Bagian 18

781 55 7
                                    

Janji berusaha rajin up kalo banyak yang ninggalin jejak.

Kalian prefer Dila putus apa kasih kesempatan kedua buat Rayhan?
Yuk komen²

***

Ungkapan cinta habis di orang lama sepertinya memang ada. Setiap orang akan mengalami patah hati dalam hidupnya — yang beberapa di antaranya sangat hebat hingga sulit dilupakan. Begitu juga dengan seorang Fadila.

Dila pikir, setelah bangun pagi kesedihannya akan sedikit berkurang. Namun siapa sangka, rasanya justru lebih menyesakkan dari saat dia menemukan sendiri pacarnya sedang menghabiskan waktu bersama dengan perempuan lain.

Dengan langkah gontainya, Dila turun dari ranjang dan menuju kamar mandi. Meski kepalanya sakit karena hampir menangis semalaman, dia harus tetap menunaikan kewajibannya sebagai makhluk Tuhan yang maha kuasa. Malah harusnya jadi semakin khusuk, karena dia bisa dengan bebas membagikan keluh kesah yang sedang melanda.

Tok. Tok.

Suara pintu kamar yang diketuk terdengar dari dalam. Dila yang baru saja merebahkan tubuhnya — kembali, hanya mengatakan agar orang yang ada dibalik pintu masuk. Kamarnya sudah tidak dikunci sehingga orang yang mengetuk dapat langsung masuk.

"Mbak?" kepala Gavin menyembul dari luar. "Gue boleh masuk?"

Dila menyingkap selimut dan mendudukkan dirinya. "Kenapa? lo perlu sesuatu?" meski terdengar tidak bersemangat, suara Dila masih dapat terdengar.

Dengan hati-hati, Gavin menutup pintu. Lalu berjalan ke arah di mana kakaknya terlihat menyedihkan itu. "Lo nggak papa, Mbak?"

Bukannya mengangguk, Dila malah tertawa miris. "Juna udah cerita ke lo ya?"

Gavin mengangguk.

"Ya gitu, gue sedih aja. Ntar juga kalo udah capek, balik lagi kaya biasanya." Meski dia sangat sedih, Dila mencoba untuk tegar. Tidak ingin terlihat menyedihkan di depan adiknya yang dianggapnya masih kecil.

"Gapapa Mbak, nanti gue bantu pukul Mas Rayhan kalo lo mau balas dendam." Tanpa babibu seperti dugaannya, Gavin justru menawarkan sebuah hal yang tidak terduga.bDila menduga bahwa Gavin akan memeluk dan menenangkannya, tetapi adik semata wayangnya itu malah menawarkan akan memukuli pacarnya yang baru kegep selingkuh. Memang agak lain ini bocah!

Mau tidak mau Dila tertawa. Meski tidak ada pelukan seperti yang dibayangkan, satu kalimat yang keluar dari mulut Gavin sudah lebih dari cukup untuk menangkannya. Dia tidak tau apa yang akan terjadi ke depan, tapi dia tahu betul bahwa akan ada satu orang yang selalu di pihaknya, bagaimana pun keadaannya nanti. "Nanti gue kabarin kalo udah gak sanggup lagi, ya."

Lagi-lagi Gavin hanya mengangguk. Dengan wajah lempengnya, dia langsung mengubah topik pembicaraan di antara keduanya "Yuk keluar! Jangan di dalem kamar terus, udah pagi."

"Ayo bikin sarapan bareng," lanjutnya menambahkan. Lagi-lagi, sebuah tawaran yang tak dibayangkan Dila.

Mendengar tawarannya, tentu Dila hanya mengernyitkan dahi. Bukannya dia tidak bisa masak? kenapa menawarkan untuk membuat sarapan bersama?

"Gue lagi pengen nasi goreng buat sarapan, Mbak. Ayo bikin bareng! Gue bantuin."

"Jarang-jarang kan gue mau bantuin di dapur?"

Diam-diam Dila tersenyum. Dengan caranya sendiri, Gavin selalu tau caranya menghibur. Bukannya membahas hal-hal yang menjadi penyebab kesedihannya, dia justru menawarkan kegiatan untuk menyibukkannya. Dia tahu betul bahwa jika seorang Dila sedang sibuk dengan aktivitasnya, maka dia tidak akan memikirkan hal-hal yang sedang mengganggu pikiran. Ya, adiknya memang cuek. Tapi tidak ada yang lebih baik memahaminya daripada seorang Gavin.

"Bantuinnnnn..." dengan manja Dila merentangkan kedua tanganku ke depan. Meminta Gavin untuk membantunya berdiri, yang tentu saja langsung dituruti.

"Ayo quality time little bro..." Ujar Dila sembari memaksa Gavin untuk mengangkutnya di punggung. "Gooooo!"

My Sweet BerondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang