KERJA KERAS

502 18 0
                                    

Tia pov :

"Aku sayang kamu tia.

Trimakasih sudah melahirkan gio untuk saya".

Kata-kata itu masih aku ingat jelas di otakku.

Di mana mas ibran sangat mencintaiku.
Di mana malaikat kecil hadir di tengah-tengah kita.

Belaian tangan mas ibran menyapu rambutku dengan lembut.
Sesekali ia mengecup kening dan pipiku juga.

Genggaman tangan nya sangat hangat, sambil mengusap-ngusap punggung tangan ku dengan telunjuknya yang lembut.

Dan bayi mungil yang ada di pelukan ku, yang sedang tertidur pulas.
kami menatapnya penuh rasa kasih sayang.

Aku tidak bisa menghapus semua itu dari ingatanku.

Ku rasakan panas di tubuhku,seakan menjalar smpai ke ujung kaki ku.

Tangan ku mengusap air mata yang menggenang,tak kan kubiarkan ada air mata yang jatuh lagi kali ini.

Otak ku kembali memutarkan memori nya, membawaku aku masuk kedalam masalalu.

" Perempuan zaman sekarang itu,tia...

Harus mandiri!

jangan cuma bisa nagndelin suami!

Kaya ibu sekarang ini contohnya.

Setelah abah nya ibran meninggal,,
Yah masih bisa menghidupi ibran dan lita sampe sekarang.

Apa ajah ibu kerjakan untuk memenuhi kebutuhan kami bertiga.

Sedari abah masih hidup pun,
Ibu sudah ikut kursus menjahit, buka toko pakaian.

Jadi selalu ada kegiatan yang produktif."

Kata-kata itu akan selalu aku ingat sampai kapan pun.

Kata-kata ibu yang membuat mas ibran semakin berbeda menilaiku.

Aku tidak menyalahkan ibu atas perceraianku dengan mas ibran.
Aku sadar semua itu terjadi karna takdir,dan tentu saja yang di pilih mas ibran.

Perkataan itu tidak salah. Aku mengerti maksud ibu adalah agar aku bisa mandiri dan lebih produktif.

Tapi kenapa aku mendengar nya seolah ibu berkata..

" nih liat ibu,serba bisa.

Mandiri,gak kaya kamu".

Ah sudah lah!

Mungkin aku nya saja yang terlalu baper.

Baik lah...,

Kenyataan adalah kenyataan!

Zaman sekarang perempuan harus seperti itu.
baiklah!

Aku kubur semua impian ku itu tenang saja,impian ku yang selalu aku bayangkan sedari aku lulus di bangku SMA.

Aku akan menjadi seorang ibu dari anakku,merawat dan terus di sampingnya.

Semua itu tidak ada!

Keinginan itu teh ku bunuh dan ku kubur dalam-dalam.

"Hey..., Kamu!"

Teriak seseorang dengan suara yang lantang membuyarkan lamunanku.

Suaranya cukup keras, hingga membuat semua orang melihatku juga.

Seketika aku terperanjat,ku cari sumber suara.
Ternyata pak Bimasena.

Dia adalah manager sewing di tempatku bekerja.

Aku terkejut mendapati dia berada di sampingku, berjarak sekitar 5 meter di sebelah kanan ku.

Mataku terbelalak,
Tubuhku sedikit panas dingin.
Melihatnya dengan langkah sedikit cepat berjalan kearah ku.

Mutia & BimasenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang