_______________
"... Atau jangan-jangan, Mbak Rinjani ini atlet renang ya?" Tebaknya kemudian.
"Haha, bukan. Mbak ini seorang penulis, Bil..." Jawab Rinjani yang sebenarnya.
Lucu banget waktu Nabila menebak-nebak apa profesi Rinjani. Kadung gemas, dibilang saja deh. Biar nggak mikir kemana-mana dan macam-macam.
"Penulis? Mbak beneran seorang penulis? Kok bisa sih?" Tanya Nabila heran.
"Ya tentu bisa. Menulis itu cuma hobi. Pekerjaan Mbak yang sesungguhnya di dunia nyata itu adalah seorang editor di kantor penerbitan." Jelas Rinjani.
"Terus, hubungannya sama hobi Mas Raksa apa? Kan hobinya Mas Raksa renang, sedangkan Mbak Rinjani seorang penulis. Nyambungnya dimana?" Sungguh, Nabila sungguh bingung dan heran.
Nyambungnya dimana coba?
"Kamu mungkin nggak tau, Bil. Mas mu ini pembaca novel Mbak." Beritahu Rinjani.
Raksa yang diungkap tentang hobinya, hanya biasa saja. Toh tidak ada yang salah kan, jika seorang lelaki membaca novel? Itu wajar, malah nggak jarang ada penulis novel di Wattpad yang ternyata laki-laki. Jadi penulis itu bukan hanya untuk wanita, lelaki juga memiliki hak yang sama. Kesetaraan gender.
"Mas Raksa pembaca novelnya Mbak? Kok bisa sih? Mas sejak kapan suka baca novel? Kok Nabil nggak pernah tau Mas baca novel? Di kamar juga nggak ada tuh buku novel. Mas taruh dimana novelnya? Pelit banget nggak bilang-bilang!"
Tuh kan, Nabila malah ngomel-ngomel ke Masnya. Benar memang, Raksa tak memiliki novel di rumah ini. Dulu, ia memang belum menyukai membaca novel. Tapi 2 tahun terakhir ini, ia mulai suka baca novel online lantaran sering fyp di laman Tiktoknya. Karena penasaran dengan aplikasi baca tulis novel itu, Raksa mendownloadnya. Dan novel pertama yang dibacanya di aplikasi berlogo W berwarna oranye itu adalah novel milik Rinjani.
"Dulu emang belum suka baca novel. Tapi dua tahun terakhir sering baca novel punya Rinjani. Kalau pun Mas beli novel, Mas nggak akan bawa pulang, ntar kamu lihat malah kamu baca, lagi." Jawab Raksa.
"Tuh, kan! Dasar pelit!" Nabila sungguh kesal.
Raksa tak peduli dengan umpatan adiknya itu. Sementara Rinjani, ia tertawa geli. Adiknya Raksa sungguh menggemaskan. Jadi inget abangnya, Mas Juanda. Ia juga sering banget jahilin Masnya itu. Pun juga Masnya yang tak mau kalah jika sudah dijahili.
"Tapi Nabil masih nggak nyangka loh, kalau Mbak Rinjani ini penulis. Nabil pikir, Mbak Rinjani ini wanita karir, pengusaha gitu." Lanjut Nabila ke Rinjani.
"Nggak, Mbak ini cuma seorang penulis yang kebetulan juga editor di penerbitan. Kamu suka baca novel, Bil?" Tanya Rinjani kemudian.
"Suka. Biasanya Nabil baca novel online, Mbak. Mbak tau Wattpad? Nah, Nabil tuh sering baca novel disana. Soalnya gratis, hehe... Mbak Rin, nulis novel disana juga nggak?" Jawab Nabila.
"Iya, Mbak nulis novel disana. Dan Mas mu ini, followers Mbak di Wattpad." Sahut Rinjani.
"Apa? Beneran? Mas, kok alay sih?" Tuding Nabila.
"Alay gimana maksud kamu? Hmmm? Emang salah cowok baca novel Wattpad? Salah?" Raksa menatap tajam adiknya yang dibalas pelototan oleh Nabila.
"Dasar alay! Pasti Mas udah ngefans sama Mbak Rinjani dari lama. Makanya begitu ketemu kemarin, udah gas langsung ngajak official." Tuduh Nabila.
"Emang! Kenapa? Kamu nggak suka?" Sahut Raksa masih mode ngajak perang.
"Eh, udah-udah. Jangan ribut. Masa ketemu sekali-sekali, udah berantem. Besok kalau Mas Raksa balik ke Belawan, pasti kalian pada kangen-kangenan. Udah ya, jangan ribut. Masa ada aku disini kalian ribut sih?" Rinjani segera menyela mereka yang sama-sama mengibarkan bendera perang.
"Pokoknya, novel-novel Mas, harus dibawa pulang ke sini! Nabil mau baca semuanya!" Ucap Nabila kemudian.
"Nggak bisa, itu novel Mas. Novel kesayangan dari penulis kesayangan. Nggak boleh pindah tangan ke orang nggak jelas kaya kamu. Udahlah! Nanti kamu malah ngehaluin cowok-cowok fiksi dan Oppa-oppa Korea mu itu terus, nggak sempat buat belajar biar cepat lulus." Raksa tak mengindahkan ucapan sang adik.
"Mereka itu semangat Nabil, tau! Nggak ada mereka dunia Nabil berasa hampa, Mas, Mbak. Walaupun mereka nggak bisa digapai, mereka selalu ngebuat Nabil bahagia dengan karakter mereka masing-masing yang nggak ada di cowok jaman sekarang. Oppa-oppa Korea tuh tau gimana caranya nyenengin hati fansnya, tiap Minggu live Instagram, berasa kaya lagi VC sama ayang. Pokoknya mereka the best deh!" Jelas Nabila.
"Udah-udah halu nya! Udah Adzan Dzuhur, yuk sholat Dzuhur dulu." Ucap Raksa menghentikan pikiran halu adiknya itu.
"Ya udah deh, yuk Mbak, wudhu di kamar Nabil yuk."
Rinjani dibawa Nabila ke kamarnya. Sampai sana masih sempat ngobrol sebentar, padahal sudah ditungguin Mama Nilam dan Raksa. Dan akhirnya mereka sholat Dzuhur berempat dengan Raksa yang jadi imam.
"Rinjani udah makan siang belum?" Tanya Bu Nilam begitu mereka selesai sholat Dzuhur.
"Alhamdulillah, tadi udah mampir makan di jalan Bu." Sahut Rinjani.
"Oh, gitu. Ya udah, lanjut ngobrol bareng Raksa ya. Ibu habis ini mau siap-siap, ada arisan. Nggak papa ya, nanti Ibu tinggal?" Tanya Bu Nilam.
"Oh, iya Bu. Nggak papa." Angguk Rinjani.
"Bil, habis ini anterin Mama ya." Ucap Bu Nilam.
"Oke Ma." Angguk Nabila.
Bu Nilam dan Nabila pergi bersiap-siap. Meninggalkan Raksa dan Rinjani mengobrol berdua di ruang tengah.
"Kenapa, Mas?" Tanya Rinjani bingung.
"Mas kepikiran," jawabnya.
"Iya, kepikiran apa?" Tanya Rinjani.
"Kamu sukanya cowok Korea dan sering nulis cowok fiksi, pasti cowok idaman kamu kaya mereka semua kan? Yang romantis, yang kalau ngerayu pake kalimat-kalimat puitis. Iya, kan?" Ucap Raksa.
Rinjani tersenyum maklum dengan pikiran Raksa itu. Tapi kok aneh, baru sekarang kepikiran. Sejak kemarin mikirin apa, Masnya?
"Mas, jangan takut merasa tersaingi. Mereka hanya cowok Korea dan cowok Fiksi yang nggak akan mungkin bisa digapai sampai kapan pun. Mungkin memang benar, cowok idaman Rin itu kaya mereka. Tapi mau dicari gimana pun, nggak akan mungkin ada yang kaya mereka."
"Lagipula, saat ini hati Rin udah di isi sama seorang pelaut. Jadi, mau sekeren apapun cowok Korea dan cowok fiksi, kalau Rin cintanya sama Mas doang, mereka nggak ada apa-apanya." Jelas Rinjani.
"Beneran?"
"Iya, beneran. Jadi tenang aja, karena jika bersamaku, saingan Mas cuma cowok Korea dan cowok fiksi doang. Nggak akan ada cowok orang ataupun cowok lainnya. Ngerti kan?" Jelas Rinjani.
"Iya, kan mereka nggak bisa di gapai. Kalau mau di gapai, Mas aja ini, yang digapai. Mas ikhlas dan senang." Sahut Raksa yang kini tersenyum lega menatap Rinjani.
"Kalau itu maunya Mas!" Sahut Rinjani tertawa geli bersama Raksa.
⚓
_______________10 Agustus 2023
12 Agustus 2023
Publish 29 September 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapten Laut Untuk Rinjani
RomanceFOLLOW SEBELUM MEMBACA!!⚠️⚠️ Update setiap hari Jum'at!!! _________________ "Kalau disuruh memilih antara Laut dan Langit, kamu mau pilih yang mana?" Tanya Raksa kemudian. "Mmm, lautan..." "Kenapa? Bukankah keduanya sama-sama berwarna biru? Bukankah...