Arum menikmati waktu bersama aksara walau ada beberapa roh yang terus mengganggu di sekitar mereka.
Arum memutar bola matanya malas pada salah satu roh jahat menyeringai mengejek arum.
Jika bukan karena ia bersama aksara mungkin sudah sejak tadi arum menghajar roh itu.
"Wah.." aksara terkesima melihat langit sore yang berubah menjadi jingga.
Tapi jika dipikir-pikir aksara sudah tahu siapa dirinya mengapa ia takut? Arum hanya takut aksara belum menerima wujud nya saja.
Kak
Kak
Suara burung berterbangan rendah di sekitar mereka.
"Akh." Pekik arum takut, tanpa sadar ia mengeser dirinya lebih dekat dengan aksara. Ia menyembunyikan diri di bahu aksara, ia takut burung itu menyerang nya.
Tangan aksara menutup kepala arum membiarkan yang lebih tua untuk menyembunyikan diri dibahu nya.
Aksara menatap tajam burung-burung yang terbang rendah, seketika burung-burung itu terbang menjauh.
Aksara melirik ke belakang punggung arum lalu tersenyum, beberapa sosok roh jahat mundur menghilang di balik pepohonan mangrove.
"Burung nya udah gak ada." Aksara menepuk-nepuk punggung arum.
Pelan arum mengangkat kepalanya ragu, takut jika burung-burung tadi kembali.
Aksara tersenyum kecil, begitu lucu di mata arum.
"Makasih." Ucap arum menarik tubuh nya.
"Mba arum takut burung ya?"
Arum mengangguk pelan, ia malu. Bagaimana bisa mahluk sepertinya justru takut dengan seekor burung.
"Wajar sih." Ucap aksara ringan.
Drrtt
Drrtt
Ponsel akasara bergetar panggilan telepon dari ghea masuk.
Aksara hanya menatap ponsel itu sesaat, enggan ia angkat.
"Gak di angkat?"
"Gak penting." Aksara mengabaikan nya dan memasukan kembali ponsel nya. "Sudah sandikala mba, waktunya pulang, kata bunda gak baik keluar jam segini." Aksara mulai membereskan beberapa barang.
Sandikala = waktu magrib.
.
.
.
Aksara dan arum berjalan perlahan menikmati waktu bersama. Sesekali arum memperhatikan tangan aksara, ingin ia genggam sembari berjalan bersama.
Akasara memandang ke depan, kosong.
Kosong.
Bahkan roh jahat yang harusnya berkeliaran tak tentu arah pun tak ada.
"Mba arum." Panggil aksara.
"Ya?" Itu membuat atensi arum teralihkan.
"Laper." Aksara tersenyum.
"Baru tadi makan loh."
"Ya tadi kan cemilan mba." Aksara memanyunkan bibirnya.
"Iya deh, tapi aku mau makan seafood." Arum mengusap kepala aksara.
"Oke deh mba." Aksara mengambil tangan arum yang ada di kepalanya lalu menariknya untuk segera sampai mobil.
.
.
.
Ghea melihat ponselnya, masih belum ada balasan dari aksara.
"Sudah ada kabar dari adek?"
"Belum kak." Ghea juga tak tahu.
"Gak biasanya adek gak ngasi kabar." Keluh bunda.
"Di tunggu aja kak." Ujar ghea
.
.
.
Arum terdiam di samping mobil menatap aksara bersiap masuk kedalam mobil, ia mengangkat sebelah alisnya lantaran pesan yang ia terima dari ghea.
"Kenapa mba?"
"Boleh kita tetap disini lebih lama lagi? Aku masih merasa penat dengan keramain dijalan."
"Hmm." Aksara menutup kembali pintu mobil nya. "Tentu saja, lagian jam segini jalan pasti macet banget sih."

KAMU SEDANG MEMBACA
Ikatan Janji
FantasyAksara pikir kehidupan nya akan baik-baik saja, berjalan dengan santai seperti anak seusianya. namun tak ada yang tahu masa depan atau masa lalu seperti apa.