Murka

31 4 0
                                    

Ghea menarik kerah nadin, siap untuk memukul nya.

"Kakak.." pekik keysa berlari ke arah ghea dan nadin.

Ghea melepas kerah nadin, ia mundur beberapa langkah.

"Jika terjadi sesuatu pada aksara maka akan ku bunuh kamu." Ancam ghea.

"Aksara? Anak itu tak pernah suka di panggil itu." Cibir nadin.

"Kakak, aunty ghea.." keysa melihat mereka bergantian. "Ada mahluk mengerikan menyerang ku dan kak jes." Tersirat kekhawatiran di wajah kesya. "Kak jes minta aku mencari aunty ghea.."

Nadin melangkah mendekati keysa tersenyum menepuk kepala keysa beberapa kali lalu mencengkram nya.

"Aakkhh.. kak.." keysa merintih kesakitan.

"Mahluk jelek sepertimu mencoba meniru adikku?" Nadin mencengkram lebih keras. Ia berbalik melihat ghea. "Inilah beda ku dengan mahluk kotor seperti mu."

Jleb.

"Akh.. a.. "keysa palsu tak dapat bersuara setelah dengan cepat tangan nadin menembus dada meraup jantung nya.

.

.

.

Jeysa terengah-engah akhirnya menemukan ocie bersama janu.

"Kok lari-lari yang?" Tanya ocie heran.

"Itu.." jesya ingin menjelaskan sesuatu namun ia melihat janu sesaat.

"Awas!" Janu melompat bertumpu dengan bahu jesya.

Bruk.

Sebuah tendangan tepat mengenai mahluk aneh yang menyerang jesya.

"GiLAK!!" Ocie terperanga dengan wujud mahluk itu, jika yang ia lihat di tokoh pewayangan bali belitu menyeramkan makan wujud mahluk jahat itu lebih menyeramkan.

"Khab.." mulut keysa terbungkam oleh mahluk yang menghadang nya.

"Key.."

Jleb..

Sebuah tombak menancap tepat di kepala mahluk jahat beserta keysa.

"Akkkhhhh.." ocie berteriak panik.

.

.

.

"Lepaskan milikku." Ucap arum dengan wujud setengah ularnya.

"Mlililk mlu?" Terdengar tak jelas. "DIAAAHH MLILILK KUUUUUUUU.." Teriak mahluk itu sangat kencang.

Mata arum kini berubah seperti mata ular, dengan sebagian tubuh manusia bersisik ular.

Beberapa kali arum menyerang mahluk kecil yang berada di sekitar mahluk penyandra aksara.

Aksara semakin lemah kesadaran nya hampir hilang, sedangkan mahluk yang duduk di ata paha akssra tersenyum puas.

Brak.

Serangan ekor arum tepat mengenai mahluk penyandra dan melemparnya cukup jauh.

.

.

.

Nadin menarik tombak nya tak perduli dengan mayat mahluk-mahluk yang sudah ia habisi malam ini.

Ocie menatap nanar mayat keysa.

"Itu bukan keysa, itu roh jahat." Ucap ghea yang datang bersama nadin.

"Ro.. ro.. roh jahat?" Janu tercengan bahwasanya dia telah menendang salah satunya.

"Lalu mana key?"

"Di tempat yang sama dengan raga."

"Siapa raga?"

"Aku tak suka berbasa-basi." Nadin pun melangkah.

Janu mengernyit ngeri melihat salah saru roh menggeliat.

"Iyuh." Janu berlari mengikuti jesya dan ocie yang berada di belakang nadin dan setelah nya ada ghea paling belakang.

.

.

.

Arum berubah wujud kesosok manusianya. "Kamu gak apa-apa? Aku akan membawa mu keluar dari sini."

"Graaaaahhhhh.." mulut mahluk penyandra terbuka lebar penuh amarah. "MILIK KUUUUUUU!"

"Bertahan sebentar." Arum kembali menjadi setengah ular dengan sebagian tubuh penuh sisik.

Terjadi bergulatan antar mahluk penyandra dengan arum hingga mahluk jahat itu lebih unggul dari arum.

Berbagai luka muncul di sekujur tubuh arum, sedangkan dengan langkah berat dan lidah yang menjuatai bergerak tak tentu arah mendekati aksara.

Arum tersyungkur, ia kalah?

"MILIK KU." Lidah mahluk itu kembali menyentuh aksara.

Tombak nadin kembali meluncur kearah mahluk yang kini tengah mengangkat tubuh aksara.

Tombak nadin berhenti tepat di depan wajah mahluk itu.

Jesya mendekap mulut ocie yang hampir saja berteriak, janu terperangah menatap pemandangan yang lebih mengerikan.

"KELUAR DARI TUBUH ADIK KU." Tegas nadi menarik tombak nya.

"HaHaHaHa.." tawa mahluk itu menggema di seluruh ruang.

"Arum." Ucap nadin. "Jika adikku harus mati sekalipun aku tak perduli, kita harus memusnakan mahluk jelek ini." Nadin menatap nanar.

Arum berubah wujud manusia, sebuah pedang muncul di tangan nya.

"Ini pilihan mu." Arum terlihat acuh. "Bagiku yang terpenting aksara." Arum menatap sendu aksara yang tak sadarkan diri.

"Sebaiknya kita menjauh." Jesya melindungi janu dan ocie agar menjauh.

.

.

.

Mahluk mengerikan itu begitu kuat untuk nadin dan arum. Keduanya harus berpikir cepat jika tidak mereka akan kehilangan keysa dan aksara.

Ghea yang tak berani maju lantaran dilarang arum tak punya pilihan lain.

"Lawan mu aku." Ghea siap menyerang.

Berbagai serang sudah ia lakukan, namun tak banyak perubahan.

"Aakkhhh.. sakit.." samar-samar terdengar suara keysa dari mahluk mengerikan itu.

Mahluk itu tiba-tiba mengerang meringis kesakitan, tubuhnya tak bisa dikendalikan.

"GAAAAHHHHHH..." Teriak mahluk itu.

Arum melihat celah segera mendekati aksara lalu menarik nya.

Ghea kembali menyerang mahluk itu dengan berbagai pukulan.

BRAK!

Ghea terhempas ke sebuah lemari hingga hancur.

"Adik kecil ku kini punya kelemahan rupanya." Nadin tersenyum picik.

Mahluk itu mengabaikan nadin dan lebih memilih menghampiri ghea.

Aksara menarik leher arum "selamatkan keysa.." suara aksara berbisik lemah.

"Tapi.."

Cup.

Aksara mencium arum sedikit menggigit bibir arum hingga membuat luka, darah mengalir dari bibir arum.

Mahluk itu dengan cakarnya siap menancam ke tubuh ghea.

Nadin bersiap menembakan tombaknya.

Ikatan JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang