Tidak semua orang memiliki rumah yang nyaman untuk pulang, bahkan bagi beberapa orang justru hanya ada rumah yang membuat hancur dan membuatnya sesak
***
Kalau belum dijemput, jangan pulang sendiri ya sayang, satu kalimat yang biasanya selalu membuat Dila senang hingga seolah ribuan kupu-kupu beterbangan di dalam perutnya. DULU. Satu kalimat yang sering dilontarkan Rayhan, baik melalui pesan singkat atau sambungan telepon ketika sudah malam dan Dila belum pulang dari kantor.
Meski setiap kali mengingatnya rasanya sangat sakit, Dila tetap merasa bersyukur. Setidaknya Tuhan menunjukkan sekarang, sehingga dia belum jatuh terlalu dalam. Sakitnya masih hanya untuk dia, sebab untungnya hubungan keduanya masih belum benar-benar melibatkan kedua keluarga.
Dila menatap lurus laki-laki yang ada di hadapannya. Lagi-lagi, meski ingin menangis dia sekuat tenaga mencoba menahan diri. Dia tak boleh terlihat lemah dan menyedihkan, apalagi di depan laki-laki brengsek yang sudah mengkhianatinya ini. "Sejak kapan?" tanyanya terdengar dingin. Bahkan tak ada kesan ramah yang terdengar, meski perkataan yang dilontarkan masih bernada rendah.
"Hampir setahun,"
Tidak bohong jika rasanya Dila ingin menggila dan menjambak laki-laki yang duduk di depannya. Bagaimana mungkin dia menjawab dengan begitu entengnya, padahal apa yang dilakukannya adalah sebuah kejahatan besar.
Mencoba menetralkan emosi, atau lebih tepatnya menahan untuk tidak menunjukkan emosinya, Dila mengangguk. Sepenuhnya Dila sadar bahwa dia adalah seorang perempuan dewasa, yang tak seharusnya bersikap gegabah dan menyesal di kemudian hari. Dia tak boleh marah-marah di kafe yang ramai ini, karena hanya akan berakhir dengan keributan dan harga dirinya yang ternodai karena viral untuk hal yang kurang baik di sosial media. "Sejak kapan?"
"Yang ..."
"Jawab, Mas!" Dia tak habis pikir dengan kelakuan Rayhan. Berani-beraninya setelah melakukan perselingkuhan dan ketahuan, dia masih berani memanggilnya sayang. "Jawab atau gue bakal langsung pergi." Sejujurnya dia sangat malas untuk bertemu kembali dengan laki-laki ini. Namun karena hubungan mereka diawali dengan baik, maka dia juga harus mengakhirinya dengan baik. Walaupun alasan keduanya berakhir tak bisa dikatakan suatu hal yang baik.
"Sejak aku sibuk di kantor dan kita jarang ketemu. Aku jadi lebih banyak ngabisin waktu sama Erica sampai rasanya nyaman sama dia."
Oo, namanya Erica. Batin Dila
"Dia tau kalau kamu punya pacar?" Rayhan mengangguk.
Walah, emang niat jadi pelakor.
"Kamu cinta sama dia?"
"Aku cinta sama kamu, Yang,"
"Tapi cinta sama Erica juga?" respon Dila.
Kali ini Rayhan terdiam. Membuat Dila hanya bisa tertawa miris karena laki-laki yang kerap di banggakan itu ternyata mencintai dua orang sekaligus. "Aku ga bisa nglepasin kalian berdua, Yang,"
"Dil. Panggil gue Dila," rasanya sangat menyakitkan ketika mendengarnya masih memanggil sayang. Otak Dila langsung memikirkan bahwa Erica-Erica itu juga pasti dipanggilnya dengan sayang.
"Aku udah pernah coba buat jahuin Erica, Dil."
"Tapi gak bisa?" Dila sudah tidak tahan dengan penjelasan Rayhan yang bertele-tele. Tinggal bilang saja dia cinta mati sama selingkuhannya. Maka Dila akan langsung pergi dari tanpa harus membuang-buang waktu.
"Bukan gak bisa, cuma sedikit sulit."
"Aku minta maaf, Dil. Aku janji bakal ninggalin dia dan setia sama kamu."
Gak sudi!
Kali ini Dila hanya bisa tersenyum. Tidak menyangka bahwa dia akan menemukan laki-laki semacam ini di dunia nyata, padahal selama ini dia mengira laki-laki modelan tidak tahu diri ini hanya ada di drama.
Beruntungkan Dila masih waras. Masih bisa berpikir logis hingga tak kelihatan simpati meski laki-laki di depannya terlihat frustasi. "Sori, Mas. Gue bukan cewek goblok yang masih mau balik meski udah diselingkuhi."
"Gue tau ini mungkin cuma sekedar anggapan gue aja. Tapi gue percaya kalau selingkuh itu penyakit. Jadi gue gak mau gambling dengan mempertaruhkan perasaan gue sendiri," lanjutnya menambahkan.
Dila mengambil napas panjang dan menghembuskannya secara perlahan. "Mas Rayhan ... Let's break up!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Berondong
Random"Tadinya gue penasaran banget kenapa cowok-cowok suka ngeliatin cewek yang lagi ngucir rambut." Dila menengok ke arah samping, dan menemukan Juna yang kini sedang berdiri bersandar di samping kulkas dan menatap ke arahnya. Tak menanggapi dengan perk...