Ikatan Janji

Arum

Arum duduk di sebelah aksara bersama bunda, sesekali bunda melontarkan pertanyaan asal.

"Jadi nak arum umur berapa?"

"Baru 30 bu." Jawab arum sedikit ragu.

"Masih muda." Bunds tersenyum. "Kenapa nak arum bisa disana?"

Yang lain duduk di rungan itu pun memasang telinga karena mereka juga penasaran.

"Saya dikejar penjahat."

"Loh!?" Bunda terkejut. "Ayo lapor polisi."

"Tidak perlu bu, sekarang saya aman berkat aksara." Arum mengusap tangan aksara.

Keysa memperhatikan itu, ia sungguh ingin menggeser posisi arum saat ini.

"Biar ku bantu laporkan.." usul ocie.

"Tidak perlu." Arum tersenyum menatap ocie.

Seperti tersihir ocie mengangguk.

Mata arum tertuju pada keysa, sedikit tajam dan mengintimidasi.

Keysa bergidik ngeri mengalihkan pandangan nya agar tidak bertatapan dengan arum.

.

.

.

Aksara bangun setelah 2 hari tak sadarkan diri, yang pertama kali ia lihat adalah seorang wanita cantik dengan sorot mata tajam tengah menatapnya.

"Bunda, sara bangun.." ucap ocie memanggil bunda, ia tersenyum melihat aksara sudah sadar.

Pandangan antara aksara dan wanita itu tak putus sejak tadi.

"Akhirnya kamu sadar sara, kita semua khawatir tau.." ucap ocie sedih haru, ia membenahi tatanan rambut aksara.

"Sara.." bunda masuk penuh haru khawatir. "Syukurlah kamu sudah sadar. Sudah bunda marahi semua teman kamu itu.."

"Sara.." panggil ocie tak di respon aksara. Ocie pun menoleh kearah aksara memandang. "Oh ini dia yang nolong kamu, namanya Arum." Ocie beralih ke arum menariknya mendekati aksara.

"Bunda.." panggil aksara lirih. "Pulang." Pintanya.

"Iya sayang nanti kita pulang, bunda urus semuanya dulu ya. Oci kamu jagain sara ya. Nak arum makasih ya." Bunda pun keluar ruang rawat inap.

"Iya bunda."

"Yang lain gimana kak oci?" tanya aksara

"Semua aman sara. Lagian kalau tau gini kamu harusnya gak ikut"

"Tanya pacar kakak aja sih." Aksara yang acuh pun kembali memejamkan mata.