47. Sleep Call

1K 63 0
                                    

______________

Karena asik mengobrol dan cerita tentang pengalaman hidup bareng sang sahabat, Rinjani jadi melupakan keberadaan ponsel tercintanya. Padahal ya, Rinjani sudah sempat berjanji pada si pria pujaan hati yang sore tadi ia antar pulang ke Belawan. Bahwa ia akan mengabari lelaki itu begitu ia sampai di rumah dengan selamat. Tapi karena kecerobohan dan keasikannya mengobrol, jadi melupakan hal itu.

Panggilan tidak terjawab(5)
Pesan(4)

Lihat, kini saat ia membuka ponselnya, ada begitu banyak pesan dan panggilan masuk. Ah, ia juga melupakan bahwa ia telah menonaktifkan nada suara pesan dan panggilan apapun. Sekarang, Rinjani jadi merasa bersalah pada si lelaki pujaan hati yang mungkin sekarang sedang mengkhawatirkan dirinya itu.

Mas Raksa⚓💙

Sayang, sudah sampai rumah?
20.35

Sayang...
20.50

Lagi sibuk ya?
Kalau sudah nggak sibuk, pesannya
langsung dibalas ya..
21.12

Tuh, lihat sendiri kan gimana Raksa yang sepengertian ini ke Rinjani. Berjam-jam pesannya di abaikan, tapi ia tetap ingin pesannya dibalas. Lelaki itu khawatir tentang dirinya. Tapi malah Rinjani jahat sekali tak melihat ponselnya sejak pulang. Saat ini baru akan beranjak tidur, dipukul 22.05 baru ia melihat ponsel. Sangking asyiknya cerita ke Puspa, jadi lupa daratan kan. Sungguh, Rinjani merasa bersalah sekali tidak membalas pesan Raksa dengan segera.

Anda

Mas... Maaf banget baru sempat bales,
Rin baru lihat ponsel tadi.
Alhamdulillah, Rin udah sampai tadi jam 8.
Tadi syik ngobrol sama sahabat Rin,
kebetulan dia datang ke rumah, jadi lupa
kasih kabar ke Mas Raksa.
Rin minta maaf ya, Mas...
Mas jangan marah ya, please...
22.06✓✓

Mas Raksa ⚓💙 Calling...

Lihat,baru Rinjani balas pesannya, lelaki itu langsung menghubunginya. Rinjani yakin jika Raksa sudah sangat menunggu kabar darinya. Walau semalam apapun, ia tetap menunggu balasan dari Rinjani.

"Assalamu'alaikum, Mas... Rin minta maaf ya, Mas... Baru bisa bales sekarang." Sahut Rinjani cepat sebelum Raksa bicara, ia langsung menjelaskannya ke Raksa.

"Wa'alaikumsalam, iya nggak papa. Tadi nggak kenapa-kenapa kan, dijalan?" Tanya Raksa kemudian.

"Alhamdulillah, Rin nggak papa, dan baik-baik aja sampai rumah." Jawab Rinjani masih diliputi rasa bersalah.

"Alhamdulillah kalau gitu." Jawab Raksa.

"Mas... Nggak marah kan? Maaf ya Mas..." Lagi dan lagi, Rinjani meminta maaf ke Raksa. Rasa bersalahnya sungguh teramat besar.

Khawatir tanpa ada penjelasan itu sungguh tidak enak. Dan Rinjani sering mengalami hal itu dulu saat bersama Fathan. Tuh kan, jadi ingat mantan! Tapi bukan karena kepengen balikan ya, no way!

"Iya, Mas maafin, lain kali jangan begini lagi ya. Dan Mas nggak marah ke kamu Rin, cuma khawatir aja,takut kamu kenapa-napa dijalan." Sahut Raksa.

"Bener, Mas?" Tanya Rinjani lagi memastikan.

"Iya, bener, sayang..." Sahut Raksa terkekeh geli.

Lihat, sekarang raut wajah Rinjani sudah tidak tegang lagi. Ia tersenyum mendengar panggilan Raksa. Sampai Puspa masuk ke kamar setelah dari dapur mengambil minum. Ada tanya dalam wajahnya yang menghampiri ranjang. Ia ikut membaringkan tubuhnya bersama Rinjani.

"Siapa?" Tanya Puspa tanpa suara.

"Mas Raksa." Jawab Rinjani yang juga tanpa suara.

Puspa langsung mengerlingkan mata dengan nakal ke Rinjani. Tak mau mengganggu waktu telponan Rinjani dan Mamas-nya. Puspa memutuskan untuk hanyut dalam ponselnya. Ikut menyibukkan diri padahal waktu sudah begitu larut. Mungkin sebentar lagi ia akan masuk ke alam mimpi meninggalkan Rinjani mengobrol dengan Mamas-nya. Sempat Puspa dengar Rinjani yang memelankan nada suaranya. Ah, mungkin takut Puspa merasa terganggu. Biarlah, Puspa pun tak ingin mengganggu waktu sleep call Rinjani dan Mamas-nya. Haha...

Kapten Laut Untuk RinjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang