Juna bangun pagi dengan perasaan yang sangat bahagia. Dia tidak pernah menyangka akan ada hari yang sangat baik yang terjadi dalam hidupnya. Seolah semua perjuangannya selama ini dibayar kontan oleh Tuhan, karena akhirnya dia bisa mendapatkan Dila. Ya, meski dia belum tau apakah perempuan itu benar-benar menyukainya atau tidak. Apakah menerima permintaannya karena memiliki perasaan yang sama atau karena hanya rasa kasihan semata.
Juna memandang pantulan wajahnya di cermin sembari bersenandung ria. Pagi-pagi yang biasanya dia habiskan untuk rebahan selama mungkin di kasur tidurnya, kini bahkan dia gunakan untuk mandi pagi. Dia sangat bersemangat menyongsong hari ini, meski ini adalah awal minggu. Senin yang menyebalkan bagi cukup banyak orang.
"Selamat pagi, pacar." Tulisnya pada kolom chatnya dengan Dila. Bahkan sebelum mengirim pesan, dia sudah mengganti nama kontak Dila di ponselnya. Dari Dila menjadi Love dengan emoticon yang sama di belakangnya.
Tak perlu menunggu lama, pesan balasan dari Dila muncul. Membuatnya terkekeh sebab perempuan itu masih saja jutek seperti sebelumnya. "Pagi."
"Pacar-pacar. Geli banget gue bacanya"
Juna yang sudah selesai memakai seragam sekolahnya memilih untuk merebahkan diri. Tidak peduli jika nanti seragamnya kusut. "Haha, sekarang harus dibiasakan, Mbak."
"Dila," Dila meralat panggilan Juna padanya. Semalam ketika dia mengatakan akan memberikan kesempatan pada Juna, dia meminta anak itu untuk mengubah panggilan. Dia tidak mau lagi dipanggil 'mbak' untuk menghindari perasaan yang jelas akan adanya kesenjangan umur di antara mereka. Selain itu, dia juga sedang berusaha untuk menerima keberadaan Juna sebagai laki-laki, jadi sepertinya panggilan itu tak lagi cocok untuk digunakan.
"Iya, Dila. Sori lupa." Tulis Juna. Meski merasa sedikit geli dengan interaksi mereka yang tidak seperti biasanya, Juna tetap merasa sangat bahagia. Meski ketara sekali bahwa keduanya masih canggung satu sama lain, Juna mencoba untuk lebih talk active agar komunikasi mereka menjadi lebih nyaman. Senyaman ketika mereka berdua belum berkomitmen untuk membawa hubungan menjadi lebih intim dari sebelumnya.
"Jangan lupa aku-kamunya. Sesuai kesepakatan semalam." Lanjut Juna. Selain panggilan, mereka juga menyetujui perubahan kata ganti untuk orang pertama. Dari 'gue-lo' menjadi 'aku-kamu."
"Hm,"
"Tapi jangan sampai keceplosan kalau di depan Gavin."
Bukannya membicarakan hal yang manis atau saling melempar flirting, isi pesan keduanya malah saling mengingatkan ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan. Termasuk permintaan Dila untuk backstreet sementara dari adiknya.
"Iya sayang, iya. Siap."
"Kamu lagi ngapain?" setelah menekan enter, Juna mengirim foto selfi dirinya. Biasanya orang yang berpacaran akan mengirim pap kepada pasangannya, jadi dia ingin ikut-ikutan melakukannya. Padahal sebelum ini, dia tidak pernah melakukannya meski pacarnya memohon-mohon.
Pesannya langsung bertanda centang dua, tetapi tak kunjung ada balasan yang diterima.
"Gue gak termasuk pedofil kan ya?" Dila me-reply bubble chat Juna. "Gara-gara liat lo pake seragam, gue jadi sadar kalau macarin bocah yang masih sekolah."
Juna mencebik. Lagi-lagi Dila membahas mengenai status dan perbedaan umur mereka. Padahal dia yakin, perbedaan hal tersebut tidak akan mengganggu hubungan mereka ke depan.
"Aku-kamu, sayang. Gak gue-lo." Pertama Juna kembali mengingatkan. Dia tau kebiasaan akan sulit diubah, makanya dia akan membantu mengubah kebiasaan itu. Mengingatkan Dila untuk membiasakan menggunakan aku-kamu ketika berinteraksi.
"Bocah sekolah ini udah mau lulus. Jadi bentar lagi udah dewasa." Tinggal beberapa minggu lagi ujian sekolah akan dilakukan. Jadi Juna sudah menganggap dirinya dewasa. Apalagi dia juga mengambil beberapa pekerjaan pulang sekolah, jadi cukup yakin bahwa dia sudah mampu membelikan semua keinginan Dila ketika nanti mereka berkencan. Dia tidak akan merepotkan, tentu saja. Dia juga akan berusaha menjadi lebih dewasa agar Dila tetap merasa diayomi meski pasangannya lebih muda.
Ayo semangat, Jun!
Ini baru hari pertama lo.
Saatnya berjuang sungguhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Berondong
Random"Tadinya gue penasaran banget kenapa cowok-cowok suka ngeliatin cewek yang lagi ngucir rambut." Dila menengok ke arah samping, dan menemukan Juna yang kini sedang berdiri bersandar di samping kulkas dan menatap ke arahnya. Tak menanggapi dengan perk...