Ghea tak punya tenaga lagi untuk melawan.
"Key, aku tahu kamu bisa lepas dari mahluk ini." Ucap ghea sekuat tenaga menahan tangan mahluk itu dengan tangannya.
Benar saja, mahluk itu kembali mengerang kesakitan, rupanya keysa melawan keinginan mahluk itu.
"Gaaaahhhhh.." teriak mahluk itu.
Ghea dengan tangan satunya menyentuh wajah mahluk itu yang samar-samar berubah menjadi keysa.
Kini mahluk itu seperti terdorong keluar dari tubuh keysa.
Entah tenaga darimana aksara merebut pedang arum, berdiri siap berlari menuju mahluk itu.
Aksara menebas mahluk mengerikan itu, bersamaan dengan tombak nadin yang berhasil aksara tangkap.
"AAAAKKKKHHHHH...." Erangan kesakitan nya terdengar.
Tubuh keysa terjatuh di atas tubuh ghea.
Aksara berdiri tegak dengan pedang dan tombak ditangan nya. Aksara menoleh kearah nadin.
Nadin menunduk, ia takut dengan sorot mata itu.
"Kenapa menunduk?" Aksara menyeret tombak nadin. "Bukankah sejak tadi kamu sangat ingin membunuh adik mu?" Aksara berjalan menghampiri nadin.
"Aksara.." panggil arum khawatir.
Bersamaan dengan itu mahluk mengerikan lenyap menjadi abu.
"KLENG!" jarak aksara dengan nadin semakin dekat. "Bukannya kamu lebih hebat dari yang lain?" Cibir aksara lalu melemparkan tombak itu ke hadapan nadin.
"Raga.." nadin mengangkat kepalanya lalu menatap aksara lembut.
"Stop panggil aku raga, namaku aksara sukma."
"Nama mu aksara raga." Kukuh nadin.
"Buktikan jika aku ini aksara raga seperti yang kamu bilang."
"Aku.."
"Tidak bisa membuktikan nya kan? Jadi berh.."
"Mimpi." Satu kata dari nadin menghentikan aksara. "Mimpi-mimpi yang kamu alami adalah hidup mu terdahulu."
"Ha.." aksara menancapkan pedang nya disamping. "Maksud mu reinkarnasi kan?"
"Tidak." Nadin berdiri tegak penuh keyakinan. "Kamu tidak berreinkarnasi."
"Lalu apa? Aku sempat mempercayaimu lantaran keysa merupakan teman baik ku, namun yang kulihat kamu hendak membunuhnya." Cecar aksara penuh kemarahan. "Jadi bagaimana aku bisa mempercayaimu jika aku tidaklah hidup setelah reinkarnasi?"
"Karna.." nadin menatap aksara lembut. "Karna kamu menghapus ingatan semua orang tentang aksara raga, tubuh yang kamu miliki saat ini adalah milik raga."
"Stop kak. Lebih.."
"Kamu pikir manusia biasa mana yang sanggup mengangkat tombak dan pedang milik mahluk seperti ku? Bahkan mahluk setengah tak akan sanggup."
"Jadi maksud mu aku ini sama dengan kalian? Makanya aku bisa megang senjata kalian?" Aksara berasumsi. "Bunda ku manusia, gak mungkin aku sama seperti kali, jika pun ya aku ini siluman pasti aku sama seperti aunty ghea." Tuntut aksara.
"Kamu enggan mengakui bahwa kamu sama dengan ku?"
"Ini bukan tentang ingin atau enggan aku mengakui siapa diriku. Tapi aku lelah dengan semua ini, aku selalu hilang kesadaran yang entah bagaimana seharunya aku masih di kampus justru sudah di rumah, seakan aku menjalani semua padahal aku tak tahu apa yang terjadi." Aksara menitikan air mata. "Aku lelah dengan semua mimpi yang aku pun tak tahu itu tentang apa." Aksara menarik nafas. "Aku lelah berpura-pura tak tahu jika aunty ghea setengah siluman, aku lelah menutupi mimpi pembantaian yang menimpa janu, aku lelah melihat kilas balik hidup kak ocie, aku lelah kak nadin."
"Aksara."
"Diam kamu disana. Aku juga lelah dengan semua hal yang ada tentang mu. Hanya karna ciuman aku menjadi tunangan mu? Aku tiba-tiba jadi milikmu? aku ini manusia bukan barang. Dan kenapa kamu begitu terasa dekat? KENAPA SEMUA INI TERJADI PADA KU?"
"Sara.."
"Aku lelah dengan semua ini, kenapa kita semua seakan memiliki ikatan?"
"Tenang raga."
"Aku sudah bilang berhenti memanggil ku dengan nama yang tak ku ketahui itu."
"Aku akan menjelaskan semua padamu." Ucap nadin mencoba mendekati aksara.
Aksara mengabaikan nya, berbalik arah melangkah pergi, belum ada 5 langkah ia berjalan tiba-tiba tubuhnya limbung dan terjatuh.
"Aksara!" Pekik arum menghampiri aksara.
.
.
.
Ghea menyodorkan minuman untuk para tamu.
"Apa aksara merepotkan kalian?" Tanya bunda.
"Kami yang merepotkan anak anda." Ucap nadin santun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikatan Janji
FantasíaAksara pikir kehidupan nya akan baik-baik saja, berjalan dengan santai seperti anak seusianya. namun tak ada yang tahu masa depan atau masa lalu seperti apa.