"Lo pulang aja. Ntar Mbak Dila biar gue yang anterin balik." Juna mengirim pesan pada Gavin. Menyuruhnya untuk pulang sendiri karena dia yang akan mengantarkan kakaknya.
"Dia baik-baik aja kan?" Juna menoleh ke arah samping. Setelah membayar jajanannya, mereka berdua kembali ke tempat semula. Duduk di depan minimarket sembari menikmati es krim.
"Aman."
"Lagi makan es krim di sebelah gue." Lanjut Juna menambahkan. Tersenyum singkat karena perempuan di sebelahnya sudah kembali terlihat ceria.
"Kalau lo mau pulang, duluan aja gak papa. Gue masih mau ngabisin es krim."
"Gue tungguin lo, Mbak."
Dila menoleh ke arah Juna. Masih dengan menjilati es krim yang ada di tangannya, dia berujar. "Gue udah gapapa kok. Lo tenang aja."
"Gue bisa naik gocar buat balik ke rumah."
Juna menggeleng. "Gue udah bilang Gavin kalau bakal nganterin lo."
"Lagian gue juga masih pengen nongkrong di sini. Liatin orang."
Dila hanya mengangguk. Tak menanggapi lagi ucapan Juna dan meneruskan kegiatannya mengabiskan es krim rasa coklat yang ada di tangannya.
***
"Makasih ya," ujar Dila setelah turun dari mobil. Juna yang juga ikut turun pun mengangguk mengiyakan.
"Nih," sebelum masuk, Dila mengulurkan sebuah kantong belanja kepada Juna. Membuat yang diberi merasa heran. "Buat lo!"
Juna mengernyitkan dahi. "Kenapa?"
"Itu gue sengaja beli buat lo. Isinya permen sama snack kesukaan lo." Saat di kasir, Dila memang memisahkan belanjaannya menjadi dua. Juna sendiri tidak sadar, hanya mengira bahwa memang satu kantong tidak cukup untuk menampung barang-barang yang diambil Dila. Padahal sengaja Dila pisahkan karena akan diberikan pada Juna.
"Buat gue?" tunjuk Juna pada dirinya sendiri.
Dila mengangguk. "Gue emang gak punya hak buat ngelarang lo ngerokok. Tapi sebagai orang yang peduli sama lo, gue berharap lo bisa mulai kurangi kebiasaan lo itu."
"Kalau perasaan ngerokok tiba-tiba dateng, lo bisa alihin dengan makan permen atau snack." Tak kunjung diambil, Dila mengambil tangan Juna dan membuatnya menggenggam kantong belanja tersebut. "Jangan ditolak. Anggap aja upah lo nganter gue balik."
Juna tersenyum, lalu mengangguk. "Makasih, Mbak."
"Sama-sama."
"Ya udah gue masuk dulu." Pamit Dila.
"Sana balik,"
"Bentar, nunggu lo masuk."
"Gue udah di depan rumah."
"Iya. Tapi gue pengen mastiin lo masuk rumah dengan selamat." Jawab Juna tak mau kalah.
Dila mendengkus. Namun akhirnya memilih untuk mengikuti apa kata Juna. Masuk ke dalam rumahnya agar bocah itu bisa segera pulang.
***
"Gue kayaknya mau berhenti nyebat deh," setelah masuk ke dalam mobil, Juna mengirimkan pesan tersebut ke grup.
"Kenapa? tiba-tiba amat." Jawab Bagas. "Bukannya yang kena tegur si Gavin, kenapa malah lo yang mau berhenti?"
"Lah iya bjir. Ngapa malah lo yang berhenti?" Vino ikut menimpali. Sementara Gavin belum muncul, entah sudah tidur atau sedang galau memikirkan nasibnya.
Juna melirik ke arah kantong belanja yang diletakan di kursi penumpang. "Gue juga kena tegur calon pacar. Jadi demi kebaikan bersama, gue juga mau berhenti."
"Jangan halu bos."
"Bukannya kemarin baru putus lagi?" tulis Bagas.
"Lo lagi jomblo kan?"
"Jangan bilang yang lo maksud Mbak Dila?" kalo ini Vino menebak dengan tetap.
"Anjir!"
"Lo beneran demen sama kakaknya Gavin?"
Juna memilih untuk tidak menjawab. Dia justru keluar dari ruang obrolan dan mematikan ponselnya. Lalu menyalakan mesin mobil dan berlalu pergi dari halaman rumah Dila.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Berondong
Разное"Tadinya gue penasaran banget kenapa cowok-cowok suka ngeliatin cewek yang lagi ngucir rambut." Dila menengok ke arah samping, dan menemukan Juna yang kini sedang berdiri bersandar di samping kulkas dan menatap ke arahnya. Tak menanggapi dengan perk...