Aksara?

44 7 9
                                    

Aksara termenung melihat ke depan, pemandangan yang sangat aksara suka. Hamparan pohon rimbun menyegarkan, kemericik air di hilir sungai beberapa binatang meminum air di sungai.

Akasar suka dengan alam yang tenang ini.

Kakk.. (suara burung gagak)

Aksara menoleh ke kiri, ia melihat seekor burung besar terbang rendah.

Aksara melihat arah tujuan burung itu, seekor ular hitam tengah tertidur dekat batu.

Aksara tersenyum kecil, rantai makanan.

Kakk.. (suara burung gagak)

Burung itu kembali bersuara siap menyerang.

"Akh.." suara itu berasal dari ular yang di serang burung.

Mata aksara melebar, ia yakin itu bukan ular biasa. Aksara mengeluarkan panah dan anak panah dari punggung nya, siap membidik ke arah burung itu.

Aksara ragu, ia bimbang tak boleh membunuh binatang.

Tapi burung itu tetus menyerang ular itu.

Aksara kembali menarik anak panah nya yakin dengan sasaran ke sayap burung itu.

Syuub..

Anak panah tepat mengenai sayap burung itu, aksara berlari menghampiri burung itu.

Aksara mencabut anak panah nya, mengambil burung itu lalu..

"Ini wilayah ku, tak seharusnya kamu berburu disini." Peringat aksara pada burung yang takut itu.

Aksara melepaskan burung itu lalu menghampiri ular hitam.

Begitu banyak cakaran burung di tubuhnya, aksara menghela nafas berat.

"Maaf." Aksara mengusap kepala ular itu kasihan. "WAAAAHHH..." Aksara terkejut terjungkal kebelakang.

Ular itu baru saja berubah menjadi manusia, dan aksara masih menatapi nya.

"Terimakasih sudah menyelamatkan saya." Ucap orang itu.

Aksara menepuk pantat nya yang kotor.

"Kita obati dulu." Aksara mengambil sesuatu dari balik punggung nya lalu mengoleskan nya pada area di tubuh orang itu. "Permisi." Sopan nya meminta ijin.

Ia meringis kesakitan lalu mencengkram lengan aksara, aksara melihat itu tak memberontak karna itu cukup sakit.

"Sudah." Aksara tersenyum.

Bekas cengkraman orang itu terlihat jelas dilengan aksara.

"Maaf."

.

.

.

"Maaf." Arum mengusap lengan aksara yang tertidur di mobil, mungkin aksara lelah pergi dengan nya.

"Ehkk.." aksara bangun. "Mba arum, maaf tadi aku ngantuk."

"Gak apa-apa." Arum mengusap pelan kepala aksara. "Sudah jam 7 malam, ayo kita makan malam."

Aksara merenggang kan badan nya lalu melihat kedepan, benar sudah malam.

Aksara menoleh kesamping melihat paras ayu arum, seketika pipinya bersemu merah.

Ia menggelengkan kepalanya.

.

.

.

Mereka kini sampai di daerah jimbaran, pesisir pantai dengan berbagai resto spesial makanan laut.

Aksara mengambil dompet dan ponselnya.

"Loh aunty telepon.." aksara langsung menghubungi ghea.

Arum sudah menunggu di luar mobil.

"Hallo ty."

"Hallo, sara dimana?"

"Lagi di pantai ty sama mba arum, di ajak makan sih sama mba arum." Aksara melirik arum malu ia memalingkan wajah nya yang kembali bersemu merah.

"Adek kok tumben gak ngabarin?" Terdengar suara bunda di sebrang sana.

"Maaf bunda, kelupaan." Aksara memanyunkan bibirnya.

Arum melihat betapa menggemaskan wajah pujaan hatinya itu, ia tersenyum kecil.

"Bunda mau nitip sesuatu? Mumpung sara di jimbaran."

"Ikan tuna sekilo."

"Eh.." aksara menoleh kebelakang melihat arum. "Yang mentah ya bunda?" Aksara ragu, masalahnya ia membawa mobil arum, jika miliknya tak akan jadi masalah.

Aksara berlari kecil menuju arum.

"Mba arum, bunda mau nitip ikan."

"Gak masalah."

"Bukan itu masalahnya mba. Bunda minta ikan mentah."

"Oh." Arum mengusap kepala aksara, sebuah kebiasaan yang arum sukai. "Gak apa-apa."

Aksara menggangguk paham sekaligus malu. "Oke bunda." Suara nya kecil.

"Aunty juga nitip ya, beli es kelapa sama seafood yang udah mateng, bebas deh." Tutur ghea di seberang sana.

"Oke ty, nanti ku bawain. Sara pergi dulu, bye." Ucap aksara mengakhiri panggilan telepon.

.

.

.

Demburan ombak menghantam pesisir pantai jimbaran, aksara sudah memesan beberapa makanan.

Pramusaji datang membawa pesanan mereka, ini termasuk banyak di mata arum. Arum mengalihkan pandangannya ke arah pantai dimana aksara tengah bermain  kejar-kejaran obak yang datang, tawanya bisa arum dengar begitu nyaring dan ringan betapa suara aksara terdengar lebih merdu daripada deru ombak.

ada sesuatu yang aneh di tengah laut, arum menatap tajam.

Aksara berdiri diam melihat kearah tengah laut.

"AKSARA!" arum segera berdiri lalu berlari kearah aksara.

Aksara berbalik lalu tersenyum, seketika itu bulu kuduk arum bergidik ngeri.

Ikatan JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang