TERLAMBAT

372 16 0
                                    

TIA POV :

Pagi ini aku bersiap-siap untuk berangkat kerja.
Bedanya,sebelum itu aku harus mengantarkan gio pulang ke rumah ibu dan mas ibran. Karna semalam gio menginap di tempatku.

Seharusnya gio aku antarkan pada hari minggu sore kemarin.

Tapi aku terlalu merindukan nya jadi aku ingin lebih lama lagi berada di samping gio.
Begitupun gio yang susah aku ajak pulang kerumah mas ibran.

Jam 04.20 pagi

Langit masih gelap, suara azan subuh berkumandang di beberapa masjid dan mushalla.

Aku menghidupkan mesin kendaraan roda dua ku.

Gio terlihat masih mengantuk tapi aku harus tetap membangun kannya,karna tidak ada waktu lagi.

Jam 07.00 aku harus sudah ada di pabrik.

Perjalan menuju rumah ibu dari kostan dan tempatku bekerja sekitar satu jam jika di tempuh dengan santai.

Jika aku memacu kendaraan ku lebih cepat,aku juga akan sampai lebih cepat, tentunya aku masih punya banyak waktu.

Setelah bersiap memasukan pakaian,mainan dan perlengkapan gio ke ransel nya. Serta perlengkapan kerjaku,Kamipun berangkat.

Kupacu kendaraan ku sedikit lebih cepat.

Meliuk-liuk menghindari kemacetan,menyalip beberapa mobil dan motor.

Gio berpegangan dengan kencang padaku di belakang.

Angin menerpa tubuh kami berdua.
Udara pagi yang cukup dingin,meski kami sudah mengenakan jaket cukup tebal.

Jam 05.30
Aku sampai di rumah mas ibran.

Prediksi-ku tepat,kami sampai beberapa menit lebih cepat.

Aku buru-buru pamit kepada ibu dan mas ibran setelah menurunkan gio dari boncenganku.

Tak lupa gio mencium punggung tanganku sebelum aku berangkat.

Aku melajukan motorku dengan kecepatan yang sama seperti tadi.

Menyalip beberapa kendaraan dan lubang jalanan.
Hingga akhirnya sesuatu yang tidak bisa aku prediksi terjadi.

Peesssttttt......

Terdengar suara cukup kencang dari ban belakang motorku.
Laju kendaraan ku menjadi pelan dan berat meski aku memacunya dengan kecepatan yang sama.

"sial!
Pasti bocor"

aku memaki dengan kesal dan menepikan motorku.

Kulihat ada besi panjang sebesar kelingking menancap di ban belakang kendaraan ku.

Kulihat ke sekeliling.

Jalanan ini sepi dari pemukiman penduduk. h
Hanya lahan kosong dan benerapa warung kopi di pinggir jalan.

Aku melihat jam tangan ku, menunjukan pukul 06.00.

Perjalanku masih jauh,dan aku tidak mungkin meninggalkan motorku begitu saja di pinggir jalan,untuk naik kendaraan umum atau ojek.

Motor ini satu-satunya barang berharga yang aku miliki.
Bahkan aku masih menyicil nya beberapa bulan,motor ini masih baru.

Aku dorong motor ku sepanjang jalan.

Berharap bisa menemukan bengkel untuk di perbaiki dan ku titipkan,nantinya aku bisa naik ojek atau kendaraan umum.

10 menit aku berjalan menuntun motorku, aku tetap belum menemukan bengkel itu.

Mutia & BimasenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang