Kelas? Malam?

38 9 0
                                    

Arum berjalan kembali menuju ruang dosen.

"Hey." Sapa ghea dari samping.

"Menjemput akasara?"

"Tentu." Mereka berjalan beriringan. "Kukira kamu tak akan melakukan hal lain selain berusaha mendekati aksara."

"Ini memang profei ku, bagaimana dengan mu?"

"Aku pemilik butik di beberapa kota." Ghea sedikit tersenyum. "Untuk sementara waktu aku akan mengurus butik di kota ini."

"Itu lah yang baik."

Ghe menghentikan langkah nya, tersenyum melihat arum yang juga ikut berhenti.

"Ku pikir kamu membenci ku."

"Aku tidak membencimu hanya waspada dengan teritorial ku saja."

Ghea tertawa terbahak-bahak. "Teritorial mu adalah aksara maka dari itu kamu mengajar disini bukan?"

Arum mengangguk membenarkan argumen ghea.

.

.

.

Aksara berjala di lorong dengan kanan kiri pepohonan rimbun.

"Ini gak bakalan muncul leak kan?" Ucap nya sedikit takut.

Aksara berjalan menunduk dan tanpa sengaja ia menabrak seseorang.

Aksara tersungkur kebelakang.

"Maaf ya dek." Ucap orang yang tak sengaja menabrak aksara.

"Gak masalah." Aksara mencoba bangkit. "Hadeh jatuh mulu." Keluh nya.

Tanpa aksara sadari kalung yang biasa ia gunakan terlepas.

Orang tadi membantu aksara bangkit.

"Maaf ya." Pinta nya sekali lagi sebelum akhirnya pamit pergi.

.

.

.

Arum mengernyitkan kening nya, merasa sesuatu yang aneh baru saja terjadi.

"Roh jahat berkumpulan." Ucap ghea melihat sekeliling.

"Betul." Arum juga melihat hal yang sama.

"Sepertinya mereka mengawasi kita sejak tadi." Ujar ghea.

"Tidak." Arum menatap tajam pada mereka. "Apa aksara berkata sesuatu sebelum kamu menjemput nya?"

Kini ghea paham mengapa para roh ini berkumpul. "Perpustakaan."

"Ck." Kini arum menatap ghea kesal tanpa sebab. "Di kampus ada 3 perpustakaan."

"Sial." Ghea mengumpat. "Dimana perpustakaan itu?"

"Selatan, barat daya dan barat." Tunjuk arum.

"Aku akan ke barat, kamu selatan."

"Baik." Arum hendak pergi.

"Jangan sampai diketahui manusia, tutupi wajah mu." Saran ghea.

Arum mengangguk dan mereka pun berpisah.

.

.

.

Ghea mencari ke sekeliling gedung perpustakaan namun ia tak kunjung menemukan keberadaan aksara.

Semakin cemas dan resah ia bertanya pada beberapa orang yang ia temui apa mereka mengetahui keberadaan aksara.

Ghea semakin kesal lantaran roh jahat yang ada di sekitarnya terus saja mentertawakan nya.

.

.

.

"Ehm." Batuk seseoramg di depan aksara.

Aksara tentu saja terkejut dengan kedatangan arum yang tersenyum lebar pada dirinya.

"Bu." Sapa aksara.

Sedikitnya aksara sadar jika kini terasa sepi tak ada orang selain dirinya dan arum tentunya.

"Banyak tugas?"

"Ya bu." Jawab aksara singkat, sedikit takut, bukan takut seperti saat aksara melihat wujud asli arum tapi ini lebih menakutkan dari itu.

"Sudah tak ada kelas lagi?" Tanya aksara berbasa-basi juga sekaligus berbenah.

"Sudah selesai sejak tadi."

Entah lah aksara tak nyaman dengan arum kali ini, seperti arum di depan nya ini akan menerkam nya.

"Benarkah?" Aksara mengalihkan pikiran itu lalu tersenyum. "Ibu kurang sehat ya?" Aksara menyadari ada yang berubah dari arum. "Suara ibu agak berat."

"Hmm. Saya sedang tidak baik-baik saja. Maukah kamu membantu saya?"

.

.

.

Ghea beralih menuju ke gedung barat daya, sesampainya ia di lorong ia bimbang haruskan ia ke gedung barat daya atau selatan?

Suasana kampus semakin sepi, ia tak yakin harus memilih yang mana hingga ia berlari tak tentu arah.

.

.

.

"Saya lelah, saya butuh asupan tenaga." Ucap arum senyum sumringah meraih tangan aksara yang berada di atas meja.

"Ah bu.."

"Aksara." Ghea masuk terengah-engah.

"Ty.."

"Sst." Ghea menghentikan aksara. "Aku sepertinya menjatuhkan ponselku entah dimana bisa kamu membantu ku?"

"Oh." Aksara menarik tangan nya dari genggaman arum.

Aksara menyadari sesuatu, pakaian yang ghea kenakan bukanlah style nya. Aksara merogoh saku dan mencari ponselnya dalam tas.

Arum dan ghea saling bertatap sengit, seperti tatapan tak suka.

Ghea berjalan mendekati aksara mengusap kepala aksara pelan membuat yang lebih muda mendongak, ghea tersenyum simpul.

Benar dugaan ghea setelah melihat aksara lebih dekat.

"Coba kamu hubungi nomor telepon ku, dan bantu aku mencarinya di luar."

"O-oh." Aksara pun berdiri, ia patuh.

Ghea tiba-tiba memeluk aksara, mengalungkan tangan nya di leher aksara lalu berbisik.

"...."

Aksara menoleh, ia sungguh bingung, matanya berkedip dengan cepat seakan mencoba mencerna dari yang dia dengar dan dia lihat.

"Disini gak ada sinyal, coba kamu telepon di luar ya. Aku mau ngobrol sebentar sama dosen mu." Ghea mengambil tas aksara lalu memberikan tas itu pada aksara dan mendorong nya pelan. "Hus sana anak kecil cari yang bener, jangan ganggu urusan orang dewasa."

Lagi-lagi aksara menurut dan mengikuti semua intruksi ghea.

.

.

.

Sesuai intruksi ghea di dalam aksara mulai menghubungi ponsel ghea mungkin saja ia bisa menemukan nya di dekat sini bukan.

Aksara berjalan pelan lalu ia meraba sekitar lehernya.

"Kalung nya masih kok, gak lepas." Aksara bingung hendak berbalik masuk namun angin kencang berhembus membuat pintu utama perpustakaan tertutup dengan kencang.

Aksara mengabaikan nya dan lanjut menghubungi ponsel ghea yang hilang hingga ke arah perpustakaan selatan.

Samar-samar aksara mendengar suara ponsel tapi aksara tak yakin itu ponsel ghea sampai..

"Ty?"

Ikatan JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang