Memantau

72 5 0
                                    

Aksara menatap malas arum yang senantiasa menunggu dirinya di rumah sakit, terkadang arum sesekali mengobrol dengan bunda nya.

Hingga akhirnya hanya ada mereka berdua dalam kamar rawat itu.

Aksara menyilangkan kedua tangan nya di dada lalu menatap arum penuh selidik.

"Apa kamu ingin sesuatu?" Arum berdiri lalu mendekat

"Siapa kamu sebenarnya?"

"Aku ar.."

"Aku tau nama mu, kamu ini sebenar nya apa? Kamu.. bukan manusia." Pandang aksara penuh selidik

Raut wajah sekar sedikit berubah. "Aku man.."

"Tak ada manusia yang seperti mu."

"Aku.."

"Jika kamu siluman aku tak masalah, hanya saja.."

"Aku memang siluman." Jujurnya lalu mendekati aksara.

"Jadi kamu benar-benar siluman?" Awalnya aksara hanya asal bicara.

"Kamu pasti takut. Tenang saja, aku disini hanya memastikan kamu baik-baik saja." Arum tersenyum. "Sebaiknya aku pergi."

"Jangan." Aksara menahan tangan arum. "Aku tidak takut, aku hanya tak tahu jika se.." aksara berpikir kata mana yang harus ia sematkan untuk arum. Sesosok? Seekor? "Seseorang seperti mu itu benar ada. Maaf." Aksara melepas tangan arum. "Aku sudah baik-baik saja, terimakasih sudah menolong ku."

"Aku yang berterimakasih padamu. Berkat mu aku bisa hidup bebas."

.

.

.

Semua kembali seperti semula, namun entah mengapa aksara seperti merindukan Arum.

"Sara." Key meletakan kalung milik aksara di meja.

"Aku kembalikan."

Aksara langsung menyambar nya dengan girang. "Aku kira hilang tau." Aksara langsung memakai kembali kalung nya.

Arum berhenti di depan pintu kamar rawat, ia melihat aksara tengah tersenyum pada key. Mata Arum tertuju pada kalung yang ada di leher aksara.

"Jadi itu alasan nya.." arum tersenyum, ia pun segera bermutar balik.

Aksara melihat sekelebat sosok arum.

"Arum.." gumam aksara.

"Kenapa sara?" Tanya key.

"Oh bukan apa-apa."

Ikatan JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang