Beberapa waktu ditempuh, pemandangan Gama yang semula bangunan Panti kini berganti dengan gedung-gedung pencakar langit. Entah dibawa kemana dirinya, yang pasti ini telah jauh dari kotanya berasal.
Raut muka Gama nampak tak mengenakan sejak tadi, dan Markus menyadari itu.
"Mulai sekarang, panggil saya Ayah." ucapnya membuka obrolan.
"Idih, gila apa? GAK!!"
"Mulai sekarang statusmu sudah berbeda, jadi perbaiki tutur katamu juga Gama."
"Jangan atur-atur."
Markus tak lagi menimpali sahutan dari pemuda yang berstatus putranya sekarang. Biar nanti dimansion saja, emosi anak itu pasti belum stabil. Begitu pikir Markus.
Mobil yang dikendarai Gama berhenti pada sebuah mansion. Penglihatan Gama seketika melebar melihat bagitu besar bangunan didepannya.
"Kita turun" titah Markus.
Bukannya tindakan yang Markus dapatkan, Gama malah terdiam dengan mulut yang menganga lebar.
"Hei, kamu itu kenapa seperti itu mulutnya." Ujar Markus heran.
"I–ni rumah bapak?" ucapnya terbata-bata.
"Iya, ini mansion Ayah dan keluarga. Ini menjadi milikmu juga mulai sekarang."
"WAHHHHHHHH"
Gama seketika berlari keluar, mengarah pada bangunan yang disebut mansion didepannya. Binar excited tercetak jelas padanya, apalagi anak itu sampai bertepuk tangan saking senangnya.
"Buka! buka!!" serunya meminta pada Markus, yang lebih tua hanya terkekeh gemas.
"Sabar, kamu ini setelah tahu saya kaya raya jadi menggemaskan ya." ujar Markus seraya membawa Gama masuk kedalam mansion.
"ANJAYYYYYYY......Crazy Rich nihh" ujar Gama dengan memutar tubuhnya melihat tampilan bangunan disekelilingnya.
"Selamat datang, Gamavin." Gama memutar kepala, mengarah pada suara asing yang menyapanya.
"Kemari duduk." perintah orang itu.
"Ikuti Ayah" ajak Markus mengarah pada ruang keluarga disana.
Gama mendaratkan tubuh sendiri pada salah satu sofa panjang, berseberangan dengan dua pria yang Ia ketahui sebagai Ayah, dan satu lagi yang terlihat lebih tua.
"Selamat datang dikeluarga Martin, Gamavin. Saya Herlambang Martin, kakekmu. Panggil Grandpa" lanjut sang tetua.
"Oh ayahnya bapak ini ya?" tunjuknya pada Markus.
"Ayah, Gama." peringat Markus dingin.
"It's ok, Grandpa mengerti kalau kamu belum terbiasa. Tapi dibiasakan, karena mulai sekarang kamu sudah berbeda. Namamu sekarang Gamavin Alessandro Martin, putra dari Gideon Markus Martin, dan dari keluarga Martin."
"Ini kenapa Mortan-Martin aja sih daritadi, Martin nih siapa?" ujar Gama enteng.
"Martin adalah marga keluarga ini, dan ketahuilah bahwa kita bukan sembarangan orang-"
"Keluarga Crazy Rich kan?" seru Gama sok tau.
"Jangan dibiasakan untuk memotong ucapan orang, Gama." peringat Herlambang. Gama yang diperingatkan seketika mengantupkan mulutnya.
"Keluarga kita merupakan jajaran orang terpandang, atau yang orang awam bilang 'konglomerat', jadi kau harus menurut pada semua peraturan dari keluarga ini." lanjut Herlambang.
"Peraturan apaan? Gue gak suka diatur-atur." ketus Gama.
"Gunakan namamu dan jangan menggunakan bahasa tidak sopan itu." titah Herlambang.
![](https://img.wattpad.com/cover/346998457-288-k636893.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gamavin and The Martin [END]
Teen FictionKeseharian yang mengalir bagaikan arus sungai, tiba-tiba saja terusik dengan kabar bahwa dirinya akan diadopsi oleh seorang DUDA KAYA RAYA. Keseharian yang seharusnya berjalan tanpa arah harus berubah dalam arahan seseorang, bahkan aturan sebuah kel...