(11)

562 67 18
                                    

• • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• • •

Mereka menemukan keempatnya tak jauh dari tempat mereka berkelahi. Melody mendekati Jeremy yang hidungnya tak henti mengeluarkan cairan kental berwarna merah itu.

"Gue enggak suka kalo lo berantem, Je. Tapi, lo ngeyel banget orangnya." gerutu Melody sambil mengusap darah itu dengan tisu di tangannya.

Jeremy terkekeh kecil. "Khawatir, ya, lo, cil?"

"Lo pikir aja sendiri! Tengil amat." Melody berdecak malas dan sempat menekan hidung Jeremy, membuat sang empu mengaduh.

"Obatin yang bener, lah." rengek Jeremy sambil menahan tangan Melody.

Melody merotasi bola matanya. "Makanya enggak usah ngoceh."

"Yang daritadi ngoceh kan lo sendiri, cil." timpal Jeremy dengan raut heran yang terpasang di wajahnya.

Melody berdesis, menahan Jeremy untuk berbicara lagi. "Mending lo diem daripada gue berhenti ngobatin lo, nih."

"Eh, jangan. Yaudah, nih, diem." Jeremy benar - benar diam saat Melody mulai mengobatinya.

Dalam hatinya kini, Melody merasa kagum karena Jeremy masih bisa bercanda saat - saat seperti ini. Padahal, ia juga sering mengalami mimisan yang tidak kunjung berhenti. Tapi baginya, Jeremy adalah lelaki yang kuat dan bisa menanganinya.

"Ngobatinnya enggak usah sambil senyum - senyum, kali, cil." celetuk Jeremy, membuat Melody tersadar dan berdecih malas.

"Ya, ya, ya. Cerewet banget, sih." Jeremy tertawa pelan, menunjukkan senyum lebarnya tanpa ada raut wajah yang kesakitan.

Jeffrey dan Kalista memutuskan untuk pulang. Kalista ingin mengobati Jeffrey di rumahnya. Mau tidak mau, Jeffrey pun akhirnya menuruti kemauan gadis itu.

"Gue balik duluan, ya, sob." pamit Jeffrey dan melakukan fist bump satu sama lain.

"Jeff." panggil Reyyan, membuat Jeffrey menoleh kearahnya dengan tatapan bingung.

Reyyan mendekati Jeffrey dan menepuk bahu lelaki itu. "Makasih tadi udah nolongin kita. Aku enggak bakalan tau, gimana nanti jadine kalo kamu sama Jeremy enggak datengin kita, Jeff."

Jeffrey tersenyum. "Udah kewajiban gue sebagai teman lo juga, Rey."

Jibran ikut mendekat pada Jeffrey dan melakukan hand hug handshake berdua. "Makasih banyak, ya. Cepetan diobatin, tuh, luka lo."

Jeffrey tertawa pelan. "Yoi. Gue duluan, ya."

Tangan Jeffrey pun menggenggam erat tangan Kalista dan berpamitan pada yang lainnya. Tak lupa, mereka juga merespon Jeffrey dengan ucapan, "Hati - hati di jalan, Jeff."

Beralih ke Reyyan yang kini kembali duduk bersama Ralyne. Kepalanya sangat pusing karena tadi sempat mendapat benturan dari kepala salah satu pemuda disana. Reyyan berkali - kali memejam - mejamkan matanya untuk mengontrol rasa pusingnya.

AMIGOS | Completed ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang