Seseorang baru saja merangkul aksara, tentu aksara terkejut dengan orang disebelah nya itu.
Wajah orang itu tak aksara kenali.
"Aksara." Panggil ghea.
"Iya mba?" Aksara bingung suara itu mirip dengan suaranya membalas panggilan ghea.
"Adek." Kini sesorang yang lebih pendek dari aksara merangkul lengan nya. "Ibunda menunggu kita." Aksara mengikuti nya.
.
.
.
"Adek." Bunda mengajak aksara duduk disebelahnya.
"Bunda?" Aksara bingung melihat ke sekeliling nya.
"Kamu kok bingung gitu? Ini kan rumah kita."
.
.
.
Aksara melihat januari berdiri di sebelahnya dengan tegap melihat kedepan ada aditya berpakaian bak pangeran tempo dulu.
Aksara mengernyitkan kening bingung.
Januari membungkuk dan mengajak aksara untuk ikut membungkuk bersama nya.
Aditya memegang dagu aksara. "Anak yang manis, apa dia kemari mengikuti mu lagi?" Tanya aditya pada januari.
"Seperti yang paduka lihat." Januari tersenyum tipis.
"Jangan sampai ketahuan ayahanda." Aditya mengacak rambut aksara.
.
.
.
Seseorang menarik aksara kesebuah sungai, aksara mengenali sungai ini.
Seorang wanita tengah berendam di dalam sana, aksara seperti mengenali wanita itu juga.
"Kamu bilang aku bertakdir dengan seseorang dalam pandangan pertama kan? Jika benar itu berarti dia." Suara itu terdengar seperti dirinya, ia menunjuk wanita di sungai itu.
.
.
.
"IBUNDA TENANG!" Pinta seorang wanita. Wanita itu menghalangi wanita yang lebih dewasa agak tak maju.
Aksara baru menyadari jika dirinya tengah terikat dengan pedang berada di lehernya.
"Ayahanda, dia hanya anak kecil." Aditya menggenggam badan pedang hingga darah mengalir di tangan nya.
"Ini kesalahan hamba yang membawa anak ini kemari." Januari bersimpuh.
"Aku merasa terhina ada mahluk kotor menginjak istana ku." Pria yang memegang pedang itu memandang penuh amarah pada aksara juga ghea yang tengah bersembunyi di balik bunda.
.
.
.
Bunda menangis sejadi-jadi di depan jasad seseorang yang akasara tak tahu dia siapa, aksara berputar mencari keberadaan januari.
Aksara bisa melihat aditya menangis di sebelah jasad januari yang ternuhus pedang di dada nya.
Aksara terdiam sesaat lalu memandang kearah singgahsana yang aksara yakin pria itu adalah ayahanda aditya tersenyum puas menatap aksara.
"Kerajaan kalian kini milik ku." Ucap pria itu diiringi tawa membahana ke seluruh ruangan megah ini.
"Kenapa?" Suara pelan aksara di iringi dengan suara gemuruh petir di luar sana.
"KENAPA?" Suara aksara terdengar berat.
Aksara marah besar, ia siap menghancurkan siapa saja yang menghadang nya.
"TUA BANGKA!"
.
.
.
"HAAA..." Aksara bangun dengan nafas tersengal-sengal, bajunya basah dengan keringat.
"Kenapa khe?" Ucap januari yang muncul dari pintu aksara.
Aksara membuka selimutnya dengan kasar lalu berlari ke arah januari dan memeluknya.
"Aku bakal jaga khe." Ucap aksara mengeratkan pelukan nya pada januari.
Bunda yang baru saja meletakan sarapan di meja melihat aksara heran. Arum yang baru keluar kamar aksara juga heran dan sedikit tak suka.
"Gaya kali khe." Januari membalas pelukan aksara. "Mimpi buruk ya?" Bisik januari dan mengusap punggung aksara, ia bisa merasakan jika baju aksara basah.
Aksara mengangguk, bisa di bilang jantung aksara tengah berpacu sangat kencang.
Ghea yang membantu bunda memasak kini menghampiri bunda, melihat pemandangan serupa sebelum-sebelumnya.
"Adek sudah besar kak." Ghea menepuk pundak bunda.
"Ih sara bau asem meluk-meluk aku bunda." Celetuk januari.
Aksara segera melepas pelukannya lalu menendang tulang kering januari.
"Aduh kekerasan dalam rumah tangga." Keluh januari memegang kaki nya yang sakit di tendang.
Aksara menutup pintunya dengan keras. Di susul tawa januari.
"Siap-siap mood jelek nya sara." Januari sudah bersiap duduk di meja makan.
Arum menarik kursinya dan mengambil posisi januari.
Januari kaget tapi mau gimana lagi, akhirnya dia berpindah duduk di sebelah bunda.
.
.
.
Benar yang dikatakan januari jika mood aksara sedang buruk, sejak pagi saja tak ada seorang pun yang ia ajak bicara.
Arum berdiri di depan kelas belum memulai kelasnya, matanya tertuju pada aksara.
"Hari ini kelas ditiadakan." Ujar arum. "Saya akan memberikan kalian tugas yang bisa kalian kumpul minggu depan."
Semua nya bersorak riang karena kalau boleh jujur merek semua lelah dengan kelas sebelum nya.
"Kalian boleh keluar, aksara tolong bantu saya bawa tugas teman-teman kamu."
Aksara merapikan bukunya dan memasukan nya dalam tas. Ia berjalan menuju depan kelas sesuai perintah dosen nya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikatan Janji
FantasyAksara pikir kehidupan nya akan baik-baik saja, berjalan dengan santai seperti anak seusianya. namun tak ada yang tahu masa depan atau masa lalu seperti apa.