamu'alaikum, Mas." Salam Rinjani.
"Wa'alaikumsalam. Kamu gimana? Baik-baik aja? Sekarang lagi dimana? Sudah makan belum?" Tanya Juanda bertubi-tubi.
Rinjani mengangkat pergelangan tangan kanannya yang memakai jam tangan, dan ini adalah salah satu kebiasaan Rinjani yang senang memakai jam tangan di tangan kanan. Jam 21 lebih 25 menit. Sudah cukup larut untuk menanyakan sudah makan atau belum.
"Alhamdulillah, Rin baik-baik aja, Mas. Sekarang Rin lagi dikamar hotel. Dan ini sudah lumayan larut untuk Mas Juan tanya apa Rin sudah makan atau belum, dan Alhamdulillahnya Rin sudah makan malam tadi di luar." Jelas Rinjani. Pun tidak menjelaskan dimana ia makan, dan dengan ditemani siapa. Bisa ribet ditanya-tanya terus sama Masnya nanti.
"Alhamdulillah, tapi kamu beneran nggak papa sendirian di Kota orang? Kalau kamu butuh temen, Mas bisa kok nyusulin kamu ke sana besok. Biar Mas tambah cutinya lagi." Ucap Juanda.
"Eh, jangan Mas. Kalau Mas tambah cuti, ntar malah Mas dapet hukuman. Entar malah disuruh nugas lagi. Pasti capek tugas-tugas terus kan." Rinjani sungguh pengertian.
"Ya kalau sama atasan Mas, gampang lah. Tapi emang harus ada konsekuensi dari setiap tindakan. Yah mungkin cuma disuruh jaga pos selama seminggu." Sahut Juanda.
"Jangan deh, Mas kan baru selesai tugas. Rin nggak mau Mas selalu nugas terus. Mas tuh harus cari pendamping. Usia Mas udah tua loh, udah waktunya Rin punya ponakan. Entar malah keburu Rin duluan yang nikah nih!" Peringat Rinjani.
"Eh, emang udah ada calonnya mau ngelangkahi Mas?" Tanya Juanda menggoda.
"Ya, ya belum sih emang..." Jawabnya yang seketika kembali kesal mengenai fakta bahwa ia tidak memiliki pacar saat ini. Dan lebih tidak enaknya, ia dicampakkan sama pacar brengseknya yang polisi itu. Menyebalkan sekali harus mengingat fakta itu.
"Oh iya, nikahan mantan kamu Minggu depan, kan? Kamu ada niat nggak, buat dateng ke nikahan mantan? Undangan udah kamu terima, tapi kalau kamu nggak datang, pasti mantanmu itu bakal besar kepala. Tapi kalau kamu datang, Mas yakin kamu yang nggak baik-baik aja setelahnya. Bener kan?" Tebak Juanda.
"Emmm, Rin belum tau sih, Mas. Entar deh, kalau ada orang sini yang mau Rin ajak ke nikahan mantan Minggu depan, Rin pastikan tuh Fathan nyesel ninggalin Rin demi cewek yang menurutnya idaman semua abdi negara itu." Sungut Rinjani.
"Ya udah, kalau gitu Mas doakan semoga segera ketemu cowok yang bisa di ajak ke nikahan mantan ya. Sebenernya kalau Mas nggak balik 3 hari lagi, Mas bisa nemenin kamu Minggu depan." Ucap Juanda.
"Nggak papa, Mas. Rin ngerti kok. Mas jangan sering cuti, ntar kalau nikah ribet karena masa cutinya habis buat cuti kemarin-kemarin. Ntar malah nggak bisa prewedding atau honeymoon diluar pulau deh." Sahut Rinjani menggoda Masnya.
"Kamu ini! Belum juga nemu calonnya, udah bahas pernikahan Mas. Mana sampe honeymoon nya juga lagi. Lama-lama Mas kasih kamu ke anggota Mas. Eh, iya deh, bener banget. Mas kan punya banyak temen yang jomblo. Besok Mas comblangin kamu sama temen-temen Mas." Ucap Juanda yang kini kembali jahil.
"Eh? Nggak mau ih! Kapok sama yang berseragam! Ntar Rin dibilang gila seragam lagi, karena baru dicampakkan sama Polisi, eh malah ngedeketin tentara. Nggak-nggak, Rin nggak mau dibilang macem-macem. Males punya hubungan sama yang berseragam, ntar nyesel lagi, kecewa lagi. Pokoknya Rin nggak mau ya, Mas! Jangan coba-coba jodoh-jodohin Rin ya!" Peringat Rinjani yang benar-benar tak mau lagi berurusan dengan abdi negara.
"Haha, Rin-Rin... Kamu ini lucu banget loh... Kalau jodoh kamu nantinya tentara gimana? Mau ditolak pemberian Allah? Takdir Rin, syukuri. Tapi feeling Mas nggak pernah meleset loh. Kayanya kamu bakalan berjodoh sama tentara deh. Ya mungkin yang satu Matra dengan Mas, Udara. Tapi bisa jadi yang nggak satu Matra dengan Mas, Darat atau Laut mungkin." Ungkap Juanda yang memiliki pemikiran yang entahlah ia tahunya dari mana. Hanya saja, firasatnya mengatakan begitu.
"Ihhhh, kok Mas Juan doain Rin jodohnya tentara sih? Emang Mas Juan mau Rin jadi Ibu-ibu istri prajurit yang sering ditinggal tugas? Mau Rin dikurung dalam asrama aja?" Rinjani mengomel.
"Rin, jodoh kita nggak ada yang tau. Kalau jodoh kamu beneran tentara gimana?" Sahut Juanda terkekeh geli mendengar rengekan adiknya ini.
"Nggak tau! Rin nggak pernah ngebayangin jadi istri tentara, Mas! Makanya Mas nikah duluan, biar Rin tau gimana rasanya jadi istri tentara dari istrinya Mas nanti." Dan lagi-lagi, hal ini membuat Rinjani kembali meledek sang Mas.
Tuh, kena lagi kan, Juan! Makanya, jangan sering-sering ngajak debat adik cantikmu ini. Kalau ngedebat orang, ada aja yang dibahas. Nggak akan selesai sebelum lawan nyerah.
Tapi ngomong-ngomong, selain ucapan Raksa tadi yang membuatnya kepikiran, kini ia bertambah pusing dengan memikirkan ucapan Masnya Juanda.
Apakah benar, jika jodohnya suatu saat nanti adalah seorang tentara? Mengapa Masnya sampai berpikir ia akan berjodoh dengan tentara?
⚓
_______________04 Juli 2023
05 Juli 2023
Publish 01 September 2023Haiii September, kita mulai dari yang manis-manis ya...🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapten Laut Untuk Rinjani
RomansaFOLLOW SEBELUM MEMBACA!!⚠️⚠️ Update setiap hari Jum'at!!! _________________ "Kalau disuruh memilih antara Laut dan Langit, kamu mau pilih yang mana?" Tanya Raksa kemudian. "Mmm, lautan..." "Kenapa? Bukankah keduanya sama-sama berwarna biru? Bukankah...