(32)

318 37 2
                                    

• • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• • •

Marvel berlari agar cepat tiba di ruangan club untuk memberikan informasi penting pada tim Amigos lainnya. Pintu ruangan ia buka dengan cepat dan membuat atensi lainnya menoleh padanya.

Dari belakang, bahunya disentuh dan membuatnya sedikit tersentak. Ternyata, itu adalah Gebby yang juga ikut menyusulnya dari belakang.

"Kamu kenapa cepet banget, sih, jalannya?" Gebby bertanya pelan namun nadanya terdengar kesal.

Marvel hampir melupakan kekasihnya yang satu kelas dengannya itu. Ia ingin menyampaikan hal penting yang harus ia sampaikan langsung pada anggota tim lainnya.

"Maaf. Aku soalnya buru - buru, Ge." Kepala Gebby mengangguk lalu mengajak Marvel untuk segera masuk.

Marvel mengangguk mengiyakan dan akhirnya mereka pun masuk ke dalam ruangan club. Marvel mengabsen satu per satu tim Amigos dan keningnya berkerut.

"Chisko mana?" Tanya Marvel. Ia menyadari kalau lelaki itu tidak ada diantara mereka.

Jibran dan Reyyan saling pandang. Mengingat kejadian kemarin, kemungkinan besar lelaki itu akan menghindari ruangan club ini untuk sementara. Hendak saja mereka menjawab, pintu ruangan pun terbuka dan menampakkan Chisko yang baru datang itu.

"Maaf, gue telat." Ucap lelaki itu singkat dengan nada datarnya. Chisko langsung bergabung dengan yang lainnya dan duduk di sebelah Reyyan.

Kepala Marvel mengangguk pelan. "Ya, gapapa, Chis. Makasih udah mau nyempetin dateng." Chisko tersenyum tipis sambil mengangkat alisnya.

"Sebelumnya, gue minta maaf kalo ngabarin kalian hari ini dadakan banget." Marvel mengeluarkan sebuah map pemberian Bian kemarin.

Seluruh anggota menatap map itu penuh tanya. Apa maksud dari Marvel mengeluarkan map itu? Dan apa isinya?

"Hari yang sama pas kita lomba, Micayla minta tanda tangan ke Bian sama bu Ratih, buat tanda tangan surat keterangan ini." Marvel membuka map itu dan mereka langsung melihat apa isinya.

Gebby mengangkat kertas itu dan para anggota lainnya juga ikut mendekat melihat isi dari kertas itu. Bersamaan dengan ekspresi mereka yang terkejut, Marvel mengangguk mantap. "Kita diijinkan tampil buat ulang tahun sekolah. Bu Ratih udah tanda tangan, beliau enggak akan bisa ngelarang kita."

"Ini bukan paksaan, kan?" Marvel mengedikkan bahunya menjawab pertanyaan Jeffrey.

"Bian bilang, dia yang minta bu Ratih buat tanda tangani surat keterangan itu." Ucap Marvel.

AMIGOS | Completed ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang