SURAT PERINGATAN KE-3

372 14 0
                                    

TIA POV :

Hari ini hari libur ku.

Aku ada janji dengan pangeran kecilku untuk mengajak nya berlibur bersama.
Gio sudah rapih dan tampan saat aku sampai di rumah mantan mertuaku itu.

Mas Ibran turut keluar mengantarkan Gio padaku sembari membawakan ransel nya.
Dan wanita itu,
Maksudku,Nasya istri mas ibran. Kulihat ia ada di dalam rumah,buru-buru masuk ke kamar setelah melihatku tiba.

Jih..!
Menjengkelkan sekali!
Harus nya aku yang tidak ingin melihat nya, dia pikir dia siapa?
Menyebalkan sekali.
Dia selalu bersembunyi jika aku datang untuk bertemu gio.
Mungkin takut aku terkam,entahlah masa bodo.

Liburan kami sangat menyenangkan.
Aku dan pangeran kecil ku itu benar-benar melepas rindu setelah hampir seminggu tidak bertemu.
Banyak yang Gio ceritakan. Bagaimana ia di sekolah,keseharian nya di rumah dan tentang wanita itu.

Aku cukup senang dia memperlakukan anakku dengan baik.
Walau pastinya kasih sayangku jauh lebih besar kepada anakku, tapi itu cukup membuatku lega.

Setelah seharian kami puas bermain, aku pun mengantar Gio kembali kerumah Mas Ibran.
Aku tidak ingin kejadian tempo hari terulang,saat aku terlambat kerja karena ingin lebih lama dengn Gio.

"Yang penting Ami sama Gio ketemu terus setiap hari libur, yah sayang"

Ucapku pada pangeran kecilku sambil mencium keningnya.

Meskipun Gio tinggal bersama nenek dan ayah nya sendiri.
Aku tetap memberi sedikit uang gaji ku setiap bulan untuk keperluan Gio kepada ibu.
Tak seberapa memang,tapi aku yakin itu sangat berarti.
Bagaimana pun aku harus ikut serta dalam tumbuh kembang dan kebutuhan anakku sendiri.

.

Hari ini seperti biasa aku masuk kerja.
Pekerjaan ku kali ini cukup melelahkan, selain tuntutan target produksi yang bertambah, pekerjaan ku juga semakin menyebalkan setelah dua bulan lalu aku mendapatka SP kedua ku.

Pak Bimasena sepertinya tidak suka aku bekerja dengan tenang.
Ia selalu mengusik ketenanganku.
Beberapa kali aku di pindahkan di line dan tempat yang berbeda.
Di gudang, di finising, di in-line lagi.

Aku seperti cadangan yang tugasnya menggantikan pemeran utama jika ada QC lain yang tidak masuk.

Aku cukup kerepotan karna setiap proses pen-cekingan memiliki standart dan proses yang berbeda juga.
Ini cukup menyebalkan, tapi aku berusaha untuk sabar mungkin ini ujian ku juga.

Dan sekarang, aku di tempatkan di finishing lagi.
Menjadi QC finishing cukup berat di banding QC in-line. Karena jaket yang di chaking sudah 100% jadi.
Otomatis jaket musim dingin yang akan di ekspor itu sangat berat.
Ukuran nya bisa tiga kali lipat dari badan ku, besar dan berat bila di angkat olehku. Cukup membuatku merasa seperti sedang mengangkat barbel.

Aku sedang fokus dengan pekerjaan ku yang cukup banyak,namun aku masih bisa menghandel nya.

Tiba-tiba..

Bruk!

Pak Bimasena melemparkan sebuah jaket di mejaku saat aku sedang fokus-fokus nya.
Suaranya cukup mengagetkan karena jaket itu berat.

Dan ada Bu Fatma yang berdiri di belakang Pak Bimasena.
Di belakang Bu Fatma ada Fina, seorang QC bagian in-line.
Ia menundukn wajahnya.

"Kamu lihat,ada yang salah tidak di jaket ini!"

Bentak Pak Bimasena padaku.
Oh.., apalagi ini ya Tuhan... Rasanya ingin menjerit!
Sembari takut dan penasaran aku mengechek jaket itu.

Mutia & BimasenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang