TIA POV :
Aku sedang duduk di depan meja rias.
Seorang perias pengantin berusaha menutupi wajahku yang terlihat pucat.Mata ku sembab setelah beberapa hari menangis.
Aku juga merasa tidak memiliki banyak tenaga untuk berjalan.
Namun aku menguatkan diri ku.
Agar akad nikah yang akan di adakan ini berjalan dengan lancar.Ku dengar Pak Bimasena dan anggota keluarganya sudah berada di ruang keluarga, yang sementara waktu ini di gunakan untuk acara akad nikah kami.
Aku masih tidak percaya.
Laki-laki itu akan menjadi suami ku.Keadaan rumah Mas Hamdan dan mbak Sinta cukup ramai.
Banyak saudaraku dan saudara dari keluarga Mbak Sinta yang turut membantu mempersiapkan semua nya.Acara akad nikah kami di adakan sederhana.
Hanya keluarga besar dan kerabat terdekat saja yang hadir.Semalam aku sudah menghubungi Mas Ibran, memberi tahu nya bahwa hari ini aku akan melangsungkan akad nikah dengan Bimasena.
Ia terdengar cukup kaget.Tentu nya ia menanyakan mengapa sangat mendadak,dan acara di selenggarakan di bat6am.
Aku berdalih bahwa sebenarnya semua sudah di rencanakan jauh-jauh hari.
Akad nikah di adakan di Batam sementara resepsi di adakan bulan depan, di kediaman Pak Bimasena.
Syukurnya Mas Ibran percaya dengan perkataan ku.Namun Ia berkata tidak bisa datang.
Aku bisa memakluminya, karena memang semua nya terdengar mendadak.Gio mengamuk mendengar aku akan menikah dengan Bimasena tanpa memberi tahunya dari jauh-jauh hari.
Ia ingin hadir di acara akad nikahku.
Tapi tentu saja tidak bisa, karena Mas Ibran tidak akan hadir.Aku mengenakan makeup dan pakaian sederhana,namun tetap elegan.
Perias itu berhasil menutupi wajahku yang pucat. Menjadikan ku terlihat cantik dan lebih segar."Cepat..,!
Akad nikah nya akan segera di laksanakan"Ucap Mbak Sinta yang baru masuk ke dalam kamar ku.
Aku pun bergegas, merapihkan gaun yang ku kenakan dan rambut ku yang tergerapi dan sudah di hiasi beberapa hiasan rambut di atas nya,menjadikan nya terlihat indah.Mbak Sinta membantuku untuk berdiri,dan memapahku keluar dari kamar.
Aku berjalan perlahan sembari mencoba untuk menguatkan tubuhku yang terasa lemas ini.
Sampai akhirnya kami berada di ruang keluarga.
Kulihat ada sekitar 15 orang yang berada di ruangan itu.
Sebagianku kenal,dan sebagian lagi tidak.Bapak duduk di kursi dan di depan nya ada Pak Bimasena.
Keduanya di halangi oleh meja yang sudah di hias dengan kain putih dan beberapa bunga.Di sebelah pak Bimasea ada kursi kosong untuk ku duduk di sana.
Dan sebelah Bapak,ada A Hamdan sebagai saksi.
Serta bapak penghulu berada di ujung meja,diantara Bapak dengan Pak Bimasena.Semua mata tertuju padaku ketika aku datang.
Pak Bimasena juga terus menatapku.
Membuat jantung ku berdegup kencang.Mbak Sinta mengarahkan ku untuk duduk di sebelah Pak Bimasena.
Tepat di hadapan ku.
A Hamdan menatapku dengan tatapan yang tidak bisa aku mengerti.
Aku berusaha melemparkan senyum kecil padanya, iya membalas nya.Pak penghulu memulai acara dengan beberapa kata sambutan serta di susul dengan doa agar acara dapat berjalan dengan lancar.
Kemudian acara ijab kobul di lakukan bapak dengan pak Bimasena di dampingi oleh Pak penghulu.Alhamdulillah, acara berjalan dengan lancar.
Air mataku terjatuh ketika semua orang yang berada di ruangan ini berkata "SAH" secara bersamaan.Aku mencium tangan Pak Bimasena yang kini telah menjadi suamiku.
Ia mengusap air mataku sambil tersenyum menatapku, kemudian mencium kening ku lembut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mutia & Bimasena
RomanceMutia (Tia) adalah seorang ibu muda berusia 25 tahun yang memiliki satu orang anak. ia selalu di anggap tidak bisa apa-apa dan hanya bergantung pada suaminya. Pada suatu hari Tia harus bercerai dengan suaminya, karena suaminya berselingkuh dengan se...