KISAH HIDUP BIMASENA

497 24 0
                                    

BIMA POV :

Aku menyaksikan semua nya.
Semua proses yang menghancurkan hatiku.
Melihat ibu dan adik perempuan ku di mandikan,di kafani dan di sholatkan.

Aku melalui proses itu tanpa ayah di samping ku.

"Ayah.., kau di mana?!"

Gumamku kesal sembari melihat dua jasad yang di tutupi kain di hadapanku.

Air mataku mengalir deras dari sumbernya. Aku masih tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi.

Tante Ros adik dari ibu merangkul ku terus,sesekali mengusap airmataku dan menguatkan ku.

Tante Ros bercerita bagaimana semuanya terjadi.
Saat itu tante ros menerima telfon dari ibu.
Suaranya terdengar lemah meminta pertolongan.

Tante ros segera berangkat ke tempat tinggal kami, dan mendapati ibu sudah tergeletak taksadar kan diri di lantai ruang tamu, dengan genangan darah di sekitar nya.

Tante Ros yang datang bersama suaminya, Om Gunawan.
Bergegas membawa ibu kerumah sakit.

Diperjalanan menuju rumah sakit tante Ros menyadari bahwa ibu sudah tidak bernafas.
Telapak tangan dan kakinya dingin,namun terus ia genggam.

Sesampainya di Rumah Sakit.
Ibu langsung di tangani oleh beberapa dokter.
Terlihat dokter berusaha keras membuat ibu kembali bernafas.
Selang oksigen di pasangkan,alat-alat medis di keluarkan untuk menolong ibu.

Alat picu jantung dan monitor nya telah terpasang, dokter mencobanya sebisa mungkin.
Tak ada respon.
Beberapa kali di coba.
Tetap tidak ada repon.

Setelah beberapa menit berusaha keras akhirnya dokter mengatakan ibu sudah meninggal sedari perjalanan menuju rumah sakit.

Dan sekitar 30 menit kemudian adik ku lahir dengan sendirinya dari tubuh ibu yang sudah tidak bernyawa itu.

Tentunya dengan kondisi tudak bernyawa juga.
Dokter juga keherana-an dengan apa yang mereka lihat.

..........

Saat ini,aku tinggal bersama Tante Ros dan Om Gunawan.
Keluarga yang masih aku miliki.
Tante ros berusaha keras mencari tau kabar ayah.

Segala macam cara telah tante ros lakukan agar dapat menemukan ayah.
Aku dan tante ros mendatangi kantor pusat tempat ayah bekerja,untuk menanyakan status pekerjaan ayah yang telah pindah dari kapal pesiar itu.

Petugas kantor bilang ayah pindah sudah sekitar 6 bulan, dan sekarang ditempatkan di kapal Suwasta yang berlayar di indonesia tujuan medan-jakarta.

Aku cukup terkejut mendengarny.
Jika itu benar,harusnya ayah bisa mengunjungi kami lebih sering ketika berlabuh.

Tante Ros yang juga ikut kebingungan menanyakan jaminan kesehatan ibu dan aku yang sudah tidak aktif lagi statusnya.

Petugas itu mengecek beberapa data.
Hingga kami mengetahui sebuah kebenaran yang sangat menyakitkan.

Nama dari anggota keluarga ayah di ubah.
Sudah tidak ada lagi namaku dan ibu.

Melainkan nama seorang wanita bernama Farida 32 tahun.
Dan status wanita itu adalah istri sah dari ayah.

Aku dan tante Ros sedikit membentak petugas itu.
Berusaha meyakinkan bahwa itu salah.
Namun petugas itu menjelaskan lagi.
Bahwa status ayah dan ibu sudah bercerai 5 bulan lalu.
Mendengar itu dadaku semakin sesak, sakit sekali. Lebih sakit dari kematian ibu dan adik-ku.

Tante ros meminta nomer telfon ayah yang bisa di hubungi.
Berusaha agar dapat bertemu dengan ayah.
Ia sudah mendapatkan alamat tempat tinggal ayah yang baru,bersama wanita itu.
Ia pun mengajak ku untuk bertemu ayah,namun aku menolaknya.

Mutia & BimasenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang