Bagian 13

787 59 4
                                    

Lagi agak bersemangat menulis
Mohon dukungan melalui like dan komentarnya 😊

"Kapan mau diputusin?" tanyanya dengan manja. Sembari berpelukan, sang perempuan kembali berujar. "Kamu janji kan Ay mau putusin Dila dan jadiin aku satu-satunya?"

Tangannya yang berada di bahu mengusap-usap pelan lengan atas sang perempuan. Tersenyum singkat sebelum akhirnya menjawab. "Sabar ya, kamu kan tau aku sama Dila udah lama menjalin hubungan."

Jujur Rayhan ragu dengan perasaannya sendiri. Dia tidak tahu siapa yang paling dia cintai — Dila yang berstatus sebagai pacarnya dalam beberapa tahun terakhir ini, atau justru Erica, mantan pacarnya yang berhubungan kembali dengannya setahun terakhir.

Bibirnya mencebik kesal. Tidak puas dengan jawaban dari pacarnya yang selalu saja menunda-nunda untuk memutuskan pacarnya yang lain. "Kamu udah janji ya Ay mau putusin dia. Kenapa sekarang jadi begini?"

Rayhan menghela napas. Dia tau dalam hal ini dia bersalah. Tapi mau bagaimana lagi, dia tidak bisa menolak pesona Erica dan dia juga tidak rela untuk melepas Dila. "Kasih aku waktu ya, aku gak mungkin putusin dia tiba-tiba."

"Apalagi tanpa alasan," tambahnya melanjutkan. Padahal dia tidak ada niatan demikian, hanya sekedar menenangkan pacar keduanya yang sedari tadi ribut memintanya putus dengan Dila.

Merasa kesal, Erica akhirnya mengangguk. Meski Rayhan lebih banyak menghabiskan waktu dengannya, tetap saja dia tidak bisa mengklaimnya menjadi miliknya seutuhnya. Kenyataan bahwa dia harus berbagi pasangan dengan Dila membuatnya muak, tetapi dia hanya bisa menerima karena itu adalah pilihan yang sedari awal dia ambil. Menjadi wanita kedua Rayhan setelah kembali dari luar negeri.

"Malam ini nginep sini kan?" tidak putus aja, Erica mencoba peruntungan. Sebisa dan selama mungkin dia akan menahan Rayhan, hingga dia mulai terbiasa dengan dirinya. Lalu pelan-pelan melupakan Dila dan memutuskannya. "Kemarin udah janji kan mau nemenin aku di sini?" masih dengan suara manjanya, Erica merayu. Tak ingin ditinggalkan oleh Rayhan, apalagi untuk bertemu dengan Dila.

Rayhan mengangguk. Meski dia sudah janji untuk menjemput Dila di kantornya, dia berencana untuk membatalkannya dengan alasan pekerjaan. Toh sepertinya dia sedang membutuhkan pelepasan, dan tentu saja itu tidak bisa diberikan pacar pertamanya yang masih cukup konservatif di dalam pemikiran-pemikirannya.

Rayhan menarik pelan bahu Erica hingga menghadapnya. Lalu pelan-pelan memajukan wajah, dan menempelkan bibir keduanya. Ciuman mereka lembut, namun lambat laun menjadi menuntut hingga kejadian yang diinginkan Rayhan pun akhirnya terjadi.


***


"Mau mampir makan nggak, Mbak?" Dila yang sedang sibuk dengan kuenya menoleh. Melihat Juna yang juga sedang menatapnya, seolah menunggu respon dari perkataan yang dia lontarkan.

"Kenapa belepotan gini," belum juga menjawab, jantung Dila rasanya hampir meledak. Dengan entengnya Juna mengelap sisa kue di sekitar bibirnya dengan tangan. Membuat Dila ngeblank hingga tak kepikiran apapun. "Pelan-pelan, Mbak. Gak ada yang minta kok."

Dia berdehem. Mengembalikan kewarasan yang sempat menghilang, sebelum akhirnya mengambil napas pelan dan berujar. "Lo belum makan?"

Juna menggeleng. "Udah."

"Lo yang belum," lanjutnya menambahkan.

"Gue makan di rumah aja deh, Jun." Bukannya tidak lapar, Dila hanya tidak sanggup untuk terus berdekatan dengan Juna. Di dalam mobil seperti ini saja jantungnya jumpalitan, apalagi jika nanti mereka mampir makan bersama. Dia tidak yakin bahwa jantungnya akan baik-baik saja. Maafin gue Mas, gue beneran gak ada niatan selingkuh!

"Serius Mbak?" Juna menunjuk keadaan lalu lintas yang ada di sekitar mereka. Waktu yang belum terlalu malam dan hujan yang turun membuat jalanan sangat macet. Meski jarak kantor dan tempat tinggal Dila tidak terlalu jauh, tetap saja waktu yang ditempuh menjadi lebih lama dari biasanya. "Lo nggak papa emang?"

Dila akui dia memang sedikit lapar. Namun kue pemberian Juna cukup mengganjal, sehingga dia yakin bahwa dia akan baik-baik saja meski harus menunggu sampai rumah untuk makan malam.

"Gapapa kok. Lanjut aja, Jun." Dan tanpa menyanggah lagi, Juna kembali fokus dengan kemudi dan membiarkan Dila menghabiskan kue yang tadi sempat dibelikannya.

My Sweet BerondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang