Setiap manusia pasti akan membayar semua kesalahan yang telah diperbuat. It's just a matter of time. Seperti saat makan di gerai fast food dan harus membayar lebih dulu, atau pun makan di warteg yang makan lebih dulu. Different but the end is the same, you've to pay the bill.
Seperti sebuah peribahasa yang sering didengar, apa yang kita tuai itu juga yang kita petik. Apa yang kita tabur itu juga yang kita panen, apapun jenisnya. Maka dari itu, Dila — sebisa mungkin tidak akan mengutuk apa yang telah dilakukan Rayhan padanya. Dia percaya bahwa hukum karma selalu ada, jadi dia tak perlu repot-repot berusaha hanya untuk membuat Rayhan merasakan sakit seperti apa yang dia rasakan beberapa saat lalu hingga sekarang.
Namun di sisi lain, hal ini tidak berarti bahwa Dila tidak melakukan apa pun. Semua sosial media Rayhan dia blok, bahkan semua yang mungkin membuatnya bisa berkomunikasi, semuanya dia putuskan. Dia ingin menjalani kehidupan baru, dan mencoba melupakan kenangan-kenangan indah mereka yang sudah berlalu sejak bertahun-tahun lalu.
Menyesal mengenal dan menjalin hubungan dengan Rayhan? Tidak.
Meski berakhir dengan pengkhianatan, Dila tak mau egois. Dia tak mau menutup mata bahwa sedikit banyak, Rayhan juga telah memberikan kebahagiaan di dalam hidupnya. Biarlah semua menjadi kenangan, sampai pada akhirnya Dila bisa mentertawakan kisah mereka tanpa rasa sesak dan penyesalan.
"Mbak," Dila yang sedang melamun tersadarkan oleh panggilan Gavin. Adiknya itu tiba-tiba muncul dan memanggilnya yang sedang melamun di depan televisi yang menyala.
"Kenapa, Gav?" Gavin terlihat ragu. Seperti ingin mengatakan sesuatu, tetapi tak yakin untuk mengatakannya.
"Kenapa?" untuk kedua kalinya, Dila melontarkan pertanyaan yang sama. Gavin tak mungkin memanggilnya hanya karena iseng. Pasti ada sesuatu yang akan ditanyakan.
Gavin menggaruk kepalanya pelan, "Itu di depan ada Mas Rayhan."
"Katanya mau ketemu lo," lanjutnya menambahkan.
Dila tak langsung merespon perkataan Gavin. Pasalnya dia kira hubungan mereka sudah benar-benar berakhir sejak dia memutuskannya. Namun kenapa dia malah datang? padahal dia ingin perpisahan yang baik-baik dan tanpa drama.
"Atau gue usir aja, Mbak?" keterdiaman Dila sepertinya membuat Gavin salah paham. Dia mengira bahwa kakaknya sedang merasa sedih karena mantan pacarnya tiba-tiba datang.
"Gak usah. Bilang aja suruh tunggu, bentar lagi gue keluar." Sebagai orang yang sudah bertahun-tahun bersama, Dila tau betul bagaimana sosok Rayhan itu. Dia pasti akan tetap berdiri di depan pintu sampai Dila menemuinya. Jadi daripada membuat keributan, Dila memilih untuk menemuinya sebentar. Sembari memastikan bahwa hubungan mereka benar-benar sudah selesai.
***
"Gue kira semuanya udah selesai kemarin, Mas." Dila mengawali pembicaraan. Membuat sang lawan bicara membelakakan mata sebentar karena sudah tak ada lagi kata 'aku' di antara mereka berdua.
"Aku minta maaf, Dil. Aku tau aku salah," jawabnya terlihat sungguh-sungguh. Namun tetap saja, Dila bukan perempuan kemarin sore yang mudah luluh. Apa pun kesalahannya, asal itu bukan perselingkuhan, Dila mungkin akan mempertimbangkan untuk memaafkan. Namun untuk kesalahan fatal yang satu ini, maka tak kan ada kesempatan yang dia berikan.
"Bagus dong, Mas. Berarti lo masih manusia kalo ngerasa salah," Dila kadang-kadang tak habis pikir dengan takdir. Rasanya baru kemarin berdekatan dengan Rayhan adalah hal yang menyenangkan, tetapi sekarang dia malah merasa tidak nyaman dan ingin segera pulang.
"Aku beneran menyesal, Dil. Apa kita gak bisa mulai dari awal lagi?" rasanya Dila ingin mengorek kupingnya. Memastikan apakah ada yang salah dengannya atau tidak, karena mendengar permintaan laki-laki di depannya yang terdengar sangat tak tak tahu malu.
"Gak ada."
"Udah ya, Mas. Gue rasa udah gak ada lagi yang perlu diobrolin di antara kita."
Dila mengambil napas dan menghembuskannya perlahan, "Buat sekarang gue belum bisa maafin lo. Tapi bakal pelan-pelan gue coba. Cuma buat ngasih kesempatan, sori gue gabisa." Sebagai perempuan, mengatakan hal seperti itu tidaklah mudah. Apalagi perasaannya belum sepenuhnya hilang. Namun untungnya logikanya masih jalan, dan lebih dominan dibandingkan perasaannya.
Dia bertekad tidak akan jatuh di tempat yang sama sebanyak dua kali. Jadi dia tak pernah dan tak akan pernah kembali pada pasangan yang pernah mengkhianatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Berondong
Random"Tadinya gue penasaran banget kenapa cowok-cowok suka ngeliatin cewek yang lagi ngucir rambut." Dila menengok ke arah samping, dan menemukan Juna yang kini sedang berdiri bersandar di samping kulkas dan menatap ke arahnya. Tak menanggapi dengan perk...