(23)

335 34 13
                                    

• • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• • •

Jeremy kini duduk sendirian di halaman belakang sekolah dengan tatapan kosongnya. Kejadian kemarin, membuatnya merasa sedih. Apalagi, nanti akan diumumkan pengurus baru secara mendadak yang diumumkan langsung oleh Marvel.

Kakinya digoyangkan sambil terus mendengus pelan. Tatapannya kosong ke depan tanpa berniat menoleh kesana kemari. Helaan napas lagi - lagi terdengar dari mulut Jeremy. Entah sudah keberapa kalinya, Jeremy telah menghela napas berat hari ini.

Di kelas tadi, bukan hanya Jeremy yang terlihat murung. Bahkan Jeffrey dan Ralyne juga tidak menunjukkan semangat mereka sama sekali. Saat Shania membicarakan tentang kerja kelompok untuk Ujian Praktik Bahasa Indonesia, mereka bertiga hanya menjawab seadanya dan membuat Shania segan bertanya lagi pada mereka.

Bahu Jeremy terasa disentuh oleh seseorang, ia mendongak dan melihat siapa yang menyentuhnya.

Bian.

Tak ada niat untuk berlama - lama ia menatap lelaki itu. Bian juga langsung mengambil tempat duduk di samping Jeremy yang masih tidak ingin menatapnya.

"Kenapa? Lo masih marah sama gue?" tanya Bian pada Jeremy tanpa menoleh kearah Jeremy.

Jeremy tak niat menjawab, namun mulutnya bertolak belakang dengan niatnya. "Apaan, sih?"

Bian mendengus kecil lalu memberikan sekaleng minuman untuk Jeremy. Kaleng minuman itu hanya ditatap datar oleh Jeremy tanpa ada niat menyentuh sedikitpun.

Jeremy mendesah pelan sambil melirik sekilas pada Bian. "Kalo lo lagi pengin nyari ribut, gue males ladenin, ya."

Kekehan Bian membuat Jeremy berhasil menolehkan kepalanya dan menatap lelaki itu bingung. "Emang gue kelihatan ngajak lo ribut?"

"Tiap gue lihat lo, rasanya pengin ribut," jawab Jeremy seadanya lalu ia pun beralih menatap yang lain.

Bian menunjuk kaleng minuman di depan Jeremy dengan dagunya. "Minum dulu, lah. Udah gue beliin juga."

"Maksa amat. Lo masukin racun, ya, didalemnya? Biar lo nanti bisa rebut Melody dari gue. Inget, ya, Melody udah punya gue."

Mata Bian mengerjap karena terkejut dengan ucapan Jeremy. "Enggak ada niatan gue buat racunin lo, kali. Lagian, itu minumannya masih kesegel. Gue bukan ahli bikin segelan kaleng minuman, Jer."

Benar juga, minuman kaleng itu masuh tersegel. Akhirnya, Jeremy mengambil kaleng minuman itu dan meminumnya. Bian melirik kearah Jeremy yang meminum itu dan tersenyum tipis.

"Enak?"

Jeremy mengangguk. "Thanks. Tapi, tumben amat lo ngasih gue beginian? Ada maunya, ya?"

"Ya. Kasih Melody ke gue." Jeremy langsung mendelik menatap Bian.

Bian langsung terkekeh. "Bercanda gue. Lo yang menangin hatinya dia, Jer. Gue enggak mungkin ambil dia dari lo juga."

AMIGOS | Completed ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang