"Jaga baik-baik kalung mu, jangan sampai lepas." Bisik ghea.
.
.
.
"Ty?"
"Sara.." ghea berlari dengan terengah-engah mendekati aksara, keringat mengalir di kening nya.
Aksara melangkah mundur perlahan, aksara berputar arah melihat pintu perpustakaan.
"Kaya nya belum ada 15 menit aku di luar." Aksara kembali berputar melihat ghea. "Ty udah ketemu hape nya?"
"Hape?" Ghea meraba saku celananya. "Sudah." Ghea tersenyum.
Aksara melangkah kedepan, merapikan rambut ghea yang berantakan.
"Aunty dari tadi lari-lari terus ya?"
"Iya."
"Kan udah aku yang bantu, kalau masih ada yang mau di obrolin sama bu arum lanjut aja ty, gak perlu nyari aku kesini, aku bisa tunggu di deket parkiran kok."
"Bu arum ya.." ghea mengatur nafas nya. Ia melihat wajah penuh kekecewaan di sekitar nya.
"Ty." Aksara menyentuh bahu ghea. "Aku gak akan lepasin kalung ini, aku janji." Aksara tersenyum. "Gih lanjut lagi."
.
.
.
Ghea dan arum saling bertatapan sengit.
"Licik." Cibir ghea.
"KAU MENGGANGGU!" Suara arum begitu berat dan seperti lebih dari satu suara keluar dari mulutnya.
Kuku jari arum hitam mulai memanjang mencengkram meja, lengan nya mulai berubah membesar penuh dengan urat.
"KAU HARUSNYA SADAR DIMANA TEMPAT MU?" Tubuh arum makin membesar layaknya monster.
Rambut acak-acakan tak karuan, gigi taring yang keluar dari atas maupun bawah, asap hijau bau keluar dari mulut arum.
"Kamu." Tunjuk ghea pada arum. "Merusak bentuk ku." Seketika itu pula ghea berubah wujud menjadi arum.
Memang mahluk di depan arum adalah roh jahat yang menginginkan aksara.
Brak
Pintu terbuka lebar menunjukan ghea yang baru saja masuk.
"Iyuh." Ghea memandangi mahluk di depan arum. "Dia menirukan wajah mu?"
"Dan aku terpaksa menirukan dirimu." Kini arum merubah diri jadi setengah ular.
Ghea kini berlari lebih kencang siap menyerang mahluk itu.
Arum juga siap menyerang dan..
.
.
.
Aksara tertawa terbahak-bahak lantaran ocie yang terus mengomel pada jes karena salah pesan makanan.
"Ih yang, kan dah tau aku gak suka."
"Iya sayang tapi yang mulia paduka putri aksara kan suka."
"Iiiiihhh.." kesal ocie. "Yang pacarmu itu aksara atau aku sih?"
"Seru nih." Aksara menyuap kenrang goreng ke mulut nya.
"Ya.. ya kamu lah sayang." Ucap jes ragu.
"Iiiihh yang." Ocie mencubit pipi jes.
.
.
.
Kini arum dan ghea sudah berpindah tempat dengan mahluk menyeramkan yang itu.
Mereka saling menyerang tanpa henti hingga mahluk itu tersungkur.
Ghea menginjak dada mahluk itu. "Mahluk. Mengerikan."
Arum mengeluarkan sebuah pedang entah dari mana lalu menghunuskan nya pada mahluk itu hingga mahluk itu berubah menjadi abu.
"Beres." Ucap arum menarik kembali pedang nya. "Sepertinya mereka sudah mengincar aksara sejak lama."
"Entah lah, yang pasti aksara tak pernah di dekati mahluk lain semenjak menggunakan kalung."
"Hmm.." arum menghadap ghea. "Sebenarnya apa yang membuat mereka tertarik?"
"Apa yang membuatmu tertarik dengan aksara?" Acuh ghea.
"Itu.."
"Aksara menunggu kita, ayo kembali." Ajak ghea.
.
.
.
Ghea kini mencari ke sekeliling parkiran dimana kiranya aksara.
"Tak ada." Ghea yakin jika aksara akan ke parkiran.
"Tunggu." Arum juga mulai panik. "Coba hubungin hape nya dulu." Usulnya.
Ghea menghela nafas membuka ponsel nya. Ia menatap heran ponsel nya.
"Tidak ada.." kini ghea menatap arum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikatan Janji
FantasiAksara pikir kehidupan nya akan baik-baik saja, berjalan dengan santai seperti anak seusianya. namun tak ada yang tahu masa depan atau masa lalu seperti apa.