Hari-hari terlewati begitu nyaman, baik dari internal maupun eksternal. Begitu terasa menyenangkan bagi Gama.
Setelah masalah selalu ada hikmah dan perubahan, sama halnya dengan sikap Markus dan Gama.
Markus semakin begitu memanjakan Gama, malah sekarang sebentar-sebentar pria satu anak itu akan menghubungi Gama melalui ponselnya, atau terkadang melalui Leo— Sang bodyguard putranya.
Tak berbeda dengan Gama yang jika sudah menempel pada Markus maka anak itu tak akan mau ditinggal.
Pagi dihari minggu yang seharusnya menjadi waktu santai harus terpaksa direlakan. Gama dengan dua spesies temannya yang tak lain Lio dan Reza harus merelakan waktu bersenangnya dengan tugas sekolah.
Beberapa minggu ini kelas akhir menengah atas memang disibukkan dengan berbagai tugas kelompok, sehingga putra Markus itu harus dengan terpaksa melakukannya.
"Ini gambar bagian Asia Timur susah banget sih! mana banyak banget lagi daerahnya." gerutu Reza yang mendapat bagian menggambar Asia Timur.
Sedikit berucap syukur karena ketiganya bisa satu kelompok, memang sebelumnya mereka tak pernah diberikan pada satu kelompok yang sama. Sepertinya para guru sudah hafal tabiat mereka bertiga.
"Susahan Gue dapet Asia Tenggara, mana pulaunya mencar-mencar." Gama tak berbeda dengan Reza.
"Yang dapet bagian paling banyak diem aja dahal." Lio menimpali, pasalnya memang mereka tak melihat Lio yang menggambar lebih banyak dari bagian mereka.
"Hehehe." cengir keduanya.
"Diminum dulu anak-anak ganteng." Bi Lastri meletakkan tiga milktea pada atas meja ruang keluarga. Karena disitu tempat yang paling aman saat ini.
Posisi anak-anak itu sekarang tengah berada pada ruang tengah Mansion keluarga Martin, tapi bukannya mereka mengerjakan tugas pada meja. Malah mereka memilih menggelar segala macam alat gambar di lantai.
Pensil, kertas karton, krayon, pensil warna, dan masih begitu banyak alat gambar yang berserakan kemana-mana.
Sepertinya pekerjaan Bi Lastri dan antek-anteknya semakin berat.
"Minum dulu gesss, dehidrasi nih terlalu fokus ngejar masa depan." Celetuk Reza tak tau malu.
"Masa depan apaan anjir, alay."
"Gama, bahasanya." nahh kan.....singanya mulai memberi ultimatum. Yang ditegur hanya bisa cengegesan.
Markus dan Herlambang tak lain berada pada sofa, kegiatan yang biasanya dihabiskan bersama kini dua pria dewasa itu hanya bisa mengamati.
Herlambang dengan majalah pada tangannya, dan Markus dengan ipad di pangkuannya. Jika kalian mengira sosok Ayah Gama itu tengah mengerjakan pekerjaan, maka kalian salah.
Markus tengah menonton salah satu serial netflix.
Jika kalian tanya dimana Orion? si pria jakung itu tengah mengadakan pesta sejak kemarin malam, dan ya pasti semua orang tau alasan sampai kini sosoknya belum pulang.
"Kalo lulus ntar Lo mau ngelakuin apa Gam?" tanya Reza membuka suara, ketiganya tengah menikmati milktea sembari beristirahat.
Pada awalnya Markus menegur cara bicara mereka yang menggunakan bahasa gaul, akan tetapi Herlambang dengan baik hati memperbolehkannya. Asal tidak ketika berbicara dengan mereka.
"Gue sih udah ketata banget ya..." mendengar ucapan Gama kedua pria Martin itu mulai memfokuskan pendengarannya. Apa maksud dari tertata yang Gama ucapkan?
"Warisan dari Ibun kan banyak nih...ntar Gue jadiin kos-kos an 400 pintu. Terus Gue leha-leha disini sambil pacaran."
Markus dan Herlambang mendelik. Apa katanya? kos-kos an?!! Pacaran disini??!! DI MANSION INI!!!!??
"Wih enak tuh, lumayan kalo 400 pintu. Kaya dong Lo." Reza dengan bodohnya menyetujui.
"Jelas, kalo Lo mau ngapain Za?" kini Gama yang bertanya.
"Gue pengen jadi pembalap motor."
Kali kedua Herlambang dan Markus membelalak, apa-apaan planning kedua anak ini?? kenapa semuanya sangat tidak masuk akal.
Kebanyakan akan memilih menjadi pekerja kantoran atau pengusaha, ini mengapa semua diluar dari prediksi yang lebih tua.
"Wihh kerenn banget tuh!" Gama nampak excited menimpali.
"Yoi, ntar Gue geber-geber deh depan kos Lo. Kalo Lo Yo...mau jadi apa ntar?"
Lio yang ternyata mendapat bagian sedikit kikuk, pasalnya Ia tipe orang yang ngikut saja. Mau diajak sana-sini boleh, disuruh ini-itu ya tak apa.
"Pelukis sih kayaknya."
Ah, akhirnya kedua Martin itu bernafas lega. Ternyata masih ada yang benar.
"Gue pengen ngelukis cewe Gue"
Jika sejak tadi Herlambang dan Markus yang terkejut, kini Gama dan Reza turut.
"Gila ya Lo!! pasti Lo lukis jorok kan!!!" akhirnya Reza mewakilkan apa yang ada dipikiran mereka saat ini.
"Ya Engga lah bego! tapi kalo dia minta sih boleh...hehehehe"
Sial, rasanya Herlambang dan Markus ingin tenggelam saja.
■■■■■■■
Kepulangan dua kawan Gama menjadi tanda makan malam akan dimulai. Sang Tuan Besar Herlambang sempat menwarkan kedua teman Gama untuk makan bersama, akan tetapi ditolak, mereka mengatakan bahwa orang tua mereka juga menantikan makan bersama.
Dentingan sendok dan garpu menjadi alunan, formasi keluarga Martin malam ini terasa lengkap. Orion telah kembali dari acaranya.
"Ayah mau bicara sebentar." intruksi Markus yang tiba-tiba sedikit membuat Gama was-was.
"Maksudnya apa setelah lulus mau bikin kos-kosan, terus ajak perempuan dirumah." Semuanya terkejut.
Herlambang begitu, karena tak menyangka jika sang Putra akan membahasnya, Ia kira Markus menganggap itu candaan semata.
"Y-yaa...bikin kos-kos an terus Gama nyantai." ujar Gama sedikit gugup, takut jika kalimatnya tak tersusun rapi.
"Kamu gak mau kerja kantoran? kerja di kantor Ayah, atau bikin anak perusahaan sendiri?"
"Males ah, takut bangkrut."
"Ya nanti Ayah ajarkan." Orion yang tak tahu-menahu soal apa yang pasangan Anak-Ayah itu bicarakan, hanya diam menyimak.
"Gama males mikir Yah, sekolah mikir, nanti kerja disuruh mikir. Kalo bikin kos-kos an kan enak, tinggal ditulisin didepan gede 'Terima Kos' beres."
Baik, ketiga Martin hanya bisa menghela nafas mendengar penuturan Gama yang terlampau konyol.
Memang ada-ada saja.
"Ntar tinggal duduk, nonton netflix, sama chill" ujar Gama dengan memberikan wink pada semuanya.
"GAMAAAAA!!"
"HAHAHAHA KABURRRR"
————————————————————
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Gamavin and The Martin [END]
Teen FictionKeseharian yang mengalir bagaikan arus sungai, tiba-tiba saja terusik dengan kabar bahwa dirinya akan diadopsi oleh seorang DUDA KAYA RAYA. Keseharian yang seharusnya berjalan tanpa arah harus berubah dalam arahan seseorang, bahkan aturan sebuah kel...