BIMA POV :
Akhirnya pekerjaan ku selesai juga.
Hari ini cukup membuat kepalaku pening dan emosiku naik.
Beberapa karyawan terus membuat kesalahan yang mengakibatkan proses produksi cukup kacau.
Semua karyawan telah meninggalkan gedung.
Pulang ke tempat tinggal nya masing-masing.Para manager lain juga sudah bersiap-siap meninggalkan tempat ini.
Hanya aku yang masih berjalan-jalan di lorong line untuk memastikan semua mesin dalam kondisi mati.Suasana dalam pabrik di saat ini sangat sepi,tak ada seorang pun.
Namaun aku sudah terbiasa dengan ini.Sampai aku mendengar suara tangisan wanita.
Suaranya lirih terdengar seperti sedih sekali.
Aku mencari sumber suara di tengah hamparan pemndangan mesin-mesin jahit,seluas yang kulihat.Aku rasa suaranya dari arah depan line.
Aku berjalan perlahan mengikuti sumber suara sambil tetap waspada.Langkahku akhirnya membawaku di depan line-28.
Tempat di bawah meja QC aku melihat seorang karyawan wanita sedang menangis sambil berjongkok.
Tangan kanan nya memegang dompet yang memperlihatkan sebuah foto anak laki-laki berusia sekitar 7 tahun di dalam nya.
Aku mengenal wanita itu dari id-card yang menggantung di lehernya namun terbalik berada di punggung nya, Dia Mutia.
.... Pikiran ku terbawa ke beberapa jam yang lalu ......
"Pak, tolong pertimbangkan lagi!
Ini bukan kesalahan Mutia.
Yang dia katakan itu benar, adanya lubang di bagian dalam bukan tanggung jawabnya.
Setiap QC mempunyai tanggung jawabnya masing-masing."
Ucap bu fatma,kali ini nada nya sedikit tegas kepadaku.
"Lalu tanggung jawab siapa? Kamu?!" Ucapku.
"Iyah!
Biarkan saya sendiri yang mengurus masalah ini.Ini terjadi pada anak-anak saya.
saya yang bertanggung jawab atas mereka.
Bapak tidak usah ikut campur, saya manager nya.Dan bapak manager sewing. Biar kita urus tanggung jawab kita masing-masing. Bapak tidak perlu ikut campur masuk di wilayah saya!"
Ucap bu fatma,aku cukup terkejut ia berani berbicara seperti itu kepadaku.
"Kesalahan memang dari departemen kamu!
Tapi bisa berdampak buruk juga bagi dpartemen saya!"Tegasku lagi.
"Setidaknya bapak harus berfikir kehidupan orang lain!
Jika benar ini adalah S-P nya yang ke 3, dia bisa di pecat pak.
Dia seorang janda dan mempunyai seorang anak!, Semua ini pun bukan sepenuhnya kesalahan Mutia"
Ucap bu fatma lagi,masih dengan tegas.
"Saya tidak peduli status dia janda atau bukan!
Itu bukan urusan saya!"
Ucapku sambil menatap tajam mata bu Fatma.
"Setidaknya pikirakn bagai mana nasib anaknya!.
Mungkin Mutia adalah seorang ibu yang berjuang untuk anaknya."
Seketika itu juga aku teringat ibuku.
Ia berjuang untuk menghidupiku setelah laki-laki brengsek itu pergi meninggalkan kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mutia & Bimasena
RomanceMutia (Tia) adalah seorang ibu muda berusia 25 tahun yang memiliki satu orang anak. ia selalu di anggap tidak bisa apa-apa dan hanya bergantung pada suaminya. Pada suatu hari Tia harus bercerai dengan suaminya, karena suami nya berselingkuh dengan s...