______________
Raksa menjemputnya pukul 8. Sementara Kereta mereka akan berangkat pukul 9.25. Tapi Raksa bukan menjemputnya untuk dibawa ke Stasiun. Tapi ke rumahnya lebih dulu. Untuk berpamitan pada Ibu Raksa. Sementara Ayah Raksa, Pak Pandji sudah berangkat bekerja pagi tadi, jadi tidak sempat untuk mengantar kepulangan Rinjani dan Raksa.
"Sa, pokoknya nanti di Kereta harus jagain Rinjani-nya, ya." Peringat Bu Nilam.
"Siap, Ma." Angguk Raksa.
Lalu Bu Nilam menoleh ke Rinjani, membawa satu kotak dan satu paper bag ke Rinjani.
"Ini untuk Mama Papa nak Rinjani, ya." Ucap Bu Nilam begitu keibuan.
"Eh, Bu... Rin jadi ngerepotin gini." Sahut Rinjani sungguh merasa tidak enak hati.
"Nggak papa, Ibu senang selama Nak Rinjani disini. Nanti sering-sering berkabar ya, kalau nunggu Mas mu yang telpon, pasti nggak ada waktu, sibuk layar terus." Sahut Bu Nilam.
"Insya Allah, nanti Rin akan sering hubungi Ibu dan Nabilla dirumah." Jawab Rinjani.
"Ma, kami berangkat ya, sudah setengah 9." Celetuk Raksa.
"Ya udah, hati-hati ya. Kalau sudah sampai nanti kabari, ya." Ucap Bu Nilam lagi memperingatkan Raksa dan Rinjani.
"Iya Bu, pasti." Angguk Rinjani.
Bu Nilam memang tidak mengantar sampai stasiun. Hanya Nabila yang mengantar sekalian membawa mobilnya.
Rinjani langsung dipeluk dengan hangat oleh Bu Nilam sebelum akhirnya masuk ke mobil. Rinjani juga sedih, harus berpisah dengan Mamanya Raksa. Ia sudah begitu akrab dan dekat dengan Mamanya Raksa selama disini. Walau baru beberapa hari saling kenal, tapi serasa sudah bertahun-tahun.
Raksa sadar dengan Rinjani yang terlihat sedih karena harus berpisah dengan Mamanya. Dalam diam, Raksa menggenggam tangan Rinjani dengan hangat.
"Nggak papa, akan ada lain kali buat ketemu Mama lagi." Ucap Raksa.
Rinjani memandang Raksa, benar, akan ada lain kali untuk mereka bisa bertemu lagi di kemudian hari. Semoga hubungannya dengan Raksa bisa bertahan lama, jadi bisa selalu bertemu dengan Bu Nilam kapan pun itu.
"Ekhem..." Dehaman dari jok belakang membuat Raksa dan Rinjani tersadar, bahwa ada Nabilla yang sejak tadi bersama mereka.
Raksa kembali fokus ke jalanan, sementara Rinjani menoleh ke Nabilla sambil terkekeh geli. Sementara Nabilla, pura-pura nggak lihat dan sibuk main ponsel.
"Mbak Rin, Nabil lupa nanya dari kemaren. Instagramnya Mbak Nabil apa? Mau Nabil follow." Celetuk Nabilla.
"Instagram Mbak namanya @rnjniavisa_ Bill..." Sahut Rinjani.
"Ohhh, oke udah ketemu. Ntar follback ya, Mbak." Ucap Nabilla.
"Oke..." Angguk Rinjani.
Dan akhirnya mereka sampai stasiun. Kereta mereka masih akan tiba setengah jam lagi. Selagi menunggu, Rinjani dan Nabilla sibuk foto-foto. Sementara Raksa, lagi ke toilet.
"Mbak, nanti boleh Nabil post di Story?" Tanya Nabil.
"Boleh, nanti Mbak Reply. Oh iya, sebagai salam perkenalan juga salam perpisahan, Mbak mau kasih ini ke kamu, Rin." Sebuah paper bag kecil Rinjani keluarkan dari tas backpacknya.
"Eh, apa ini, Mbak? Aduh, Nabil jadi nggak enak." Nabilla menerimanya, lalu melihat isi dalam paper bag.
"I-ini... Buku Mbak Rinjani?" Tanya Nabilla yang kini sudah membawa keluar isi dalam paper bag yang berupa buku novel milik Rinjani.
"Iya, ini novel punya Mbak. Kebetulan cuma bawa 2 ini. Besok-besok kalau kamu main ke Medan, atau Mbak yang main ke Rantau lagi, Mbak akan bawakan karya-karya Mbak yang lainnya." Ucap Rinjani.
"Ya Allah, makasih banyak, Mbak! Nabil seneng deh, dapet buku sebagus ini dari Mbak Rinjani. Insya Allah nanti Nabil baca. Makasih ya, Mbak..." Nabilla langsung memeluk Rinjani dengan penuh haru.
"Iya, sama-sama." Rinjani mengelus pelan punggung Nabilla.
Raksa yang datang langsung dibuat heran dengan Nabilla. Memandang Rinjani, seolah meminta jawaban.
"Lihat, nih, Mas! Nabil dikasih novel sama Mbak Rinjani. Mana novelnya bagus banget, senengnya." Pamer Nabilla ke Raksa.
Raksa yang melihatnya meringis. Nabilla dikasih percuma oleh Rinjani. Sementara dirinya menunggu PO selama sebulan.
Raksa duduk di samping Rinjani, sementara Nabilla masih sibuk melihat-lihat novel baru miliknya.
"Kenapa, Mas?" Tanya Rinjani.
"Nggak papa." Raksa tersenyum dengan terus menatap Rinjani.
"Ish, nyebelin!" Rinjani kesal.
Tapi jujur saja, mereka yang begini itu kelihatan gemas sekali. Nabilla yang sibuk dengan Novel langsung beralih ke mereka. Lalu ia diam-diam mengabadikan momen keduanya. Terdengar cekikikan kecil darinya, itu karena mereka yang sibuk saling mengumbar kemesraan.
Dan akhirnya Kereta mereka akan tiba 5 menit lagi. Raksa sudah berdiri dengan Nabilla dalam pelukannya.
"Mas pulang ya, kamu di rumah jagain Mama kalau Ayah kerja. Jangan sering keluyuran, belajar yang bener biar cepat lulus." Ucap Raksa kemudian.
"Iya, Mas disana hati-hati, jaga kesehatan, jangan lupa makan, sholatnya dijaga, jangan lupa sering kasih kabar ke Nabil dan Mama." Sahut Nabilla yang kini sudah mulai menangis.
Rinjani yang melihatnya juga ikut menangis. Ia jadi ingat Masnya Juanda karena melihat Nabilla yang begitu disayangi Raksa. Mereka sama persis. Rinjani juga tahu bagaimana sedihnya Nabilla yang harus berjauhan dengan Masnya. Rinjani merasakan hal yang sama.
Lalu Nabilla beralih ke Rinjani, juga memeluknya dengan sama eratnya seperti bersama Raksa.
"Mbak, jangan lupain Nabil ya. Terus nanti jangan jadi asing. Harus bisa jadi tim intai Mas Raksa, pantau Mas Raksa terus ya, Mbak. Soalnya kalau nggak di pantau, banyak cewek-cewek yang nempel ke dia. Ntar Mbak Rin malah dilupain sama Mas Raksa." Adu Nabilla menjelekkan Raksa.
"Haha, iya Bill... Mbak nggak akan lupain kamu, dan kita nggak akan jadi asing. Nanti kita harus sering-sering telpon dan Video Call ya." Sahut Rinjani terkekeh geli dengan ucapan Nabilla.
"Iya, Mbak. Nanti kita gosipin Mas Raksa ya." Sahut Nabilla menggoda Masnya.
"Nanti kita pasti ketemu lagi, Bil. Kamu harus baik-baik disini, jaga Mama, dan jangan lupa jaga diri." Ucap Rinjani lagi.
"Siap, Mbak." Angguk Nabilla.
Dan akhirnya Kereta mereka tiba. Rinjani dan Raksa masuk ke Kereta. Dan Nabilla memandang kepergian Masnya dan Rinjani. Sampai akhirnya Kereta melaju dengan tujuan Medan.
⚓
______________09 Oktober 2023
29 Oktober 2023
Publish 24 November 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapten Laut Untuk Rinjani
Roman d'amourFOLLOW SEBELUM MEMBACA!!⚠️⚠️ Update setiap hari Jum'at!!! _________________ "Kalau disuruh memilih antara Laut dan Langit, kamu mau pilih yang mana?" Tanya Raksa kemudian. "Mmm, lautan..." "Kenapa? Bukankah keduanya sama-sama berwarna biru? Bukankah...