28. Lion King

7.7K 640 26
                                    

Tepukan ringan pada bahu membangunkan kelopak mata yang semula tidur. Sedikit menggerakkan kepala guna untuk meregangkan otot leher yang terasa kebas.

Tidur dalam posisi duduk memang melelahkan.

"Bersih-bersihlah lalu sarapan. Biar Papa yang menjaga Gama." pinta Herlambang setelah membangunkan putranya.

Markus mengangguk, memutar netra kearah brankar didepan. Senyum bahagia terpantri jelas pada raut pria disana.

Cup

Mengecup ringan kening sang Putra, sebelum beranjak pergi meninggalkan ruangan.

Kini kursi itu berganti pengguna — Herlambang duduk dengan tangan yang mengusap perlahan surai cucunya.

Tak lain dengan Markus, Kakek itu juga tersenyum. Bahagia melihat cucunya yang terbaring tiga minggu kini telah siuman.

Dini hari tadi, Gamavin terbangun dari tidur gelisahnya. Markus yang merasakan pergerakan seketika panik melihat Gama menatapnya penuh harap. Sehingga memutuskan untuk memanggilkan Ryan.

Beberapa pemeriksaan dilakukan, hingga Ryan mengatakan bahwa Gamavin tidak nyaman dengan alat ventilator yang menempel pada kerongkongannya.

Dokter muda itu memutuskan untuk melepas alat ventilator dan mengganti dengan masker oksigen. Tak lupa juga memberikan antinyeri agar pelepasan selang itu tak menyakiti.

Kini mereka telah berpindah pada ruang rawat. Kabar bahagia bahwa Gamavin sudah tak harus berada di ruang ICU.

"Eughh"

Lenguhan lirih membuyarkan lamunan Herlambang. Mengembangkan senyum menyambut cucunya yang telah membuka mata.

"Hai Cucu Grandpa." sapanya.

Gamavin diam, masih merasa tak begitu memiliki kekuatan untuk berujar. Mulutnya terasa berat untuk terbuka.

"Terimakasih ya sudah kembali baik-baik saja. Grandpa sungguh senang." Gamavin mengerjap, mengiyakan ucapan sang Kakek.

Netranya meliar, mencari keberadaan sang Ayah yang tak tertangkap pandangannya.

"Cari apa nak?"

"A-ay-yahhh"

Pertama kali.

Kata pertama kali yang muncul dari bibir Gama setelah koma ialah 'Ayah'.

"A-ayahh" kembali diulangnya.

Meski begitu lirih, keadaan ruangan yang sunyi membuat Herlambang dapat mendengar jelas ucapan sang Cucu.

"Ayah sedang keluar sebentar, sama Grandpa dulu ya?" beritahu Herlambang.

"Ay-yahh."

"Iya nak, Ayah sedang keluar. Setelah ini kesini kok." bujuk sang Tuan Besar.

Berbeda dengan yang diupayakan, bujukan Herlambang tak membuat Gama berhenti mencari sosok sang Ayah.

Bahkan kini netra anak itu mulai mengeluarkan air mata. Ayahnya tak kunjung terlihat.

"Ya Tuhan, kenapa menangis. Ayahmu sedang keluar sebentar, setelah ini pasti kembali. Jangan menangis....Oh yaampun, tak kuasa aku." Keluh yang lebih tua.

"Hiks..."

"Iya nak, Ayah pasti kesini. Sebentar lagi, tunggu ya? jangan menangis." Herlambang terus berusaha membujuknya.

Pintu ruangan terbuka, menampilkan sosok laki-laki dengan balutan sweater navy mendekat pada ranjang.

"Pah? ada apa?" tanyanya tergesa. Khawatir melihat keponakannya menangis dengan tubuh lemah.

Gamavin and The Martin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang